Chereads / Kenakalan Sang Puteri Kecil / Chapter 3 - 2. Hari Pertama Pengawasan

Chapter 3 - 2. Hari Pertama Pengawasan

Kerajaan Rekryde adalah kerajaan di dunia fantasi dengan latar yang mirip peradaban eropa abad pertengahan. Dunia fantasi yang didalamnya terdapat sihir yang hampir punah, karena itulah Violet mencoba menginspeksi semua orang yang memiliki sihir dan memastikan bahwa sihir tidak akan lenyap dan memastikan tidak ada sihir yang melanggar tabuh.

Di tempat ramai di pusat sebuah kota, Violet tiba-tiba muncul. Ia berdiri di kerumunan tanpa disadari oleh orang-orang di sekitarnya. Ia tidak bisa terlihat atau dirasakan keberadaannya oleh orang lain karena terdapat sihir otomatis yang sesuai dengan perasaan Violet yang tidak ingin terlihat begitu saja. Violet kemudian dengan malas berjalan ke arah sebuah kediaman megah di kota itu.

Dari kejauhan Violet melihat ke arah bangunan mewah di kediaman itu. Ia bisa melihat seorang anak laki-laki yang sedang duduk dengan serius mendengarkan ceramah dari gurunya di dalam bangunan itu. Matanya bisa dengan mudah melihat apa yang ia inginkan dengan sihirnya.

Violet yang berdiri dari jarak yang jauh mendesah.

"Target huh..." keluhnya.

Secarik kertas kemudian muncul di tangan Violet. Ia melihat kertas yang disiapkan oleh Tetra.

'Isvora Gustaf

Anak pertama bangsawan Gustaf. Ia harus belajar sejak kecil untuk persiapan menjadi penerus kepala keluarga Gustaf.

Berumur tiga belas tahun, laki-laki, dan berbakat sihir.'

Violet hanya membaca paragraf pertama dari kertas itu. Lalu Violet terbang ke arah anak itu.

Isvora yang tengah belajar merasakan seseorang yang mengawasinya. Tapi entah mengapa perasaan itu menurutnya tidak membahayakan dan ia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

"Baiklah, sampai disini pelajarannya. Kau harus mengerjakan tugas yang diberikan." kata guru yang mengajar Isvora.

"Terima kasih, Guru Urush." jawab Isvora.

Guru tersebut kemudian segera pergi.

Violet tersenyum melihat Isvora yang tetap tenang merasakan keberadaannya. Violet dengan mudah masuk ruangan dimana Isvora berada.

Keberadaan dari Violet hanya berlaku bagi orang yang ingin ia ajak berbicara. Sudah lama bagi Violet untuk berinteraksi dengan penduduk dunia fantasi ini. Ini pertama kalinya Violet menemukan target yang tidak takut pada hawa keberadaannya.

"Hmmm, gimana yaa? Sepertinya tidak ada masalah jika aku menunjukan diri." kata Violet tersenyum nakal.

Isvora yang masih di ruangan itu, sedang membaca buku. Violet yang diam-diam menghampirinya mengamati Isvora yang serius belajar. Isvora tengah membaca buku politik yang sulit dimengerti Violet, karena itu Violet mengerutkan dahinya kebingungan.

"Hey, apa kau mengerti bacaan itu?" kata Violet yang tiba-tiba bertanya karena bingung.

"....." Isvora terkaget dan menatap Violet.

"Oh, aku hanya bertanya...." kata Violet lagi.

'Wah....' pikir Isvora terkesima oleh penampilan cantik Violet.

"Siapa kau?" tanya Isvora.

"Violet." jawab Violet.

"Violet?" ulang Isvora.

"....."

Lalu terdengar suara ketukan pintu.

"Isvora, apa yang kau lakukan?" tanya seorang wanita cantik yang tiba-tiba masuk mendekati Isvora.

"Bunda.... Siapa gadis ini?" tanya Isvora.

"Oh, hanya kau yang dapat melihatku...." ungkap Violet.

"Gadis?" tanya Bunda Isvora.

"Iya, gadis itu?" tunjuk Isvora ke arah Violet tidak percaya dengan perkataan Violet.

"Bunda tidak melihat gadis, Nak. Apa kau ingin segera bertunangan?" kata Bunda Isvora.

"Tidak!!!" mendengar kata tunangan terucap, Isvora langsung menolak. Ia mengira pasti ini adalah rencana Bundanya.

"Hahaha.... Baiklah-baiklah, ayo kita segera ke halaman belakang, ada seseorang yang menunggumu, Nak." kata Bunda Isvora.

"Baik Bunda...." jawab Isvora lesu, ia tahu bahwa Ibunya sangat ingin menjodohkannya segera.

"Apa kau tidak ingin menemuinya?" tanya Violet yang menyaksikan Isvora memaksakan dirinya untuk bertemu seseorang yang menunggu itu.

"Apa orang tuamu ada disini?" tanya Isvora salah paham yang mengira Violet adalah gadis yang akan dipertemulan oleh Bundanya.

"Tidak." jawab Violet singkat.

"Isvora, apa yang kau bicarakan? Ayo cepat...." kata Bundanya yang tidak mendengar perkataan Isvora.

"Ugh.... Baiklah." jawab Isvora yang mengira kakak atau pelayan gadis ini yang ada di halaman belakang sebagai wali.

Mereka bertiga kemudian tiba di kebun mawar di belakang kediaman Gustaf yang terkenal akan mawar merah cantiknya. Terlihat meja bundar dan empat kursi klasik tersedia untuk meniknati teh dengan latar mawar merah. Seorang gadis dan pria dewasa terlihat mendudukinya. Pesta teh kecil yang diselenggarakan Bunda Gustaf bertujuan untuk memperkenalkan gadis-gadis bangsawan kepada Isvora. Ibundanya sangat ingin menjodohkan Isvora segera, entah apa motifnya.

Sebenarnya Keluarga Gustaf merupakan Keluarga elit dari kalangan bangsawan. Pendahulu Gustaf adalah ksatria tangguh yang memimpin sebuah perang ke masa kemenangan di masa lalu, dan Keluarga Kerajaan Rekryde berjanji akan selalu menjaga darah ksatria keturunan Gustaf tetap mengalir di Kerajaan Rekryde. Memang keluarga Gustaf tak usah ambil pusing memilih pasangan, tetapi Ibunda Gustaf yang diam-diam menderita penyakit langka dan tidak tahu kapan kondisinya memburuk, ingin segera melihat anak satu-satunya menikah. Karena itulah Ibunda Gustaf secara aktif selalu berusaha menjodohkan Isvora.

Isvora yang malang....

Isvora yang mengira bahwa Ibunya orang esentrik, selalu dibuat pasrah olehnya.

"....." Isvora menatap Violet dengan curiga. Violet berjalan dihadapannya tanpa peduli keadaan sekitar. Dan terang saja tidak ada satupun yang menyadari Violet. Hal ini membuat Isvora tertegun.

"Oh, sudah kubilang bahwa hanya kau yang dapat melihatku." ungkap Violet lagi.

"....." Isvora memilih diam dan akan menangani Violet nanti, yang terpenting sekarang adalah menggagalkan perjodohan ini terlebih dahulu.

Seorang gadis seumurannya yang terlihat sangat elegan duduk sambil mengobrol bersama kakak laki-lakinya, menyadari kehadiran Isvora dan Bundanya mereka segera berdiri tersenyum dan menyapa ala bangsawan sebelum memulai pesta teh itu.

"Perkenalakan, saya Arieta Sovian dan ini kakak saya Erick. Salam kenal." kata gadis elegan itu.

"Salam kenal." sambung kakaknya.

"...." Isvora mau tidak mau, harus menyapa mereka agar tak memalukan nama Gustaf.

"Isvora Gustaf." ucapnya dingin sambil melakukan sapaan ala bangsawan.

"..." kedua tamu tetap tersenyum tapi terlihat merasa tak nyaman.

"Baiklah, silakan duduk....." kata Bunda Gustaf tersenyum bahagia tidak menyadari senyum kaku kedua tamu.

Mereka kemudian duduk untuk mengobrol sebentar sebelum Ibu Gustaf melancarkan rencananya.

"Kebun Mawar ini sangatlah indah, sangat cocok untuk bersantai dan menenangkan pikiran." kata Erick memulai percakapan.

Kebun mawar yang sengaja Ibunda Gustaf buat demi calon menantunya dibangun tiga tahun lalu dan sangatlah terkenal akan mawar cantiknya. Tidak banyak orang yang bisa menikmati kebun mawar ini karena Keluarga Gustaf jarang menyelenggarakan pesta. Kedua tamu merasa terhormat bisa menikmati langsung keindahan mawar ini.

"Terima kasih, Erick. Bagaimana dengan pendapat Nona Muda?" jawab Ibunda Gustaf.

"Sangat indah, kebetulan saya sangat menyukai mawar dan terkesan karena mawar langka ini tumbuh dengan baik." kata Arieta.

"...." percakapan membosakan dimulai dan Isvora hanya terdiam dingin meminum tehnya.

"Kalau begitu Isvora, bagaimana kalau mengajak Arieta berkeliling melihat mawar lebih dekat?" ucap Ibunda Gustaf kemudian.

'ini dia....' pikir Isvora menerawang rencana Ibunya.

"Apakah boleh?" tanya Arieta kegirangan senang akan hobi mawarnya.

"Tentu saja..." jawab Ibunda Gustaf dengan senyuman.

Dan begitulah hingga mereka berdua kemudian berjalan-jalan di taman mawar yang luas ini.

"Tuan Gustaf, apakah mawar merah ini benar berasal dari Kerajaan Armelanedia?" tanya Arieta dengan sangat sopan sambil berdiri mengamati dan menyentuh salah satu mawar.

"Benar." jawabnya singkat.

"Oh, di kerajaan itu teknologi pembibitan mawar cantik ini sudah sangat maju. Aku dengar teknologi itu investasi seorang pakar sihir tanaman yang berbakat." ungkap Arieta.

"Apa yang kau maksud adalah Pangeran termuda, Juna Seria As Lumineia Vi Armelanedia? "

"Kau tahu?" mata Arieta bersinar mendengar nama itu.

"Tentu saja, rumor bahwa Nona Sovian dekat dengan pangeran kerajaan tetangga adalah topik hangat. Dan ternyata rumor itu fakta."

Jawaban Isvora mengecewakan, Arieta pikir Isvora akan berbicara tentang pembibitan bunga baru.

"Aku tidak menyangka bahwa Tuan Gustaf mengetahui rumor seperti itu?"

'Bagaimana bisa ia tahu informasi rahasia seperti itu dan menganggapnya rumor???' pikir Arieta lagi.

"Benar.... " jawab Isvora singkat.

"..." keheningan tercipta sesaat.

"Permisi, apakah kau tidak melupakan sesuatu Tuan Gustaf?" sebuah suara gadis yang terdengar merayu memecahkan keheningan segera.

"...." Arieta kaget menyadari hawa baru.

"Violet!?" Isvora terkaget.

"Violet? Puteri Violet!?" tanya Arieta kegirangan mendengar nama Violet.

"Oh, kau bisa mendengarku juga...." Violet kemudian muncul setengah melayang di hadapan dua orang itu.

"Kau sang Puteri Legendaris itu?" tanya Arieta.

"Apa yang kau maksud Nona muda?" Violet balik bertanya menyadari hal aneh dari Arieta karena aura tubuhnya yang tak wajar.

"Oh, Puteri Violet.... Jadikan Arieta ini sebagai muridmu!!!" ungkap Arieta segera.

"...." Isvora dan Violet terdiam karena alasan masing-masing.

Isvora kaget kalau Violet adalah seorang Puteri dan Violet tertegun kebingungan akan dirinya yang tidak ingin masalah terjadi.

"Aku menolak." jawab Violet segera menghilangkan keberadaannya di mata Arieta.

Tentu saja apa yang Violet tolak adalah dirinya yang akan menjadi guru, tidaklah menyenangkan menurutnya.

"Kau mengenal Violet?" tanya Isvora.

"Tidak, tapi aku yakin bahwa ia mempunyai sihir tingkat atas."

"Oh, benar...." mengingat hanya ia yang bisa melihat Violet yang terlihat masih melayang mengamati tubuh Arieta dengan memutarinya.

Saat itu juga Isvora memutuskan untuk mencari tahu tentang Violet dan segera menjadi teman Arieta Sovian.