Seorang perempuan meraih gelas yang telah berisi wiski, perlahan bibirnya menyentuh gelas itu untuk meminumnya dan sebatang rokok sempoerna yang telah menyala di tangan kirinya.
Asap putih yang tampak dihembuskan dari bibir merah sexynya dengan gaya duduk santai di atas sofa yang berwarna biru toska.
Dengan pikiran seolah sedikit terbang, karena pengaruh wiski yang ditenggaknya. Dia menatap pria tua bangka yang mulai mendekatinya.
"Dasar gak tau diri, gak ingat anak cucu dirumah apa?" dalam benaknya saat pria tua bangka itu duduk di sebelah kirinya.
Vanesa kaget, ketika mulut yang berbau cocaine dan alkohol yang sangat menyengat dihidungnya tercium dari sebelah lehernya. Lalu, ia menyingkirkan kepala tua bangka agar tidak terlalu dekat dengannya.
Mata yang merah menatapnya dengan penuh hasrat ingin bercinta dan mulai berucap dengan nada sedikit berbisik terhadapnya.
"Boleh bapak menikmatimu malam ini sayang!" ujar pria tua bangka itu mulai lagi perlahan ingin mencium pipi yang sedikit mulai kemerahan.
Vanesa kembali menghindar, ini cukup geli dibayangkan bila bibir hitam itu berhasil mendarat sempurna di pipinya.
"Masih sore pak," Vanesa mengeles, lalu melirik dengan geli dan tersenyum tipis.
Kepalanya memikirkan cara untuk menghindari malam gentinya ini. "Sial! gimana gue harus menghidar dari si tua ini," ucapnya Vanesa pelan.
Perempuan ini tidak lain adalah Vanesa Dita, sosok perempuan berparas ayu dengan segala cara dia lakukan untuk tau apakah benar alm ibunya pernah bekerja menjadi PSK di tempat ini. Sampai dia harus berpura-pura menjadi seorang wanita malam. Ya, wanita yang sangat membutuhkan kepuasan materi di dunia, dan akan membalas dengan kepuasan jasmani.
***
Setelah melewati malam genit yang penuh menyeramkan dengan berbagai cara menghindar dari lelaki hidung belang. Kini pagi tak disadari telah hadir dan menemaninya.
Senyum menghiasi bibir sexynya, mengingat kabur di moll malam tadi, dengan alasan ke WC, Moll Nagoya di lantai 2 terdapat club malam yang buka saat moll tutup, walau hanya orang tertentu yang tahu, teteapi club itu selalu ramai.
Vanesa yang masih berbaring di atas ranjang tidurnya yang berwarna merah jambu, lalu tangannya menekan tombol remote tv untuk menonton acara favoritnya tom and jery walaupun terkadang kepalanya masih pekat dengan ingat kejadian malam itu.
Vanesa bangkit untuk melulur kulit putih yang terawat sempurna miliknya sebelum mandi. Bila bicara kecantikan, kecantikannya dengan kata sangat, berbody sempurna tak akan menolak kaum adam untuk segera lekas memeluknya untuk melakukan dosa terindah.
Vanesa Ditta, dia diisukan lahirkan dari seorang ibu yang tidak memilik seorang suami, ibunya bekerja sebagai pedagang, pedagang tubuhnya kepada setiap pria yang membutuhkan kehangatan. terkadang ibunya menjual di pinggir jalan atau club-club hingga remang-remang di sepajang jalan di tempat biasa para koepoe-koepoe liar berkeliaran di setiap malam. Tapi tragedi tragis yang terjadi dibeberapa tahun lalu di mana ibunya meninggal karena terserang penyakit yang mematikan biasa di sebut penyakit raja singa, membuat ia tak menerima kejadian ini, sepengetahuannya ibunya tidak akan serendah itu.
Adiknya bernama Revita Anggelia biasa di panggil sehari-hari Revita, dia sangat hobi membaca dan belajar tidak heran bila dia mengenakan kaca mata sehari-hari karena tergolong kutu buku, tapi kaca mata itu menambah keluguannya dan anggun sifatnya, dia juga selalu mendapat juara umum dalam bidang pelajaran matematika. Tidak jarang bila lawan jenisnya selalu bilang Revita imut seimut marmot, sangat lumrah terdengar di telinganya.
***
Hotpant yang tidak lebih seperti kancut dan tank top yang sering dikenakan dan dapat memamerkan bentuk keindahan dada yang besar milik Vanesa, tak heran bila kaum adam setiap bertemu ingin bercinta, menjamah setiap bagian tubuhnya secara perlahan, menikmati setiap bersentuhan melakukan dosa terindah itu.
Vanesa sangat mual mengenakan pakaian seperti itu. Namun, karena demi penjelasan yang jelas tentang kematian ibunya, rela tidak rela harus dilakukannya, bukan untuk menjelaskan kepada yang fitnah ibunya, hanya saja kepuasan hatinya yang tidak terima.
Hingga teman sekaligus pengaggum Vanesa sadari dulu sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, begitu kaget, semenjak ibu Vanesa meninggal semua itu berubah, senyum sapa lugu itu tak lagi tampak menyapa.
Penggagum sekaligus temannya itu bernama Arial Angkasa, dia mengelap keringatnya dengan sapu tangan berwarna abu-abu yang diambilnya dari saku seragam clening servisnya. Dalam hati yang penuh dengan rasa kecewa, karena dia belum mengenal sepenuhnya apa gadia itu sebenarnya.
Hari demi hari tetap dinikmatinya hanya untuk melihat sesosok perempuan yang dikaguminya itu sepertinya telah berubah, atau perasaannya saja, membuatnya terkadang sadar bahwa gadis itu tidak akan mungkin seperti sediakala yang hangat seperti dulu, mungkin ini hanya khayalan tingkat parah baginya.
Arial yang tetap penasaran apakah benar gadis pujaannya memang benar berubah beribu persen. Sampai sempat berkali-kali gagal ingin menemui Vanesa, untuk berbica atau berbincang. Tetapi, sekadar senyum saja tak pernah lagi tersapa.
***
Sore hari dengan keadaan pikiran sedikit kacau, bagaimana tidak kali ini cara apa untuk menghindar dari lelaki hidung belang yang akan dihadapinya. Vanesa yang telah bersiap untuk pergi ke luar rumah dengan berbaju layaknya menggoda para kaum adam, belahan dada yang menggoda telah menjamu tamu yang akan menjemputnya nanti, belum lagi paha dan bokong yang hanya mengunakan rok mini membuatnya tambah percaya diri untuk seperti wanita yang ingin menaklukkan tamunya.
Tittttt, tiiittt.....
Pukul 15.45 suara klakson mobil di depan rumah terdengar, tampak di luar pagar mobil rush silver telah menunggunya. Pria berdasi yang katanya berjabatan sebagai wakil rakyat di dalam mobil itu.
Vanesa membuka pintu rumahnya dan berlari kecil segera menghampiri seraya tersenyum manja awal melihat tatapan mata pria itu. Pria itu menyambut dengan senyum, bola mata itu dengan ekstra memandang seolah satu kedipan mata akan rugi bila tak menatapnya sampai masuk dan duduk di dalam mobil.
Di perjalanan mobil mereka hampir menambrak seorang nenek-nenek, yang menyembrang. Hingga mobil berhenti mendadak.
"Bodoh, sekali nenek itu!" teriak pria tua, raut wajahnya memerah karena amarah.
"Sabar pak!" Vanesa mencoba menenangkan.
Pria tua tersenyum. "Ehk, ternyata lo lebih cantik aslinya, dari pada dipoto," ucap pria itu meneguk ludahnya kemudian.
"Bisa aja, bapak," jawab Vanesa bernada lembut menipu menutup geli mendengar ucapan itu, bukan hanya mual tetapi bila dimuntahkan mungkin sekatong kresek besar.
"Jangan panggil bapak dong, panggil aja mas," tangannya mecolek dagu Vanesa.
Vanesa menunduk menipu lagi dengan menghiasi senyum di bibirnya, padahal hatinya meronta-ronta dan berkata emang dagu gue sabun colek, main colek-colek saja. Ingin rasanya menghajar, atau sekadar menjentikkan jari ke telor kemaluan seorang pria tua di hadapannya.
bersambung....