Chereads / Roh kupu kupu liar / Chapter 3 - chapter 3 (belum berahkir)

Chapter 3 - chapter 3 (belum berahkir)

Akibat bertemunya Vanesa dengan roh itu, seolah hidupnya seperti sedikit berbeda, suhu rumah pun terkadang tiba-tiba berubah drastis.

"Ahhkkk..." teriaknya saat matanya melihat ada wajah pucat dihadapannya matanya melotot, dan terselip kapas dihidungnya.

Saking takutnya, tangannya mulai meremat wajah itu. Namun, ini aneh, tiba-tiba saja wajah hantu ini tersenyum seakan akrab.

Ia tiba-tiba merasakan tubuhnya terayun-ayun, dan mendengar suara, "Kakk, Kakkkk!"

"Astafirulloh," ia kaget, terbangun dari tidurnya, melirik jam dinding telah pukul 04.20 WIB.

"kakak napa?" tanya adiknya cemas dan duduk di sebelahnya.

Vanesa merangkul adiknya lalu menceritakan bahwa ia bermimpi yang di alaminya tadi sangat menyeramakan.

"Mungkin, sering baca novel horor, jadi kebawa mimpi kak," adiknya menenangkan.

"Bisa jadi dek," Vanesa tersenyum sedikit tenang lalu menarik nafas dari hidung membuangnya pelan lewat mulut.

Adiknya tak lupa bercerita ia baru saja pulang dari kerja kelompok dirumah temannya.

Lalu suara perut adiknya terdengar keroncongan, "lo, lapar dek, maaf kakak gk nyiapin sarapan tadi?"

"Gak apa kak," adiknya tersenyum sambil memegang perutnya yang lapar.

Lalu ia mengajak adiknya ke dapur untuk memasak mie goreng, dan bercerita tentang bertemu dengan roh yang mirip alm ibu yang ditemui di moll, sewaktu pulang kerja tadi malam.

Tiba-tiba suasana menjadi mendung suasana dapur sedikit gelap dan dingin.

"Gimana buat mie rebus aja kak?"

"Oh, ia juga nih dek, cocok nih, dingin gini makan mie rebus."

Vanesa lalu menghidupkan lampu dapur, "Nah, gini kan terang."

Lalu menuju kearah mie instan di rak dapur di atas kompor.

Adiknya tak kalah cepat, langsung mengambil pentol bakso kemasan di dalam lemari kulkas.

Ctekkk, cteekkkkkk... Kompor telah dihidupkan oleh Vanesa diletakan wajan dan minyak goreng sedikit untuk mengoreng bahan yang disiapkan adiknya setelah selesai, ia menambahkan air.

Ketika air mulai mendidih, tiba-tiba saja listrik mati.

"Aduh, belum ngecas laptop lagi," Adiknya panik.

"Paling ya, ini sebentar dek," Vanesa membuka bungkus mie.

Seketika hujan deras tengah turun, membuat suasana seperti mencekam.

"Kak?" adiknya tidak sengaja melihat seseorang di dalam rumahnya.

"Ya, sabar dek,"  jawabnya dikira adiknya tak dapat menahan lapar.

"Kak?"

"Yaa, sabar," jawabnya lagi sambil memasukkan mie kedalam wajan.

Adiknya mendekat dan menarik pucuk baju yang dikenakannya, dan melihat adiknya mengancungkan tangan ke arah sofa ruang tamu, "I-i-itu kak."

"Apa? Gak ada apa-apa noh disana."

"A-a-ada kak," adiknya takut.

Vanesa melihat adiknya memejamkan mata, "Woi, buka dong matanya, coba liat ada apa?"

Adiknya perlahan mencoba membuka mata, benar tidak ada lagi sosok seseorang di sana.

"Gak ada kan," Vanesa tersenyum menutupi kebohongannya padahal ia juga melihat. Tapi, seseorang itu hilang seketika, tak ambil pusing tentang itu, dari pada rasa takut akan menguasainya jauh lebih dalam dan membuat adiknya semakin takut.

"Tadi beneran ada kak," adiknya meyakinkan.

"Sudahlah, duduk aja disana, mie sudah masak nih," seraya Vanesa menyajikan mie itu kedalam mangkok yang bergambar ayam jago lalu membawanya ketempat adiknya yang telah menunggu di meja makan, yang berada di dapur.

"Alhmdulilah," adiknya melihat listrik hidup kembali lekas mengecas laptop karena ada tugas kelompok yang harus diselesaikan malam nanti.

Vanesa tak lama menunggu adiknya kembali, lalu mereka menikmati mie rebus itu.

Kini adiknya juga bercerita, saat sampai dipagar rumah tadi, ia melihat seorang perempuan yang dikira teman Vanesa, perempuan itu berdiri di depan teras rumah, wajahnya tidak memiliki ekspresi, dan pandangannya kosong. Saat ia menutup pagar dan melihat kembali telah tidak ada.

"Uhkk, uhk," Vanesa keselek.

"Minum kak," adiknya memberi meminum air putih, "Kukira itu teman kakak."

Krontengggg...

Suara sebuah benda jatuh, membuat mereka celingukan.

"Kok, merinding kak."

"Sama?"

Kreseeekkk, kreesseekkk.... Suara terdengar diruang tamu.

"Dengar dek?"

"Ia, kak."

Mereka berhenti mengunyah mie. Saling berpegangan tangan takut.

Tak, tak.... Suara kaki terdengar mendekat.

"Kak?"

"Ya, dek," merangkul adiknya yang memeluk tubuhnya.

Suara itu semakin terdengar jelas dan semakin mendekat.

Meonggg...

Ternyata kucing.

Membuat mereka berdua tertawa, memang imajinasi terkadang bisa membuat seolah sesuatu yang bukan apa-apa menjadi mengerikan.

Kucing ini mereka beri nama item, karena bulunya berwarna hitam semua, dan memiliki ekor yang panjang.

Kucing ini Vanesa peroleh, dari rasa ibanya, lagi pula ia sangat menyukai hewan berbulu itu, tak mungkin hanya menyaksikan hewan kecil malang yang tak terawat itu menahan lapar di pinggir jalan sebelah supermarket dekat rumahnya, hingga membuatnya tergerak untuk memungutnya, kucing ini telah 4bulan lebih telah dipelihranya.

"Itemmm," ucap Vanesa mengelus kepala kucing.

Kucing itu disapa seolah manusia dan meletakkan di pangkuan disela kedua paha, "lapar juga ya?"

Adiknya meninggalkan makannya lalu beranjak berdiri menuju kulkas, dan membukanya untuk mengambil ikan tongkol dan tempe yang diparut halus, ini makanan yang diolah sendiri untuk Si Item. kucingnya diberikan tidak makanan yang kemasan saja seperti whiskes. Tapi, terkadang diberi makanan yang diolah sendiri menghindari kejenuhan kucing dan memberi asupan gizi yang berbeda-beda.

"Item, temm," panggil adiknya menaruh makanan yang diolahnya di piring kucing yang berwarna biru.

Kucing itu turun dari pangkuan Vanesa, dan menghampiri piring yang telah disediakan makanannya.

Tak ingin ketinggalan mereka pun melanjutkan melahap nikmat mie rebus racikan mereka dengan ditemani kucing milik mereka. Suasana pun mulai sedikit tenang dan cuaca hujan pun sedikit meredah.

"Dulu mie ini makanan buruh di jepang, dek," sambil menyeruput kuah mie rebus di sendoknya.

"Hmm, apa ia kak?"

"Ia dek, dulukan penduduk jepang yang selamat dari perang dunia 2, banyak kelaparan, jadi mie ramen dibuat instan."

"Ouh, ia kak, baru ingat, adek pernah baca juga, kalau gak salah nama penemu mie itu ando, dulu juga namanya mie ajaib karena cepat saji, sekitaran 2 menit sudah masak."

"Hhe. . .Ya, dek, coba dibayakan bila mie instan tidak ada."

"Mungkin ada penuman makanan lain kak,hhe."

"Hmm..." mereka berfikir makan apa yang ditemukan kalau bukan mie.

Lalu, tanpa sengaja berucap bareng, "Mungkin seperti ubi rebus, yang dikemas seperti mie instan."

"Haha..." mereka tertawa, dan Si Item itu ikut mengeong.

"Bila ubi rebus di kemas siap saji, mungkin penumunya pasti orang indonesia," tambah Vanesa.

Baru saja selesai bercanda gurau sambil menikmati mie rebus, suara mengetuk pintu terdengar.

Tok, tok...

"Kak," adiknya memangil, "ada yang mengetuk pintu."

Vanesa mencoba mendengarnya.

Tok, tokk, tokkk....

"Jangan-jangan," ucap adiknya seolah tegang.

"H-h-hantu, hhe," jawab Vanesa yang tau adiknya bercanda.

"Hahaa," adiknya tertawa.

Vanesa ikut tertawa, "Jangan-jangan ini teror ketuk pintu dek."

Lalu Vanesa, berdiri lekas melangkah ingin membuka pintu, diiringi tawa dan adiknya beres-beres dapur dan mencuci mangkok bekas mie.

"Hhaa, hati-hati kak!" teriak adiknya terdengar samar.

Saat pintu dibuka oleh Vanesa, ia begitu kagetnya, melihat siapa yang ada dihadapannya.

Bersambung...