"Masuk!" Perintahnya yang terdengar sangat mengerikan di telingaku.
Berkali-kali aku menelan ludah dengan kasar. Jangan tanyakan lagi bagaimana detak jantungku. Aku tidak bisa menghentikan dentumannya. Usahaku untuk mengajaknya pulang ke rumah Bunda gagal. Matanya yang tajam mem-buatku tak berkutik dan patuh begitu saja.
Aku duduk dengan gugup di kursi yang tersedia, mengamati isi kamar dengan seksama. Kamar ini didominasi warna putih dan cream. Aku suka dekorasinya, simple namun elegan, background bunga yang dipakai tak membuat kesan kamar terlihat ramai. Sangat anggun dan sedikit feminin. Dinding di depanku full terbuat dari kaca dan mengakses langsung ke kolam renang. Masih tertutup gorden berwarna broken white, dan aku tak berani membukanya.
Untunglah, ranjangnya begitu besar. Setidaknya bisa dimuati untuk empat orang. Kekhawatiranku sedikit ber-kurang mengetahui fakta ini. Aku bisa tidur di ujung ranjang, dan dia di ujung lainnya. Ya, ide bagus.
"Mandi sana!"
Lagi-lagi aku dikagetkannya. Sejak kapan dia mandi? Dan, penampakannya saat ini membuatku menundukkan kepala dalam-dalam. Dia, dengan bahtrobe selututnya, rambut basah, dan belahan dadanya yang terlihat. Masih sedikit basah dan terlihat menggoda. Cobaan apa lagi ini?
"Mandi? Mm...maksudku, maksud saya, pagi-pagi begini?" ralatku segera. Perintahnya selalu membuatku bertanya-tanya. Dan mungkin juga membuatku terlihat bodoh di matanya. Oleh karena itu aku harus berhati-hati agar tak dikatainya bodoh lagi.
"Ya."
"Tapi, mm... a... saya tidak membawa baju ganti."
Aku baru ingat, aku tak membawa apapun ke sini. Hanya hp dan dompet saja. Dan sialnya aku memakai jeans panjang dan juga kemeja panjang. Benar-benar bukan kostum yang tepat untuk tidur.
"Ada bahtrobe di dalam kamar mandi. Atau kalau mau, kau bisa memakai bajuku."
"Maksudnya?"
Dia tak menjawab pertanyaanku, malah merebahkan tubuh besarnya di tengah ranjang. Catat itu! Bukan pinggir, tapi TENGAH! lalu, menutup dirinya dengan selimut.
Sedang aku masih bingung. Perintahnya sudah jelas. Aku harus mandi. Masalahnya, aku pakai apa setelah mandi? Bagaimana dengan dalamanku? Tidak mungkin kan aku memakainya lagi? Lalu, aku tidur hanya menggunakan bathrobe? Tanpa dalaman? Sedangkan ada manusia berlainan jenis kelamin berada di sampingku?
Yang benar saja!
"Apa lagi yang kau tunggu?!"
"I-iya!"
Aku segera berlari menuju kamar mandi setelah mendengar teriakannya. Masa bodoh lah. Semoga Tuhan senantiasa melindungiku. Dan, aku tidur dengan suamiku sendiri bukan orang lain. Meskipun aku tak mengenalnya. Baiklah, aku harus mensugestikan kalimat ini di otakku dalam-dalam.
Dia sumaiku. Dia bukan orang lain. Aku istrinya. Dia tidak buruk. Dia tidak jahat. Dia tidak akan melukaiku. Dia tampan. Dia tampan. Dia tampan.
Cukup!
Otakku mulai kacau sekarang. Entah sudah berapa kali aku menyabuni diriku. Ah, benar juga. Aku bisa tidur di bathtube saja. Tidak buruk. Untunglah, dia memesan kamar di hotel bintang lima, jadi sudah pasti kamar mandinya terbaik. Lagi pula, aku sangat suka dengan kamar mandinya. Bersih, girly, wangi, dan sepertinya nyaman juga untuk tidur.
Aku segera memakai bahtrobe-ku dan mulai membersihkan bahthtube yang basah. Tidak mungkin kan aku tidur basah-basahan. Jadi ini harus dikeringkan. Nanti, kalau sempat aku akan menyelinap keluar, dan mengambil selimut, atau apapun yang bisa dijadikan alas. Sementara handuk sudah cukup.
Perfect!
Cerdas sekali Hannah! Otakmu memang bisa diandalkan.
Aku menyeringai sendiri dengan kelakuan konyolku. Aku mulai berbaring, cukup nyaman. Meskipun sedikit panas di sini. Tapi biarlah, dari pada nanti aku kepanasan di luar sana.
----------
-tbc