"Van! Besok gue berangkat bareng lo ya?" Ucap reina yang baru saja turun dari motor Vano.
"Iya." Jawab Vano sambil tersenyum ke arah reina.
"Thanks ya van!"
"Hm..., kalau gitu gue pulang dulu ya." Ucap Vano sambil menyalakan motor sport miliknya.
"Iya, hati hati!" Teriak reina pelan dan mendapat anggukan dari vano.
"Gue duluan ya!" Reina menganggukan kepalanya dan Vano langsung pergi meninggalkan pekarangan rumah reina.
@@@@
Suara bel istirahat baru saja berbunyi, membuat murid yang bosen dengan pelajarannya langsung bersemangat karena suara bel tersebut muncul.
"Al, kantin yuk!" Ajak syifa dan carla.
"Kalian duluan aja." Jawab alena.
"Ok!" Jawab mereka secara bergantian.
Alena segera berjalan menuju perpustakaan, sesampainya di perpustakaan alena mendapati Vano dan reina yang sedang mencari buku juga, reina melihat sosok alena yang baru saja masuk ke perpustakaan langsung menyenggol lengan Vano.
"Van! Gebetan lo datang tuh! Gue ke tak buku yang lain ya, gue nggak mau menganggu kalian! Jangan nyerah dapetin hati dia!" Ucap reina
kemudian menuju rak buku yang agak jauh dari Vano.
Vano langsung menghampiri alena yang sedang mencari buku di rak buku tepat di belakang Vano.
"Hai! Nyari buku apa?" Tanya Vano.
"Terserah gue mau nyari buku apa!" Ketus alena.
"Mau dibantui nggak?"
"Nggak usah!"
"Lo lagi pms?"
"Nggak!"
"Kok jutek banget?"
"Terserah gue!"
"Lo kenapa sih?bilang sama gue."
"Lain kali kalau mau pacaran jangan disini! Disini bukan tempat pacaran! Kalau mau pacaran di taman!"
"Lo cemburu?"
"Siapa juga yang cemburu! Gue cuma ingati aja."
Melihat Vano dan alena yang sedang berdebat, reina langsung menghampiri mereka.
"Kalian kenapa sih? Berisik banget." Ucap reina dan membuat keduanya menoleh ke arah reina.
"Alena cemburu sama kita." Ucap Vano sambil tertawa kecil.
"Gue nggak cemburu! Ngapain juga gue cemburu!" Alena langsung angkat suara.
"Yakin?" Tanya Vano.
"Yakin lah!"
Reina langsung mempunyai ide untuk membuat alena cemburu, ia langsung menggenggam tangan Vano, sedangkan Vano dan alena pun terkejut melihat aksi reina.
"Gue mau coba kalau dia itu cemburu atau nggak." Bisik reina ke Vano, dan Vano pun membalas genggamannya.
Melihat itu, alena langsung memasang wajah tidak suka.
"Minggir kalian! Gue mau keluar!" Ucap alena kesal.
"Kan bisa lewat dari sana al." Ucap reina sambil menunjuk arah yang dia maksud.
Alena langsung keluar dari perpustakaan dengan wajah kesal, ia tidak jadi meminjam buku karena mood nya hancur.
"Ternyata gebetan lo cemburu, gue kira nggak. Hahaha..." Ucap reina sambil melepas genggamannya.
"Ide lo cemerlang banget ya!" Kata Vano sambil tertawa pelan.
"Iya donk! Reina gitu lho! Hahaha..."
"Lo udah dapat bukunya?" Tanya Vano.
"Udah." Reina menunjukkan bukunya.
"Kayaknya pulang sekolah gue nggak bisa antar lo pulang."
"Kenapa?"
"Gue mau ajak alena jalan jalan, nggak papa ya?"
"Iya, gue nanti pulang naik taksi aja."
"Nggak usah naik taksi."
"Jadi?"
"Lo nanti diantar sama teman gue."
"Siapa?"
"Rayn."
"Rayn?"
"Teman gue."
"Gue nggak tahu yang mana orang nya."
"Nanti gue kasih tau."
"Ok..., ganteng nggak orangnya?"
"Ganteng, pintar, baik, emang kenapa?"
"Mau gue gebetin."
"Yaudah gebetin sana, masih jomblo dianya."
"Lo ada fotonya?"
"Ada, mau lihat?"
"Iya."
Vano langsung mengambil ponsel dari saku celananya dan menunjukkan foto rayn ke reina.
"Ini mah ganteng banget van! Nanti lo nggak usah antari gue untuk ketemu sama dia." Ucap reina sambil senyum senyum.
"Hm... Gue ingati sama lo supaya sabar ngehadapi dia."
"Emangnya kenapa?"
"Orangnya cuek banget kalau baru ketemu sama orang yang nggak dikenalnya."
"Jadi gue gimana? Kan dia nggak kenal gue."
"Nanti gue telpon dia."
"Thanks ya van!"
@@@@@
bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu, namun vano masih belum melihat alena keluar dari kelasnya.
vano masih tetep berdiri di samping motor sportnya sambil sesekali melirik ke arah jam yang melingkar ditangan kirinya, sedangkan reina sudah pulang bersama rayn 3 menit yang lalu.
"Alena!" Teriak vano yang melihat alena yang berjalan tanpa menghiraukannya.
Mendengar namanya dipanggil berkali kali oleh Vano, alena langsung berhenti berjalan dan berbalik badan untuk melihat Vano.
"Apa!" Jawabnya ketus.
"Kok lo nggak sama teman lo?" Tanya Vano.
"Terserah gue mau pulang sama teman gue atau nggak!"
"Ketus amat bu."
"Gue bukan ibu ibu!"
"Iya iya" Ucap Vano sambil tertawa.
"Pulang bareng gue aja."sambungnya
"Nggak! Nanti pacar lo marah."
"Siapa pacar gue?"
"Reina."
"Dia sahabat gue, bukan pacar gue."
"Oh.., mana reina ya?"
"Dia udah pulang."
"Sama siapa?"
"Rayn."
"Rayn?"
"Anak kelas 12 ipa 1."
"Kok nggak bareng lo pulangnya?"
"Gue maunya sama lo, bukan sama reina. Cepat naik! Gue mau ngajak lo ke suatu tempat." Ucap vano lagi dah membuat alena mengikuti perintahnya untuk naik di motor Vano.
vano menancapkan gas motornya menuju tempat yang ia bilang tadi, sesampainya di tempat tersebut vano menyuruh alena turun. Alena sangat menyukai tempat tersebut, ia turun dengan wajah yang sangat gembira.
"Kita kenapa kesini?"
"Gue mau bicara sama lo." Ucap Vano yang sudah duduk bersama alena di kursi yang berada dibawah sebuah pohon yang sangat rindang dan di depannya terdapat berbagai macam bunga yang berwarna warni.
"Bicara apa?"
"Tentang perasaan gue."
vano berdiri dari tempat duduknya dan menarik alena untuk berdiri di hadapannya. Alena terkejut karena tangannya ditarik oleh Vano, kini mereka saling menatap.
"Gue emang bukan cowok yang pintar dan pendiam, gue cuma cowok nakal yang taunya keluar masuk ruang bk karena sikap gue yang pecicilan, suka berkelahi, dan jarang ngerjain tugas. Tapi gue mohon sama lo jangan nilai gue dari situ, gue juga punya hati yang bisa aja berubah. Ok, gue langsung aja y.. gue boleh nggak jadi pacar lo?" Ucap Vano sambil memegang kedua tangan alena.
"Ma-maksudnya?" Tanya alena gugup.
"Hari senin, jam 15.00, di sebuah taman, seorang Vano bara wijaya menembak alena valencia syafira si gadis manis untuk menjadi pacar seorang Vano yang nakal. Karena seorang alena, Vano jadi ngerti kalau hidup itu mempunya banyak makna. Jadi, alena mau nggak jadi pacar Vano?" Ucapnya lagi yang masih memegang kedua tangan alena.
"Alena bingung mau jawab apa."
"Alena kenapa bingung? Alena tinggal jawab iya atau nggak. Vano memang bukan cowok yang romantis, tapi Vano janji sama alena kalau Vano akan selalu ada buat alena."
"Hm... alena mau kok jadi pacar seorang Vano yang tahunya cuma berkelahi, Hahaha.." Ucap alena sambil tertawa pelan..
"Alena serius?" Tanya Vano memastikan, dan mendapatkan anggukan dari alena. "Vano janji akan selalu ada buat alena, dan Vano janji akan selalu melindungi alena." Ucap Vano gembira sambil memeluk alena, alena membalas pelukannya.
"Vano janji ya sama ucapan Vano tadi." Ucap alena yang masih berada di pelukan Vano.
"Iya sayang, Vano nggak akan ingkari janji Vano tadi." Vano melepaskan pelukannya, dan menatap dalam mata alena. "Vano bakalan megang janji itu, misalnya Vano ingkari janji itu pasti Vano akan kehilangan sosok alena. Jadi bagaimanapun caranya Vano nggak bakal melepas alena, karena untuk mendapatkan alena aja susah banget, gimana maj dilepasin." Ucap Vano lagi membuat pipi alena memerah.
"Makasih ya Vano, karena kamu masih menyukai seorang alena yang nggak ngerti apa itu cinta. Kamu tahu nggak? Aku itu sayang banget sama kamu, jadi aku mohon misalnya nanti hubungan kita lagi nggak baik, kamu jangan berpikir untuk ninggali aku dan aku minta maaf sama kamu karena aku tadi ngomong nya ketus banget sama kamu." Ucap alena yang tiba tiba mengeluarkan air mata haru dan ia langsung memeluk Vano erat, seakan tidak ada yang boleh memeluk vano selain alena.
"Iya, Vano janji nggak akan ninggali alena. Udah jangan nangis lagi ya, ini kan saatnya kita happy bukan sedih kayak gini." Vano melepaskan pelukan alena lalu menghapus lembut air mata alena dan mengecup kening alena singkat.