Chereads / ALENO / Chapter 22 - Manja?

Chapter 22 - Manja?

Pukul 19.30 wib.

Ponsel milik Alena berbunyi, menampilkan nama Vano di layar ponselnya. Ia tersenyum melihat nama tersebut, dengan sesegera mungkin dia mengangkat telepon tersebut.

"Halo?" Ucap Alena

"Hai Al! Kamu lagi ngapain? Aku

Kangen sama kamu."  Kata Vano

Hal tersebut makin membuat Alena tersenyum kegirangan.

"Ha? Kita kan tadi udah jumpa

Vano..., Bahkan kita jalan jalan

lho tadi. Aku lagi rebahan aja,

kamu lagi ngapain?"

"Tapi kan Al, aku itu bener bener

kangen sama kamu.. Aku lagi

natap masa depan bersama kamu

nanti."

"Kerjaan kamu itu gombal terus ya

van , aku bosen dengarnya."

"Bosen apa bosen? Aku tebak pasti

kamu lagi senyum senyum kan

sekarang?"

"Sok tau banget kamu, belajar aja

sana kamu!"

"Nanti kamu kangen sama aku.."

"Ih!! Vano!! Kamu nyebelin banget

sih jadi cowok!"

"Nyebelin gini, pacar kamu juga

kan?"

"Tau ah!, Kesel aku sama kamu."

"Hahaha..., Kamu udah makan?"

"Belum."

"Makan sana, jangan sampai nggak

makan."

"Aku lagi mager Van.. kamu juga

belum makan kan?"

"Aku udah makan sayang..., Kamu

makan sana, jangan ngeyel jadi

orang ya.."

"Kamu mah, nyebelin banget jadi

orang sih..."

"Kamu tunggu aku, bentar lagi aku

sampai dirumah kamu."

"Tapi Van, ka-"

BIP!

Sambungan teleponnya pun terputus begitu saja, Vano memutuskan sambungan teleponnya.

"Kesel banget sih sama Vano!" Gerutu Alena.

20 menit kemudian, suara klakson terdengar dari luar, Alena mengintip dari jendela kamarnya. Ia segera lari keluar untuk menemui orang tersebut.

"Kamu ngapain sih kesini?" Tanya alena.

Vano mengasih Alena sebuah plastik.

"Ini apa Van?"

"Makanan, kamu makan ya.."

"Van, kamu kesini cuma mau

ngasih ini? Van, aku jadinya

ngerepotin kamu lho.."

"Nggak ada kata repotin untuk

kamu. Aku pulang ya, jangan lupa

dimakan. Orang tua kamu

mana?"

"Belum pulang, kenapa?"

"Nggak papa, nanya aja. Aku kirim

salam ya sama mereka."

"Van, kamu nggak mau mampir

dulu gitu? Nggak mau minum?"

"Nggak usah, aku langsung pulang

aja."

"Aku nggak mau makan!"

"Kenapa?"

"Aku mau makan, kalau kamu

disini anterin aku makan."

"Nanti nggak enak dilihat

tetangga."

"Yaudah, kalau kamu nggak mau,   

aku juga nggak mau makan."

"Iya, aku anterin kamu makan."

Vano memasukkan motor sport nya kedalam pekarangan rumah Alena, kemudian mereka masuk kedalam rumah Alena.

"Kamu manja banget ya sekarang." Ucap vano.

"Biarin, aku bosen tau... Nggak ada

yang temenin aku."

"Iya iya, yaudah makan sana."

"Kamu tunggu sini, aku ngambil

piring dulu ke dapur."

"Iya."

Kemudian Alena kembali ke ruang makannya. Sesampainya, ia duduk disamping Vano. Ia membuka makanan yang dibawakan vano tadi, ia mulai melahap makanan tersebut.

"Makasih ya van, kamu udah

bawain makanan. Jadi ngerepotin

kamu."

"Kan aku udah bilang, aku nggak

merasa direpotin."

"Makasih." Ucapnya sambil tersenyum.

"Kamu lahap banget ya makannya,

lapar apa doyan?"

"Ih.. kamu nyebelin banget sih,

kamu mau?"

"Enggak, aku udah makan."

"Pokoknya kamu makan, aku

sulangi ya..."

"Enggak, aku udah kenyang, kamu

aja yang makan."

Alena langsung menyulangkan  makanannya kedalam mulut Vano, sontak membuat Vano terkejut. Ia langsung mengunyah makanannya.

"Akhirnya kamu makan juga,

hahaha."

"Kamu mulai nakal ya."

"Biarin, kamu nya bandel banget

sih, disuruh makan kamu nggak

mau. Hahaha, kamu lucu!"

"Apanya yang lucu?"

"Kamunya, waktu aku suapin

wajah kamu terkejut gitu.

hahaha.."

"Ketawa aja terus, sampai kamu

puas."

"Ululu, pacar aku ngambek nih

ceritanya? Aku baru tau kalau

seorang Vano bara Wijaya yang

dikenal dengan sifat badboy nya,

bisa ngambek juga ya.."

"Tau nggak? Kamu bikin aku

kesel.."

"Kamu kesel sama aku? Sini sini,

aku peluk biar nggak kesel lagi."

Alena langsung memeluk Vano, memeluknya dengan erat, membuat Vano langsung membalas pelukannya Alena.

"Sorry, udah bikin kamu kesal." ucap Alena yang masih berada di pelukan Vano.

"Aku cuma bercanda, aku nggak

kesel kok sama kamu."

"Makasih ya sayang, kamu mau

nemenin aku. Makasih juga untuk

makanannya, aku beruntung

banget punya pacar kayak kamu.

Tau nggak? Aku sangat berterima

kasih sama mama kamu dan papa

kamu, kenapa? Karena mereka

kamu ada disini, di dunia ini.

Kamu jangan tinggali aku ya?"

"Iya, aku janji." Ucap vano tersenyum yang masih memeluk alena.

"Makasih sayang."

Alena melepas pelukannya dan dia mencium pipi Vano, yang membuat sang empunya terkejut.

"Makasih." Ucap vano tersenyum

"Sama sama sayang."

"Yaudah, kalau gitu aku pulang

dulu ya, udah malam soalnya."

"Iya, yuk aku anterin."

Mereka berjalan keluar dari ruang makan, menuju pekarangan rumah tersebut dimana Vano memarkirkan motornya.

"Kamu hati hati ya, jangan ngebut

ngebut bawa motornya."

"Iya sayang." Ucap vano sambil mengusap rambut Alena.

Vano menghidupkan motor sport tersebut.

"Hati hati sayang." Ucap Alena

"Iya, aku duluan ya. Kalau ada apa

apa, kabarin aku ya."

"Siap kapten!"

Vano langsung menancapkan gas motornya, meninggalkan area rumah Alena. Alena tersenyum begitu saja melihat motor Vano yang udah agak jauh. Kemudian ia masuk kedalam rumahnya.