Pukul 19.30 wib.
Ponsel milik Alena berbunyi, menampilkan nama Vano di layar ponselnya. Ia tersenyum melihat nama tersebut, dengan sesegera mungkin dia mengangkat telepon tersebut.
"Halo?" Ucap Alena
"Hai Al! Kamu lagi ngapain? Aku
Kangen sama kamu." Kata Vano
Hal tersebut makin membuat Alena tersenyum kegirangan.
"Ha? Kita kan tadi udah jumpa
Vano..., Bahkan kita jalan jalan
lho tadi. Aku lagi rebahan aja,
kamu lagi ngapain?"
"Tapi kan Al, aku itu bener bener
kangen sama kamu.. Aku lagi
natap masa depan bersama kamu
nanti."
"Kerjaan kamu itu gombal terus ya
van , aku bosen dengarnya."
"Bosen apa bosen? Aku tebak pasti
kamu lagi senyum senyum kan
sekarang?"
"Sok tau banget kamu, belajar aja
sana kamu!"
"Nanti kamu kangen sama aku.."
"Ih!! Vano!! Kamu nyebelin banget
sih jadi cowok!"
"Nyebelin gini, pacar kamu juga
kan?"
"Tau ah!, Kesel aku sama kamu."
"Hahaha..., Kamu udah makan?"
"Belum."
"Makan sana, jangan sampai nggak
makan."
"Aku lagi mager Van.. kamu juga
belum makan kan?"
"Aku udah makan sayang..., Kamu
makan sana, jangan ngeyel jadi
orang ya.."
"Kamu mah, nyebelin banget jadi
orang sih..."
"Kamu tunggu aku, bentar lagi aku
sampai dirumah kamu."
"Tapi Van, ka-"
BIP!
Sambungan teleponnya pun terputus begitu saja, Vano memutuskan sambungan teleponnya.
"Kesel banget sih sama Vano!" Gerutu Alena.
20 menit kemudian, suara klakson terdengar dari luar, Alena mengintip dari jendela kamarnya. Ia segera lari keluar untuk menemui orang tersebut.
"Kamu ngapain sih kesini?" Tanya alena.
Vano mengasih Alena sebuah plastik.
"Ini apa Van?"
"Makanan, kamu makan ya.."
"Van, kamu kesini cuma mau
ngasih ini? Van, aku jadinya
ngerepotin kamu lho.."
"Nggak ada kata repotin untuk
kamu. Aku pulang ya, jangan lupa
dimakan. Orang tua kamu
mana?"
"Belum pulang, kenapa?"
"Nggak papa, nanya aja. Aku kirim
salam ya sama mereka."
"Van, kamu nggak mau mampir
dulu gitu? Nggak mau minum?"
"Nggak usah, aku langsung pulang
aja."
"Aku nggak mau makan!"
"Kenapa?"
"Aku mau makan, kalau kamu
disini anterin aku makan."
"Nanti nggak enak dilihat
tetangga."
"Yaudah, kalau kamu nggak mau,
aku juga nggak mau makan."
"Iya, aku anterin kamu makan."
Vano memasukkan motor sport nya kedalam pekarangan rumah Alena, kemudian mereka masuk kedalam rumah Alena.
"Kamu manja banget ya sekarang." Ucap vano.
"Biarin, aku bosen tau... Nggak ada
yang temenin aku."
"Iya iya, yaudah makan sana."
"Kamu tunggu sini, aku ngambil
piring dulu ke dapur."
"Iya."
Kemudian Alena kembali ke ruang makannya. Sesampainya, ia duduk disamping Vano. Ia membuka makanan yang dibawakan vano tadi, ia mulai melahap makanan tersebut.
"Makasih ya van, kamu udah
bawain makanan. Jadi ngerepotin
kamu."
"Kan aku udah bilang, aku nggak
merasa direpotin."
"Makasih." Ucapnya sambil tersenyum.
"Kamu lahap banget ya makannya,
lapar apa doyan?"
"Ih.. kamu nyebelin banget sih,
kamu mau?"
"Enggak, aku udah makan."
"Pokoknya kamu makan, aku
sulangi ya..."
"Enggak, aku udah kenyang, kamu
aja yang makan."
Alena langsung menyulangkan makanannya kedalam mulut Vano, sontak membuat Vano terkejut. Ia langsung mengunyah makanannya.
"Akhirnya kamu makan juga,
hahaha."
"Kamu mulai nakal ya."
"Biarin, kamu nya bandel banget
sih, disuruh makan kamu nggak
mau. Hahaha, kamu lucu!"
"Apanya yang lucu?"
"Kamunya, waktu aku suapin
wajah kamu terkejut gitu.
hahaha.."
"Ketawa aja terus, sampai kamu
puas."
"Ululu, pacar aku ngambek nih
ceritanya? Aku baru tau kalau
seorang Vano bara Wijaya yang
dikenal dengan sifat badboy nya,
bisa ngambek juga ya.."
"Tau nggak? Kamu bikin aku
kesel.."
"Kamu kesel sama aku? Sini sini,
aku peluk biar nggak kesel lagi."
Alena langsung memeluk Vano, memeluknya dengan erat, membuat Vano langsung membalas pelukannya Alena.
"Sorry, udah bikin kamu kesal." ucap Alena yang masih berada di pelukan Vano.
"Aku cuma bercanda, aku nggak
kesel kok sama kamu."
"Makasih ya sayang, kamu mau
nemenin aku. Makasih juga untuk
makanannya, aku beruntung
banget punya pacar kayak kamu.
Tau nggak? Aku sangat berterima
kasih sama mama kamu dan papa
kamu, kenapa? Karena mereka
kamu ada disini, di dunia ini.
Kamu jangan tinggali aku ya?"
"Iya, aku janji." Ucap vano tersenyum yang masih memeluk alena.
"Makasih sayang."
Alena melepas pelukannya dan dia mencium pipi Vano, yang membuat sang empunya terkejut.
"Makasih." Ucap vano tersenyum
"Sama sama sayang."
"Yaudah, kalau gitu aku pulang
dulu ya, udah malam soalnya."
"Iya, yuk aku anterin."
Mereka berjalan keluar dari ruang makan, menuju pekarangan rumah tersebut dimana Vano memarkirkan motornya.
"Kamu hati hati ya, jangan ngebut
ngebut bawa motornya."
"Iya sayang." Ucap vano sambil mengusap rambut Alena.
Vano menghidupkan motor sport tersebut.
"Hati hati sayang." Ucap Alena
"Iya, aku duluan ya. Kalau ada apa
apa, kabarin aku ya."
"Siap kapten!"
Vano langsung menancapkan gas motornya, meninggalkan area rumah Alena. Alena tersenyum begitu saja melihat motor Vano yang udah agak jauh. Kemudian ia masuk kedalam rumahnya.