Chereads / ALENO / Chapter 23 - Bertemu calon mertua

Chapter 23 - Bertemu calon mertua

"Lo masuk ke kelas lo aja sana,

ntar lagi bel lho Van." Ucap Alena yang masih duduk di kelasnya.

Ya, mereka sedang berada di kelas Alena. Jam menunjukkan pukul 07.15, murid-murid di kelas tersebut sudah pada bermunculan karena pukul 07.30 bel masuk sudah berbunyi.

"Masih 15 menit lagi al." Jawab Vano yang duduk di samping kursi Alena.

"Tapi, yang lain udah pada datang

tuh."

"Biarin aja, biar mereka tau kalau

lo udah ada yang punya. Jadi

mereka nggak ada yang berani

dekatin Lo lagi."

"Terserah Lo aja lah Van."

"Ngambek nih ceritanya?"

"Siapa yang ngambek?"

"Lo."

"Mana ada gue ngambek ya."

"Iya iya, gue percaya kok sama Lo." Tangan Vano terulur ke rambut Alena dan mengacak-acak rambut Alena.

"Berantakan rambut gue Vano!!"

"Biarin... Wlee!!" Ia mengejek Alena dengan cara menjulurkan lidahnya ke Alena.

"Van, Lo kerasukan jin apaan?"

"Nggak ada kerasukan kok."

"Yakin?"

"Iya."

"Gue rasa Lo hari ini lagi

kerasukan. Ih! Males lah

dekat-dekat sama Vano." Ucapnya bergidik ngeri.

"Pacarnya sendiri dibilang

kerasukan, dosa ntar lho."

"Emang ada ya sejarahnya kalau ngejek pacar itu berdosa?"

"Nggak tau juga sih, ada nggak ya?"

"Daripada Lo bingung nyari

jawabannya, lebih baik Lo balik aja

ke kelas Lo, soalnya udah mau bel."

"Iya iya, gue kekelas ya."

"Iya. Jangan belok kekantin,

langsung masuk ke kelas."

"Iya bawel."

"Lo bilang apa?"

"Bawel."

Alena langsung mencubit perut Vano, membuat sang empunya merasa geli disertai kesakitan.

"Yaudah sana kekelas."

"Iya, bye sayang... Istirahat gue

kesini."

"Iya."

*******

"Yuk kekantin." Ucap Vano yang baru masuk ke kelas Alena.

"Yuk."

Mereka segera ke kantin, dikantin sudah ada Syifa, Carla, Elina, dan teman-teman Vano. Mereka langsung menuju ke meja teman-teman nya.

"Waduh! Yang pacaran emang

beda." Ucap salah satu teman Vano, yaitu Rio.

"Ya iya lah, emang Lo yang dari

dulu jomblo." Sahut Bagas.

"Walaupun gue jomblo, tapi

banyak yang naksir." Jawab Rio percaya diri.

"Iya banyak, tapi ibu-ibu komplek

yang naksir sama Lo." Sahutan Azka membuat mereka semua tertawa.

"Sok tau Lo!" Ucap Rio.

"Emang iya kan?"

"Iya sih, tapi kan disekolah ini juga

ada yang naksir gue."

"Hm... Gue percaya kok, semerdeka

Lo aja deh."

"Al, Lo kok nggak bilang sih sama

kita kalau Lo jadian sama tuh

Curut." Ucap Carla menunjuk Vano.

"Nggak mau tau, pokoknya PJ." Sambung Syifa.

"Al, Lo kok mau sih sama dia?" Sahut Elina.

"Emang kalau dia mau sama gue

kenapa? Masalah buat Lo?" Vano mengangkat suara.

"Eh, nggak usah nyolot deh Lo."

"Rio! cewek Lo nih, heboh banget." Vano mengadu ke Rio.

"Idih, dia itu bukan cewek gue.

lagian kalau gue sama dia

pacaran, yang ada gendang

telinga gue pecah karena suara

cemprengnya." Elina langsung melotot kearah Rio.

"Lo kira gue mau sama Lo? Sorry

ya, cowok tulen masih banyak di

dunia ini."

"Jadi Lo kira gue cowok nggak

tulen? Hello!! Gue cowok tulen ya,

setiap Minggu gue nge gym. Mau

lihat ABS gue?"

"Kalian kok jadi berantem sih?" Carla membuka suara.

"Dia duluan uang nyari masalah

car." Elina mengadu.

"Eh burung kakaktua, jangan

nyari masalah sama dia. Udah tau

dia kalau diganggu nggak bakalan

kelar masalahnya." Carla berbicara dengan Rio.

"What?! Burung kakaktua? Lo

nggak usah ganti-ganti nama gue.

emak gue udah potong kambing

untuk gue, dan gue dikasih nama

Rio. Bukan burung kakaktua."

"Lo tau film burung kakaktua itu

yang warna biru, kan namanya

Rio."

"Udah lah, yang waras ngalah." Pasrah Rio.

******

"Al, kerumah gue yuk!" Ucap Vano sambil mengendarai motornya.

"Ngapain?"

"Mau ngenalin Lo ke bunda sama

ke papa gue. Gue mau bilang

sama mereka kalau calon

menantunya udah ada, tinggal

nunggu kapan nikahnya."

"Van! Bisa nggak sekali aja Lo

serius?"

"Lo mau gue seriusin? Ayok!

kapan? Besok? Gue siap kok."

"Mau gue cubit?"

"Enggak enggak, ampun Al."

"Yaudah, gue mau ke rumah Lo."

"Serius?"

"Iya."

"Yes!! Akhirnya.."

*****

Vano memarkirkan motornya di depan rumahnya. kemudian ia mengajak Alena masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum bunda!!" Teriak Vano.

Muncullah seorang wanita paruh baya yang memakai celemek dari arah dapur.

"Waalaikumsalam, bisa nggak

kamu sekali aja kalau masuk

rumah itu jangan teriak-teriak."

Vano langsung mencium punggung tangan bundanya, Alena pun ikut mencium punggung tangan bunda Vano.

"Nggak bisa Bun, udah terbiasa

kayak gitu Bun."

"Haduh! Kok bisa ya, bunda

punya anak kayak kamu?"

"Ya bisa lah Bun, tapi kan bunda

juga beruntung punya anak

kayak aku, soalnya kan aku

ganteng, Sholeh, dan rajin

menabung tentunya."

"Semerdeka kamu aja lah. Oh iya,

Gadis cantik disamping kamu

ini siapa?" Tanya bunda Vano sambil tersenyum ke arah Alena.

"Saya Alena Tante." Jawabnya sambil tersenyum.

"Temannya?" Tanya bunda Vano ke arah Vano.

"Bukan Bun, dia calon menantu

Bunda." Jawab Vano.

"Seriusan? Kamu kok mau sih

sama anak ini? Kamu kan

cantik."

"Emang aku nggak ganteng Bun?"

"Enggak."

"Bunda kok gitu sih sama anak

sendiri? Jelas jelas anaknya

ganteng, melebihi artis Korea."

"PD banget kamu ya. Kamu ajak

duduk dulu tuh menantu bunda,

kasian berdiri terus."

"Siap bunda!" Vano berhormat ke bundanya.

"Bunda ambil minum dulu ya."

"Nggak usah Tante."

"Jangan manggil Tante, bunda

aja panggil nya. Kamu harus

minum, bunda nggak mau tau."

"Makasih bunda."

Bundanya vano berjalan ke dapur mengambil minuman dan beberapa camilan, kemudian ia menaruh di meja yang berada di depan mereka duduk.

"Papa!! Ada calon menantu nih!" Teriak bundanya Vano.

"Iya pa! Ada calon istri bara nih

pa!" Vano ikut-ikutan teriak.

Kemudian muncullah pria paruh baya dari lantai atas menuju ke arah mereka. Dan ia langsung duduk di samping bunda Vano. Pria paruh baya itu terlihat mirip dengan vano, sama-sama ganteng walaupun ia sudah berumur.

"Mana calon menantu papa?" Ucap papanya Vano.

"Itu, yang duduk disamping

bara." Jawab bundanya Vano.

"Om, kenalin saya Alena."

"Kamu bener calon menantu

saya? Kok saya nggak percaya

kalau kamu calon menantu

saya."

"Kenapa pa?" Tanya bunda Vano bingung.

"Soalnya mana ada perempuan

secantik Alena suka sama bara

Yang muka nya nggak ganteng.

apa jangan-jangan kamu nyulik

Alena, terus kamu paksa supaya

dia mau sama kamu?" Ucap papa bara sambil bertanya ke bara.

"Astaghfirullah., Papa nggak

percaya sama bara kalau dia

calon menantu papa? Anaknya

jelas-jelas ganteng gini, dibilang

nggak ganteng. Maafin mereka

ya Allah, karena udah

jelek-jelekin anak seganteng

ini.. Aamiin."

"Kamu panggil om, papa aja ya."

"Oh, iya pa."

"Bara, kamu nggak ganti baju

dulu?" Ucap papa Vano.

"Nanti aja pa, bara masih mau

disini temani Alena. Soalnya

Bara takut kalau nanti kalian

jelek-jelekin bara di depan Alena,

yang ada nanti Alena nggak mau

jadi istrinya bara."

"Yaudah terserah kamu, papa mau

keatas dulu ya. Soalnya banyak

banget kerjaan papa.

"Iya pa." Jawab vano, dan Alena senyum ke arah papa Vano.

"Kalau gitu, bunda mau lanjut

masak juga lah."

"Alena bantu ya Bun." Ucap Alena ke bundanya Vano.

"Nggak usah, kamu disini aja sama

bara ya. Bunda cuma masak

sebentar aja, ok?" Bunda Vano berdiri dari tempat duduknya.

"Oh, yaudah Bun. Tapi kalau

bunda butuh bantuan, Alena siap

kok." ucap Alena tersenyum.

"Ok sayang, yaudah bunda tinggal

dulu ya."

Bunda Vano pun berjalan kearah dapur, dan papanya Vano sudah pergi ke atas untuk menyelesaikan pekerjaannya. kini yang tersisa di tempat itu hanya Vano dan Alena.

"Van, Lo dirumah dipanggil bara

ya?" Alena membuka suara.

"Iya. Yang manggil nama itu cuma

keluarga gue sama orang-orang

terdekat gue aja." Ucapnya sambil tersenyum kearah Alena.

"Tapi kenapa Carla manggil Lo

Vano, bukan bara?"

"Kalau di sekolah dia manggil gue

Vano, tapi kalau di rumah dia

manggil gue bara."

"Oh, yang manggil Lo bara selain

mereka ada?"

"Nggak ada."

"Gue mau tahu, orang-orang

terdekat lo siapa aja?"

"Si tiga curut, teman-teman di

markas gue, Reina, sama rayn.

Udah itu aja."

"Si tiga curut? Siapa?"

"Azka, Bagas, Rio."

"Oh.., boleh nggak kalau gue

manggil Lo bara?"

"Ya boleh lah."

"Hm.., mendingan Lo ganti baju

dulu deh."

"Nggak ah, nanti aja."

"Kenapa?"

"Gue mau sama Lo aja disini."

"Ganti baju sekarang

Vano.Bara.Wijaya!" Ucap Alena menekankan kata Vano Bara Wijaya.

"Oke siap nyonya Bara!"

Vano langsung lari ke lantai atas menuju kamarnya, Alena yang melihat itu langsung geleng-geleng kepala sambil tertawa geli melihat tingkah Vano yang bisa dibilang berbeda dengan kelakuan dia di sekolah. Alena langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri bunda Vano yang sedang memasak di dapur.

"Alena bantu ya bunda." Ucapan yang berada di belakang bunda Vano.

"Nggak usah, nanti baju kamu

kotor." Jawab bunda Vano berbalik menghadap Alena sambil tersenyum.

"Nggak kok bun, Alena bantu ya?" Alena memohon ke bunda Vano dan ia menampilkan 'puppy eyes' nya.

"Yaudah, kamu boleh bantu

bunda masak."

"Yey! Makasih bunda."

Alena langsung memeluk bunda Vano, dan bunda Vano membalas pelukan Alena sambil mengusap rambut Alena. Kemudian Vano datang ke arah mereka sambil berdeham.

"Kok pelukannya berdua aja?

aku nggak diajak nih? Al, nggak

mau Peluk gue? Nganggur nih

badan gue."

"Kamu nggak boleh." Bunda Vano langsung menjawab.

Bunda Vano dan Alena langsung melepaskan pelukannya dan kembali memasak makanannya. Vano yang melihat itu langsung tersenyum dan ia juga ikut membantu menyiapkan alat-alat makan ke meja makan,dan mengangkat masakannya ke meja makan juga. kini mereka semua berada di depan meja makan dan menyantap makanannya dengan lahap, beberapa menit kemudian mereka selesai makan, mereka menaruh piring kotornya ke tempat cucian piring. Bunda Vano langsung mencuci piringnya dan dibantu oleh Alena.

"Bunda, Alena pulang dulu ya.

Soalnya udah sore."

"Iya, tapi kapan-kapan kamu ke

sini lagi ya."

"Iya bunda. Oh iya, papa mana

Bun?"

"Papa tadi berangkat ke kantor,

katanya ada meeting."

"Oh, kalau gitu Alena kirim salam

sama papa ya Bun."

"Iya, kamu pulang sama bara

kan?"

"Iya bunda."

Vano turun dari lantai atas dengan setelan hoodie jumper dengan celana jeans berwarna hitam yang sobek dibagian lututnya dan sepatu sport merk Adidas.

"Udah?" Tanya Vano.

"Udah kok."

"Bunda, bara antar Alena pulang

dulu ya Bun, sekalian bara mau

pamit pergi ke tempat biasa."

"Iya. Kamu bawanya hati-hati ya,

jangan ngebut-ngebut bawa

calon menantu bunda."

"Siap bunda! Kalau itu bara selalu

hati-hati kok bun, tenang aja.

100% calon menantu bunda

aman kok sama bara. Kalau gitu

bara pamit ya bunda."

Vano langsung mencium punggung tangan bundanya dan Alena pun langsung mencium punggung tangan bunda Vano dan memeluknya sebentar.

"Alena pamit ya bunda.

Assalamualaikum bunda."

"Waalaikumsalam." Bunda Vano tersenyum kearah Alena

Vano sudah berada di atas motor sportnya, Alena langsung menghampiri Vano dan naik ke motor sport Vano dengan dibantu pundak Vano sebagai penopangnya. Sebelum mereka pergi dari pekarangan rumah Vano, Alena pamit ke bunda Vano.Vano mengendarai motornya dengan kecepatan normal, tangan Alena berada di pinggang Vano sebagai pegangannya.

"Bar, kapan-kapan gue kerumah

Lo lagi ya." Ucap Alena dari belakang.

"Iya, kalau perlu, lo nginep pun

nggak papa. Pintu rumah gue

Selalu terbuka untuk Lo."

"Makasih.. oh iya, Lo mau

kemana?"

"Gue mau ke markas, disana juga

ada tiga curut, rayn, dan

teman-teman gue lainnya."

"Gue boleh ikut nggak?"

"Lo yakin mau ikut gue?"

"Iya, emang kenapa?"

"Nggak papa, gue takutnya Lo

bosen kalau disana."

"Ya enggak lah. kan ada Lo, mana

mungkin gue bosen."

"Udah pandai gombal sekarang ya?

siapa yang ngajarin?" Ucap Vano sambil tertawa pelan.

"Yang ngajarin gue itu Lo."

"Iyanya?"

"Iya Vano Bara Wijaya." Alena mencubit pipi Vano karena gemas dengan ekspresi yang Vano tampilkan.

Sesampainya di rumah Alena, mereka disambut dengan mamanya Alena. Mereka langsung mencium punggung tangan mama Alena, dan Alena langsung menuju kamarnya. Beberapa menit kemudian Alena keluar dari kamarnya dengan setelan kaos putih yang dibalut jaket jeans wanita dan ia memakai celana jeans berwarna hitam serta sepatu bermerk Converse berwarna putih. Alena langsung menghampiri Vano yang sedang duduk bersama mamanya.

"Ma, Vano ajak Alena jalan-jalan

ya." Ucap Vano ke mamanya Alena.

"Iya, kalian hati-hati ya."

"Siap ma." Ucap mereka berbarengan.

"Kalau gitu, Vano pamit ya ma.

Assalamualaikum." Vano mencium punggung tangan mama Alena.

"Waalaikumsalam."

"Alena pamit ya ma.

Assalamualaikum." Alena juga ikut mencium punggung tangan mama nya.

"Waalaikumsalam."

Mereka langsung pergi ke tempat yang dituju, yaitu markas Vano dan teman-temannya.

"Markas Lo jauh bar?" Tanya Alena penasaran.

"Enggak kok, bentar lagi sampai.

Oh iya, Lo nggak papa kan kalau

disana? Soalnya nggak ada cewek

disana."

"Nggak papa."

"Ok."

Alena mempererat pegangannya di pinggang Vano, menenggelamkan wajahnya di punggung Vano. Membuat sang empunya diam-diam tersenyum sambil memperhatikan tangan yang melingkar di pinggangnya, kemudian ia memegang tangan tersebut dan mengelusnya dengan lembut.

"Jangan tinggalin gue ya." Ucapnya yang masih mengelus tangan tersebut.

"Iya, gue nggak akan ninggalin Lo.

Gue janji." Jawab Alena yang masih berada di posisi seperti itu.

"Makasih, udah mau Nerima gue."

"Sama-sama." Alena melepas pegangannya dan ia berdiri kemudian berteriak, "ALENA SAYANG BARA!!" Teriak nya keras-keras, membuat Van- ralat Bara tertawa melihat tingkah Alena.

"BARA JUGA SAYANG ALENA!!" Vano juga teriak.

Alena langsung duduk kembali dan memeluk Vano dari belakang dan menenggelamkan wajahnya di punggung Vano, seperti posisi pertama.

"Gue cinta Lo bar." Ucapnya lirih dibalik punggung Vano, namun Vano mendengarnya.

"Gue juga cinta sama Lo." Balas Vano sambil memegang tangan yang melingkar di pinggangnya.