Chereads / ALENO / Chapter 24 - Markas Alaska

Chapter 24 - Markas Alaska

Vano memarkirkan motornya

dengan sempurna di depan sebuah

bangunan, bangunan tersebut

merupakan markas vano dan

teman-temannya. Di depan markas

tersebut sudah banyak motor yang

terparkir di dekat motor Vano.

Vano menggenggam tangan Alena

dengan lembut dan menariknya

masuk ke dalam markas itu.

Di dalam markas tersebut terdapat

beberapa kursi dan sofa, televisi,

meja dan sebagainya. Semua mata

tertuju pada Vano dan Alena yang

baru masuk ke dalam markas.

Azka, Bagas, dan Rio menghampiri

mereka yang baru saja masuk, dan

mereka bertos ala cowok dengan

Vano.

"Wih!! Yang pacaran mah beda,

kemana-mana bareng terus ya?" Ucap Azka sambil terkekeh pelan.

"Iya nih, kayak perangko. Nempel

terus." Sambung Rio.

"Makanya kalian tuh cari pacar,

biar nggak sendiri terus kalau

kemana-mana." Jawab vano santai.

"Enakan jomblo, bisa dekat sama

semua cewek." Sahut Bagas.

"Terserah kalian deh. Oh iya, rayn

mana? Kok dia nggak ada?" Tanya

Vano bingung.

"Dia udah pulang duluan, katanya

dia mau belajar. Besok dia ada

ujian." Jawab Azka.

"Ooh, gue kira dia nggak datang.

Soalnya tumben aja kalau dia

nggak datang kan."

Vano melihat Alena sekilas dan

langsung menggenggam tangan

Alena.

"Capek ya? Kasian banget sih

pacarnya Vano bara Wijaya ini.

Duduk dulu yuk." Ajak Vano, dan Alena menjawabnya dengan cara menganggukkan kepalanya.

"Kasian banget sih nasib para

jomblo kalau kayak gini." Ujar Rio cemberut.

"Suruh siapa lo jomblo? Makanya

cari pacar." Ucap Azka, membuat Rio menatapnya tajam.

"Kayak lo nggak jomblo aja nyet." Ucap Rio kesal.

"What?! Gue jomblo? Sorry lah ya,

gue udah punya pacar."

"Bacot lo! Bohong lo kan?"

"Gue? Bohong? Sejak kapan

seorang Azka Ganendra bohong?"

"Lo betulan udah punya pacar?"

"Iya kodok. Kalau nggak percaya

tanya aja nih sama si Bagas."

"Jujur sama gue gas, Azka udah

punya pacar?"

"Iya. Emang lo nggak tau? Kalau

Azka udah jadian sama saudara si

bara."

"Carla maksud Lo?" Tanya Rio meyakinkan.

"Ya iya lah gebleg. Siapa lagi coba?

Makanya kalau jam istirahat itu

jangan godain cewek aja kerjaan

lo. Ketinggalan beritakan lo." Ucap Bagas, setelah itu ia merangkul pundak Azka, meninggalkan Rio yang sedang terdiam ditempatnya memikirkan ucapan Bagas.

"Pantas aja, minggu-minggu ini dia

deket banget sama Carla." Ucapnya pelan sambil melihat Azka dan Bagas yang udah agak jauh dari dia berada.

Vano menyuruh Alena duduk,

kemudian ia juga duduk di

samping Alena.

"Lo bosen ya Al?" Tanya Vano.

"Enggak kok." Jawabnya sambil tersenyum ke Vano.

"Cewek Lo bos?" Tanya seorang cowok yang menghampiri mereka.

"Ya iya lah, jadi siapa lagi kalau

bukan cewek gue?"

"Cantik juga pacar lo bos. Oh iya,

kenalin nama gue andri. Nama

lo siapa?" Ucapnya tersenyum ke arah Alena.

"Alena." Jawab Alena sambil tersenyum ke arah Andri.

Melihat itu Vano langsung

mengangkat suara. "Mau gue

congkel mata lo? Nggak usah

lihat-lihat kayak gitu ke cewek gue,

terus ngapain Lo senyum-senyum

ke cewek gue? Mau gue koyak

mulut Lo?"

"Galak amat bos, tenang aja gue

nggak bakalan ambil cewek Lo.

Yang ada gue inalillahi dibuat

Lo." Andri terkekeh pelan. "Oh

iya bos, Lo mau gue belikan

apa?"

"Nggak usah Ndri."

"Oke, kalau ibu bos yang cantik

ini mau apa? Biar Andri yang

ganteng ini belikan."

"Nggak usah Ndri, gue lagi nggak

pengen apa-apa."

Vano hanya melihat interaksi

mereka dengan mata yang menatap

tajam ke arah Andri. Menyadari hal

itu, Andri langsung menggaruk

tengkuknya yang tidak gatal.

"Kalau gitu, gue cabut ke tempat

yang lain dulu ya. Serem gue

disini." Andri langsung berlari meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa dia panggil Lo dengan

sebutan bos?" Tanya Alena ketika Andri sudah menghilang dari hadapan mereka.

"Mau tau jawabannya?"

"Iya." Alena mengangguk dengan antusias.

"Karena...," ia menjeda ucapnnya

membuat Alena semakin

penasaran. "Tanya aja sama

Mbah Google, kenapa gue

dipanggil bos. Pasti bakal ada

jawabannya, percaya deh."

"Gue serius vano bara Wijaya!"

"Oke, tapi cium dulu donk." Vano menunjuk pipinya sendiri. 

"Nggak mau."

"Yaudah kalau nggak mau, gue

juga nggak mau ngasih tau."

"oke, tapi nanti aja. sekarang lo

kasih tau gue kenapa lo

dipanggil bos?"

"Ya karena gue ketua di geng

ini."

"Kok bisa?"

"Sebetulnya sih gue males jadi

ketua, tapi gue diutus sama

ketua sebelumnya. Namanya

Aland, dia dulu ketua di sini.

Tapi dia nggak mau jadi ketua

lagi karena dia mau fokus untuk

menggapai cita-citanya menjadi

Akmil, jadinya gue yang dipilih

sama dia untuk gantikan dia

jadi ketua di geng Alaska ini dan

yang lain pada setuju kalau gue

jadi ketuanya."

"Ooh.."

"Kenapa? Lo mau jadi anggota

Alaska?" Ucap Vano sambil tertawa.

"Ya nggak lah, gue cuma nanya

aja."

"gue kira lo mau masuk juga.

Misalnya lo masuk pun enggak

apa-apa, biar gue makin

semangat jadi ketua di sini. Lo

mau enggak?"

"Hm.. gue pikir-pikir dulu deh.

Oh iya, kenapa lo bisa ikut di

geng Alaska ini?"

"Karena gue diajak sama Aland

untuk masuk geng ini."

"Lo kenal Aland darimana?"

"Aland itu alumni dari sekolah

kita, gue kenal dia waktu gue,

Azka, Bagas, dan Rio lagi

berantem sama agung dan

teman-temannya. Mereka

ngeroyok kami terus Aland lihat

kami yang dikeroyok, dia

langsung menghampiri kami dan

ngebantu kami. Mereka semua

kalah karena di hajar

habis-habisan sama Aland, terus

Aland ngajarin kami beladiri dan

dia ngajak kami masuk Alaska.

Karena Aland udah bantu kami,

jadinya kami mau terima ajakan

untuk masuk Alaska. Lagian

waktu itu geng Alaska nya Aland,

dan anggotanya masih sedikit."

"terus kak rayn kan anak baru

juga di sekolah kita. Kok bisa dia

jadi anggota Alaska?"

"sebelum dia pindah ke sekolah

kita, dia udah jadi bagian dari

Alaska juga. Waktu dia pindah

sekolah, gue kayak nggak asing

gitu lihat wajahnya. Dan tebakan

gue bener kalau dia itu yang

pernah gue temui di markas ini,

dan ternyata dia sepupunya

Aland."

"Oh.."

"Mau pulang? udah agak malam,

gue juga mau aja kalau makan.

Lo mau?"

"Boleh."

"kita ke yang lain dulu yuk,

pamitan dulu sama mereka.

Nggak enak soalnya sama yang

lain kalau kita pergi gitu aja."

Alena menganggukkan kepalanya

sebagai jawaban. Vano dan Alena

berjalan menghampiri yang lain

dan berpamitan ke mereka. Kini ia

dan Alena sudah berada di tempat

yang Vano maksud, mereka sudah

duduk dan memesan makanannya.

"Lain kali, gue mau ikut lagi ya

ke markas Lo."

"Siap nyonya Bara!"

Mereka pun langsung menghabisi

makanannya, setelah itu Vano

membayar makanan tersebut

dan mengantarkan Alena pulang.

Sesampainya di rumah Alena.

"Makasih ya udah ajak gue

jalan-jalan."

"Iya." Vano senyum ke Alena.

Alena melihat keadaan sekitar, dan

ia langsung mencium pipi Vano,

membuat sang empunya kaget

karena dicium tiba-tiba oleh Alena,

kemudian ia langsung tersenyum.

"Udah gue tepatin kan?" Ucap Alena tersenyum.

"Tapi masih kurang sih."

"Ha? Kurang?"

"Iya, yang ini belum." Ucapnya sambil menunjuk bibirnya.

"Kalau yang itu nggak boleh."

"Tapi kalau kita udah nikah,

boleh ya."

"Lo itu mikirnya kejauhan

Bara, kita kan masih SMA,

masih panjang lagi jalannya."

"Iya-iya, kalau gitu gue pulang

dulu ya. Salam buat calon

mertua ya."

"Iya, aku juga titip salam untuk

bunda sama papa kamu."

"Bilang donk calon mertua

juga, bikin seneng pacarnya

sedikit kenapa."

"Iya-iya, salam juga ya buat

calon mertua gue."

"Gitu donk, kan gue jadinya

senang. Kalau gitu gue duluan

ya."

"Iya, hati-hati."