Alena berjalan melewati koridor sekolah setelah membeli minuman di kantin.
Cewek itu melangkah sambil mengecek kotak masuk di ponselnya dan langkahnya mendadak terhenti di tengah tengah, begitu seseorang memanggil namanya dengan suara nyaris menyerupai teriakan.
"Lo yang namanya alena?"
"Ng... i- iya, kak. Ada apa ya?"
Tasya bersama temannya
memperhatikan alena dengan tatapan menyelidik dari ujung kaki sampai ujung rambut, seperti mencari apa yang mencolok dari alena.
"Serius lo yang namanya alena?" tanya cewek dua belakang tasya, "biasa aja, di mana mana masih cakepan lo sya." Sahutnya cuek.
Berita seputar vano yang mengejar alena memang sudah viral di kalangan kelas 10 sampai kelas 12, dan tentu saja berita itu juga terdengar ke telinga tasya, ditambah tasya memang melihat sendiri waktu Vano menemani alena di halte.
Perasaan alena makin tidak enak, firasatnya benar. Akan terjadi sesuatu melihat aura 3 orang yang berdiri didepan nya saat ini.
"Permisi kak, saya keluar duluan."
"Siapa yang nyuruh keluar?
nggak sopan banget." Tasya berkacak pinggang, maju dua langkah.
"Mulai besok lo nggak usah dekat dekat vano lagi, jangan jadi cewek yang suka cari perhatian."
"Maaf kak, tapi saya nggak
pernah tuh cari perhatian
sama dia."
"Oh gitu? Berani jawab?"
"Permisi dong."
Saat situasi mulai menegang, suasana itu dipecahkan dengan suara seseorang yang muncul dari arah belakang. Otomatis mereka semua melirik ke sumber pusat suara dan melihat chika yang muncul
"Ini ada arisan?" Tanyanya kemudian melirik tasya.
"Ngapain lo disini? Udah
waktu nya masuk."
"Bukan urusan lo."
Kemudian chika menatap adik kelas di hadapan tasya, yang raut wajahnya terlihat masih tegang.
"Lo yang namanya alena ya?
udah lo masuk ke kelas aja."
"Gue masih ada urusan sama
nih cewek!" Tasya terlihat gigih.
"Udah lo sana keluar, biarin ini
Orang sama gue urusan nya."
Chika memberi isyarat pada alena supaya pergi dari sini. Tidak mau membuang waktu, alena segera mengangguk dan berjalan keluar sambil membuang napas lega.