Hari ini tampak cerah. Gedung gedung tinggi menjulang ke atas. Sementara, gumpalan awan, menghiasi langit yang berwarna biru.
Suara klakson kendaraan di antara kemacetan yang selalu membuat kaget.
Saling bersautan, belum lagi kepulan asap knalpot yang membuat hidung tersiksa.
Sementara itu, ditempat berbeda, tepatnya di sebuah pemukiman elite, seorang gadis yang berperawakan mungil dan berwajah unyu berdiri di depan gerbang rumahnya sambil celingak celinguk mencari seseorang.
"Lama banget sih." Ngedumel dalam hati.
Tak lama kemudian seorang cowok yang berpakaian sangat rapi dan mengendarai motor sport berwarna hijau berhenti tepat di depan alena.
"Sorry aku lama, soalnya tadi
macet banget." ucap cowok itu
"Iya." jawab alena
"Ayo naik!"
"Kita mau jalan jalan kemana
van??"
"Nggak perlu tau, yang penting
kan jalan jalan."
"Hm..., yaudah."
Vano langsung menancapkan gas motor sport nya, meninggalkan rumah alena, dan melewati kemacetan jakarta yang terjadi setiap hari.
"Pegangan dong, nanti kamu
jatuh!" Perintah Vano
"Gue udah pegangan kok."
"Jangan pegangan sama
belakang jok!"
"Kenapa?"
"Nanti kamu bisa jatuh!"
"Terus, gimana?"
Vano mengambil tangan alena dan menaruhnya di perutnya bagaikan orang yang sedang memeluk.
"Kayak gini."
Alena langsung melepaskan tangannya dan kembali berpegangan dengan jok motor vano.
"Kenapa di lepas?" Tanya Vano
"Nggak papa."
"Gugup ya?"
"Apaan sih, nggak jelas banget."
Vano pun mengambil tangannya melia dan menaruh tangan alena di tempat yang sama seperti tadi.
"Jangan dilepas lagi, awas aja
kalau kamu lepasin, aku
bakalan berantem sama
Agung."
"Kok jadi bawa berantem
berantem sih!"
"Makanya jangan dilepas, ya!"
"Hm... iya."
"Gitu dong." Ucap Vano sambil melihat alena dari kaca spion motornya. "senyum dong, jangan ditekuk mukanya."
"Hm.. iya" alena pun langsung tersenyum.
Sesampainya di sebuah pasar malam yang sudah dibuka sejak siang hari vano mengajak alena untuk bermain main di pasar malam tersebut.
"Seru banget tempat nya." Alena sambil tersenyum.
"iya, main yuk!"
"Main apa?"
"Kita main Semua permainan
yang ada disini?"
"Serius?"
"Iya."
"Ayo!"
Mereka berdua bermain permainan yang ada di pasar malam itu, dengan semangat dan penuh tawa.
Vano melirik alena yang sedang bermain dengan wajah yang sangat bahagia.
"Hariku perlahan berwarna,
senyum diraut wajahku pun
Tak pernah menghilang, hati
ini juga tak pernah lagi
merasa hampa, kamu tahu apa
sebabnya? sebabnya adalah
kamu." Ucap Vano membuat alena langsung terdiam dan membuatnya salting.
"Apaan sih, nggak jelas."
"Entah ini benar atau tidak, tapi
semenjak aku bertemu
denganmu, terlalu banyak
kebahagiaan yang tidak bisa
diucapkan."
"Please van, jangan gombal!"
"Aku nggak gombal!"
"Iya, gue lapar makan yuk!"
"Oke!!! Kita makan di sebrang
jalan itu aja, soalnya disitu
ada jualan ketoprak."
"Ya udah."
Mereka pun berjalan menuju tempat jualan ketoprak yang ada di seberang jalan, dan mereka langsung memesannya.
Tak lama kemudian pesanan mereka sampai, alena langsung memakannya dengan lahap, tidak dengan vano, ia malah melihat alena yang sedang makan dengan lahap.
"Jangan buru buru
makannya, nanti tersedak." Ucap vano. "Besok aku jemput kamu ya, kita berangkat sekolah bareng!"
Mendengar perkataan itu membuat alena tersedak, vano langsung mengambil minumnya.
"Kan udah aku bilang, jangan
buru buru nanti tersedak! Jadi,
Besok ingat ya aku jemput
kamu dirumah!"
"Nggak usah."
"Kenapa?"
"Gue berangkat sama nyokap
Gue aja."
"Kalau gitu, aku besok
berantem sama agung."
"Kok tiba tiba jadi berantem
sih, apa sangkut pautnya?"
"Nggak ada sangkut pautnya,
pokoknya kamu harus
berangkat sama aku."
"maksa ya, ya udah deh iya."
"Ya udah kamu habisin
makannya, aku mau ngajak
kamu ke sesuatu tempat."
"Oke."
Alena langsung menghabiskan makanannya dan mereka langsung membayar pesanan mereka tadi.
Mereka berdua pun pergi ke tempat yang Vano katakan tadi. Beberapa menit kemudian mereka pun sampai ke tempat tujuan vano.
"Nah, kita udah sampai." Ucap vano.
"Ini dimana??" tanya alena
"Ini kita di kota tua."
"Bagus banget tempat nya van!"
"Kamu bawa handphone?"
"Bawa, kenapa?"
"Sini handphone kamu, biar
aku fotoin kamu."
"Ya udah."
Alena mengasih handphone nya ke Vano, dan vano memberi aba aba supaya alena berpose.
"Kayaknya ini ada yang
kurang!" Ucap alena
"Apanya yang kurang??"
"Pasangannya, soalnya kalau
foto nggak ada pasangannya
nggak bagus, sini kita foto
berdua."
Alena pun menuruti Vano dan mereka berdua berfoto dengan pose pose yang berbeda.
"Kamu itu menyenangkan ya,
selain menyenangkan kamu
juga menenangkan." kata Vano tiba tiba.
"Lo itu jago banget ya
ngegombal!"
"Aku nggak gombal, aku serius."
"Ntah lah, terserah lo aja mau
bilang apa, kita pulang yuk
matahari nya udah mulai
terbenam."
"Ayo! aku tau kenapa kamu
mau pulang cepat?"
"Kenapa?"
"Karena kamu mau beresin
pakaian kamu untuk sekolah
besok dan menyemprotkan
parfum banyak banyak di
seragam sekolah kamu,
supaya aku nya tetap cinta
sama kamu kan?"
"Sotoy lo!"
"Jujur aja."
"Kamu sok tau banget, aku mau
ngerjain pr fisika untuk
Besok."
"Cie... udah mulai ngomong
sama aku pakai aku kamu,
Bentar lagi
Kok kita jadian, udah nggak
sabar banget ya ngomongnya
pakai aku kamu?"
"Mulai deh gombal nya, jadi
pulang apa nggak?"
"Maunya aku sih, kita nanti aja
pulang nya soalnya kalau
sekarang nanti aku bisa rindu
kamu, kalau nanti kita pulang
nya, aku bisa nahan rindu aku
ke kamu, tapi ya udah deh
kita pulang sekarang, misalnya
pr fisika kamu nggak selesai
kamu bisa dihukum sama
gurunya. Misalnya kamu
dihukumnya hormat bendera
terus kamu pingsan, itu bisa
bikin aku jadi berantem sama
gurunya, terus aku dikeluarin
dari sekolah."
"Udah ceritanya? Panjang
banget, ayo kita pulang."
"Oke, kamu tunggu disini aku
ngambil motor dulu ya!"
"Iya!"
Vano pun mengambil motornya dan menuju ke tempat alena menunggu.
"Ayo naik yang!" kata Vano
"Apaan sih, nggak jelas manggil
yang yang segala!"
"Hahaha, ya Udah ayo naik al"
"Oke!!!"