Sepuluh menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi, alena sudah berada di sekolahnya.
Akan tetapi, hari ini ada suatu hal yang terjadi datang dari vano. Bukan terlambat masuk, bukan perkelahian.
Alena masuk ke area sekolah dan melihat syifa dan carla baru keluar dari koperasi. Syifa melambaikan tangannya ke arah alena.
"Al!, sini deh, ada berita baru
buat lo." kata syifa histeris.
"Apaan? Pr fisika? gue udah
selesai. Nah lihat."
"Bukan!" syifa menggelengkan kepalanya.
"Gue mau nunjukin lo sesuatu."
Mereka bertiga berjalan masuk ke koridor gedung sekolah dan berhenti hanya untuk memperhatikan sesuatu. Vano sedang bersama temannya.
Tetapi, ada yang berbeda dari biasanya. Penampilan vano.
Alena bukan lagi melihat vano pertama kali bertemu cowok itu sewaktu ia menabrak alena, cowok yang berpakaian urakan dengan seragam keluar dan tidak memakai dasi.
Hari ini vano sangat rapi, memasukkan seragamnya, memakai dasi. Padahal biasanya kalau belum kena marah bu anggraini, mana mau dia memasukkan bajunya ke dalam celana dan memakai dasi.
Hari ini dia beda 180° dari biasanya, benar benar rapi dari biasanya, tak terlihat bahwa dia tipe siswa yang bad boy.
Alena masih memperhatikan vano, cowok itu menoleh ke arah alena.
"Ke kelas yuk." Alena segera mengalihkan perhatian "ayo lah."
ketahuan menatap terang terangan seperti tadi membuat alena malu, jadi dia tidak mau bertahan lebih lama untuk berdiri disana.
"Iya udah deh." syifa sempat berdecak tapi akhirnya setuju juga.
Mereka bertiga masuk ke kelas dan duduk di kursi masing masing, dilihatnya satu kelas sibuk menyalin pr terburu buru karena bel nya berbunyi.
"Al, tadi kenapa sih lo buru
buru banget masuk kelas." tanya syifa.
"Nggak apa apa." jawab alena.
*****
Bel pulang baru saja berbunyi. carla dan alena baru saja keluar melewati parkiran dan menuju gerbang. Lagi lagi melihat gerombolan vano buat kericuhan lagi.
Sekarang sasaran mereka adalah dani, murid kelas XI IPA-1 yang mempunyai badan gendut.
Entah apa salah cowok itu sampai akhirnya badan gendutnya jadi sasaran azka dan rio tanpa mempedulikan raut wajah dani yang pucat, disebelahnya vano yang sedang bersandar di dinding ditemani seorang cewek disampingnya.
"Itu namanya kak tasya." bisik carla lirih "jangan dilihatin al, gawat ntar."
"Siapa juga yang ngeliatin?"
Alena membalas, pura pura tidak peduli. Berusaha tidak mengacuhkan vano dan kak tasya. Setelah itu mereka berhasil melewati gerbang, alena menghembuskan nafas lega.
"Yah angkot gue udah ada tuh.
lo jadi nunggu sendirian deh,
nggak apa apa kan?"
"Ya udah nggak apa apa. Duluan
aja."
"Bener?"
"Iya." Alena mengangguk.
"Kalau gitu gue duluan ya. Bye!" carla melambaikan tangannya dan meninggalkan alena sendirian.
Alena melirik ke gerbang, dilihatnya vano masih berdiri di sana, bersama tasya. Alena duduk di kursi halte sambil menatap trotoar seberang, masih ada beberapa anak kelas 12 menunggu di seberang. Namun, tidak ada satupun yang alena kenal.
"Mau gue anterin?"
Alena tersentak kaget. Cewek itu berpaling dan melihat vano duduk disebelah alena berjarak 3 jengkal.
"Nggak. Naik angkot aja."
"Cewek nunggu di halte
sendirian bahaya." Alena melirik vano.
"Van, kamu ngapain di sini? aku
cariin dari tadi!"
Baik alena maupun vano menolehkan kepala begitu mendengar suara seseorang yaitu ; tasya dengan tatapan tajam kearah alena. Vano memutar bola matanya jengkel.
"Lo ngapain kesini?"
"Terserah aku dong, terus itu
disebelah kamu siapa?"
"Angkotnya udah datang. Gue
duluan ya."
bertepatan dengan pertanyaan tasya yang terdengar menghakimi.
*****
Alena baru saja menyelesaikan pr matematika yang diberikan bu asri sebagai pr balas dendam, karena ulah roy yang tidak mengerjakan tugas.
Akhirnya satu kelas kena hukumannya, alena memasukkan buku kedalam tas sehingga tangannya menyentuh ponsel, ponselnya yang bergetar dikeluarkan dari tasnya. Ternyata yang nelfon elina.
" Halo el, ada apa?"
"Al tadi lo nggak diapa apaan
kan sama vano?" tanya elina
"Enggak kok. Lo tau dari mana
el?"
"Tadi gue nggak sengaja lihat lo
sama si vano."
"Oh... Lo kok enggak samperin
gue?"
"Gue males kalok ada si
Vano."
"Emang kenapa kalau ada
Vano?"
"Males gue lihat mukanya."
"Oh.."
"Udah dulu ya al."
"Iya."
Alena masih bingung dengan sikap vano yang tadi, yang berubah drastis menjadi lembut kepadanya.
"Ih..., kenapa juga gue mikirin
dia." batin alena.
Tak lama kemudian syifa menelfon alena.
"Hallo al."
"Hm..."
"Gue besok nengok pr
matematika, ya..."
"Nggak boleh."
"Please.... ya..."
"Hm.. Iya, syif tau nggak."
"Apa?"
"Si vano sikapnya berubah
sekarang."
"Maksudnya?"
"Tadi dia nyamperin gue pas
Gue lagi nunggu angkot.
Ngomong nya itu lembut."
"Jangan jangan dia suka sama
Lo al."
"Ih, ngomong apa sih lo. Nggak
jelas banget." jawab alena dengan kesal.
"Awas ya al, hati hati nanti lo
suka sama dia." ledek syifa
"Apaan sih. Udah ah bagusan
Gue tidur."
"Semoga mimpi indah vano"
"Awas lo ya syif nggak gue kasih
Lo pr matematika besok."
"Eh, janganlah. Iya iya gue
nggak ngejek lo vano lagi.
bye."
"Hm..."