Dalam kondisi tubuh berlumuran darah, David merangkak mengerahkan sisa tenaganya yang tersisa untuk meraih sebuah pistol bemodel revolver yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berada.
"David, bertahanlah!" teriak Hendrick Brasco yang masih bersembunyi di balik dinding beton yang mulai keropos karena terus-menerus diterjang hujan peluru dari berbagai arah.
Pertemuan yang seharusnya berlangsung damai seperti biasa itu seketika menjadi medan pertempuran yang tidak bias dihindari oleh empat kubu mafia elite.
Hendrick Brasco, sang bos besar mafia itu dijebak oleh orang-orang kepercayaannya sendiri.
Seluruh anak buahnya telah dibantai habis, menyisakan Hendrick dan David yang masih bernyawa walau kondisi keduanya sama-sama terdesak.
Dengan membabi buta Hendrick melesatkan sisa-sisa peluru dari senjata api berjenis assault-rifle yang digenggamnya sekuat tenaga, sementara David masih terseok-seok di lantai menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya hanya demi berusaha meraih sebuah pistol yang entah masih memiliki peluru atau tidak.
Beberapa meter lagi David bias meraih senjaata itu, hingga bunyi nyaring dari granat yang meledak tak jauh darinya membuat David kehilangan indera pendengarannya selama beberapa saat.
Suara tembakan dari senjata api yang saling bersautan kini tak lagi bisa didengarnya, hanya sebuah dengungan nyaring yang terus saja terngiang di kepalanya.
"Dasar sial!" maki Hendrick sambil membuang senjata api yang kehabisan peluru itu ke sembarang arah. Hendrick mengeluarkan pistol revolver dari dalam jas hitamnya dan mencoba memberikan tembakan perlindungan sementara ia berusaha pergi ke tempat David berada.
Hendrick berhasil menarik tangan David, mengaitkan di lehernya untuk membantu David berjalan. "Kita harus pergi dari tempat sialan ini.".
Berkali-kali Hendrick melesatkan tembakan perlindungan sambil terus membantu David berjalan.
Di ujung lorong bangunan yang menjadi area pertempuran berdarah itu telah terparkir sebuah mobil jeep yang rencananya akan menjadi alat pelarian bagi Hendrick dan David.
Dengan susah payah mereka berhasil masuk ke dalam jeep itu. Tanpa basa-basi Hendrick melajukan kendaraan berroda empat itu seperti seorang pengemudi gila.
Hendrick menoleh ke arah David yang kebetulan juga sedang melihat ke arahnya. Tawa penuh kepuasan meledak dari kedua pria yang baru saja lolos dari posisi hidup dan mati. Namun di saat benih-benih harapan mulai muncul, sebuah mobil Ford bermodel double-cabin menghantam sisi kanan Jeep yang mereka kendarai dengan sangat keras.
Hendrick yang sedang dalam keadaan lengah tidak sanggup menahan perubahan arah mobil secara tiba-tiba itu. Alhasil mereka berdua terjun bebas dari tebing yang berada tepat di atas laut.
Sekitar empat orang berjas hitam yang berada di dalam Ford double-cabin itu turun dan menghujani peluru ke arah Jeep yang perlahan tenggelam ke dasar laut itu.
"David, sadarlahh!"
David yang sempat kehilangan kesadaran itu terbangun akibat tamparan keras di wajah yang dilayangkan beberapa kali oleh Hendrick.
"Kau sudah sadar?" tanya Hendrick yang hanya mendapat anggukan pelan dari David. "Baguslah. Dengar, aku akan memberikanmu sebuah perintah yang harus kau patuhi mau tidak mau."
David mengerutkan keningnya. Ini adalah pertama kalinya ia melihat seorang Hendrick Brasco berbicara kepadanya dengan mata yang sudah berlinang air mata.
"Baiklah. Mungkin ini adalah perintah terakhirku untukmu. Saat aku membuka pintunya, air laut akan memenuhi seisi mobil. Aku akan menjadi target sasaran tembak mereka, sementara kau aakan keluar dari sisi satunya dan menyelam sejauh mungkin."
David mencengkram kerah kemeja putih Hendrick yang sudah berubah warna menjadi semerah darah itu. "Apa kau sudah gila?!"
Hendrick tetap menatap dalam mata David dengan penuh keseriusan.
"Sebagai seorang ayah, aku hanya bisa mewariskan kehidupan berdarah yang harus terus kau jalani selama hidupmu. Kuharap kelak kau bisa memaafkanku."
"Hentikan omong kosongmu sekarang juga, rubah tua sialan!" bentak David yang masih tidak direspon oleh Hendrick.
"Baiklah, ini perintah terakhirku, sebagai bos, dan juga sebagai seorang ayah. Aku ingin kau terus hidup dan menemukan seseorang yang berharga untuk membagi kebahagiaan. Dan saat kau menemukannya, jagalah dia apapun yang terjadi."
David belum sempat berkata apa-apa saat Hendrick menendang tubuh David keluar dari Jeep yang tenggelam itu.
Air laut yang tadinya berwarna biru pun berubah menjadi merah.
Dengan rasa penuh putus asa David menyelam menjauh dari lautan berwarna merah itu hingga titik napas terakhirnya.
Kini semuanya menjadi gelap gulita.
"David."
Sebuah suara terdengar memanggilnya dari dalam kegelapan.
"David."
Lagi. Suara itu terdengar lagi. Suara yang semakin lama semakin keras. Seakan memanggilnya keluar dari kegelapan yang sangat mencekam itu.
"David!"
David pun membuka penuh matanya dengan spontan. Deru napasnya tak karuan diiringi keringat dingin yang bercucuran. Dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah seorang gadis yang belum lama ini masuk ke dalam hidupnya.
Angeline, gadis yang saat ini melihat David dengan ekspresi penuh kekhawatiran.
"Apa kau baik-baik saja? Apa kau sering bermimpi buruk seperti ini?"
Angeline terus saja memberondongi David dengan pertayaan-pertanyaan yang satupun tidak dijawab olehnya.
"Haruskah aku memanggilkanmu dokter? Tunggu, aku akan mengambilkanmu air, mungkinโ"
Tanpa peringatan sedikitpun David menaruh tangannya di belakang kepala Angeline, menarik kepala gadis itu mendekat dan mendaratkan bibirnya pada bibir ranum Angeline.