Chereads / Mafia's Little Angel / Chapter 4 - Isi Hati Sang Pembunuh

Chapter 4 - Isi Hati Sang Pembunuh

Otot-otot tegang yang dibalut bulir-bulir keringat dari tubuh seorang David membuat Angeline tersipu malu. Dengan sebuah handuk kecil dan minuman isotonik yang ia pegang, Angeline berdiri di luar kerangkeng besi tempat David sedang berlatih MMA.

Aliran seni bela diri campuran itu telah digeluti David sejak umur dua belas tahun. Karena itulah otot-otot yang berada di tubuh David terbentuk, bukan karena bantuan alat-alat kebugaran, melainkan terbentuk karena bertahun-tahun jual-beli pukulan dan tendangan dengan Marquez Velotti, pelatihnya yang merupakan mantan juara dunia MMA hingga gelarnya direbut oleh McGreggor setahun yang lalu.

Tidak bisa dipungkiri. David yang hanya mengenakan celana pendek dan sarung tangan itu membuat tubuh bagian atasnya menjadi objek fantasi bagi kebanyakaan kaum hawa yang juga sedang berlatih di sana. Tubuh atletis penuh keringat itu membuat Angeline beberapa kali menelan ludahnya sendiri.

Duak ...

Pukulan uppercut yang dilayangkan David telak mengenai rahang bawah Marquez, membuatnya mengadah menatap langit-langit. Melihat lawannya sedang lengah, kombinasi pukulan dan tendangan bertubi-tubi dilontarkan oleh CEO Stockholm Corp. itu tanpa ampun.

David terus memojokkan Marquez hingga punggung mantan juara dunia MMA itu terbentur pinggiran kerangkeng ring yang terbuat dari besi. David melompat dan menjejakkan kakinya tepat di perut bagian atas Marquez, hingga akhirnya lelaki malang itu terbaring pingsan selama beberapa detik saat kaki kanan David telak mengenai telinganya.

Semua orang dibuat ternganga melihat mantan juaraa dunia MMA itu dikalahkan oleh David.

Bagaimana tidak?

Hingga beberapa detik yang lalu, Marquez belum pernah dikalahkan oleh siapapun di sasana ini walau hanya sebatas latih tanding. Namun kini rekor itu telah dipecahkan oleh seorang David Stockholm.

David berjongkok untuk mendekatkan dirinya pada Marquez yang masih terbaring berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Masih sanggup?" tanya David kepada Marquez sambil mengulurkan tangan, menawarkan untuk membantunya berdiri. Marquez hanya menggeleng pelan, membuat David kembali berdiri dan mengisyaratkan agar Angeline datang dan membawakan handuknya.

Angeline membuka pintu ring besi itu dan berjalan menghampiri David, menyerahkan handuk putih yang sedari tadi ia pegang. David hanya mengelap keringat di wajahnya, sementara bagian tubuhnya yang lain dibiarkan tetap berkeringat.

David menyerahkan handuknya kembali pada Angelin dan mengambil minuman isotonik dari tangan gadis itu. Setelah puas menegak minuman dingin yang lumayan menyegarkan tenggorokan keringnya, David menyerahkan kembali minuman itu kepada Angeline.

"Taruh handuk dan minuman itu di kursi lalu kembali ke sini." titah David yang langsung dituruti Angeline tanpa komplain sedikitpun.

Kini Angeline sudah berada di dalam ring besi, hanya berdua dengan David, sedangkan Marquez sudah duduk di kursi pojok ruang sasana sembari memijit-mijit keningnya yang masih saja berdenyut akibat serangan brutal dari David tadi.

David meregngkan kembali otot-ototnya, sementara Angeline diam terpaku, tidak tahu apa yang coba David lakukan.

"Mendekatlah."

Angeline berjalan perlahan mendekati David. Senyuman aneh yang terlukis di wajah David membuat gadis itu semakin tidak mengerti.

"Pukul aku." pinta David, membuat Angeline membulatkan matanya. "Cepat. Pukul aku di bagian sini dengan tangan kananmu."

Angeline pun menggeleng, membuat David menggapai taangaan kanan Angeline dan menempatkannya pada bahu kirinya.

"Saat ada seseorang yang memegang bahumu seperti ini, yang harus kau lakukan adalah," penjelasan singkat itu terhenti saat David menarik tangan kanan Angeline, membawanya semakin mendekat. Dalam jarak seperti ini Angeline bisa mencium bau keringat David yang begitu maskulin dan tentunya lumayan memabukkan.

Namun hal itu tidak berlangsung lama saat David menaruh kaki kanannya di antara kedua kaki Angeline sambil memeluk pinggangnya. Angeline pun berteriak dengan cukup keras saat David mengangkat tubuh gadis itu lalu membantingnya ke lantai ring.

Angeline menutup matanya dengan ketakutan. Walaupun dibanting secepat itu, ia tidak merasakan rasa sakit sama sekali karena tangan David yang melingkar di tubuhnya menahan seluruh benturan yang seharusnya diterima oleh Angeline.

Saat gadis itu membuka mata, David sudah berada tepat di atas tubuhnya.

Semua orang yang tadinya sedang berlatih memukul samsak kini pandangan mereka terfokus oleh dua insan yang berada di dalam ring besi itu.

Angeline menatap lurus mata David yang berada beberapa sentimeter di depanya.

"Banting dia sekuat tenaga. Jika kau tidak punya cukup tenaga untuk melakukannya, cukup tarik tangannya seperti yang kulakukan padamu tadi dan jegal kakinya. Siapapun pasti akan kehilangan keseimbangan saat kau melakukan itu."

Angeline masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi kepadanya. Gerakan David yang terlalu tiba-tiba itu masih membuat jantung Angeline, ditambah tubuh indah David yang dialut cairan hangat yang sedikit lengket bernama keringat itu membuatnya semakin tidak karuan.

David pun menarik tubuh Angeline dan membuatnya kembali berdiri.

"Sekarang pelajaran kedua."

Tanpa aba-aba David membalik tubuh Angeline dan melingkarkan tangannya ke leher gadis itu dari belakang. Penghuni sasana yang berada di luar ring menutup mulut mereka. Dilihat dari sisi manapun, David seakan sedang memeluk Angeline dari belakang.

Hal yang David lakukan semakin membuat dada Angeline berdebar. David pun mendekatkan wajahnya. Deru napas David yang seakan meniup daun telinga Angeline membuat gadis polos itu hampir tak berdaya.

"Jika ada yang menguncimu dari belakang seperti ini, kira-kira apa yang akan kau lakukan?"

Angeline menoleh ke samping, dan karena hal itu bibir mereka hampir bersentuhan. Jika refleks Angeline lebih jelek mungkin mereka akan berciuman dengan tidak sengaja. Angeline kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Kini pipinya memerah, sudah seperti kepiting rebus yang baru saja diangkat.

"A-aku akan berteriak minta tolong."

David mengangkat satu tangannya dan membekap mulut Angeline. "Kalau orang itu menutup mulutmu dan kebetulan ia juga menutup saluran pernapasanmu dengan sapu tangan yang sudah dilumuri obat bius, apa kau masih bisa teriak?"

Angeline menggeleng pelan, membuat David tersenyum, masih melingkarkan tangan kekarnya di leher Angeline dari belakang. David pun memegang sikut kiri Angeline dan membawanya ke belakang. "Pertama, sikut dia di sini, tepatnya di tulang rusuk baagian samping."

David pun melepaskan bekapan tangannya di mulut Angeline. "Otomatis dia akan melepaskan tangannya dari mulutmu karena refleks. Tapi itu hanya berlangsung sesaat. Jadi,"

Penjelasan David kembali terhenti saat David mendekatkan kembali tangannya ke mulut Angeline. "Gigit tangannya sekuat tenaga. Setelah itu kau akan memiliki kesempatan untuk kabur."

Angeline pun terdiam. Ia kembali teringat saat pertama kali bertemu dengan David.

Di bawah guyuran hujan yang deras, Angeline dibekap dari belakang oleh salah satu dari duaa orang yang megejarnya. Jika bukan karena David, mungkin ia tidak akan bisa bernapas hingga saat ini.

David pun menepuk bahu Angeline, membuatnya tersadar dari lamunan buruk itu.

Dengan lembut David membalik tubuh Angeline sehingga gadis itu bisa menatapnya balik. David sedikit mendekatkan wajahnya. Dengan sorot mata penuh keseriusan, David menatap mata sendu Angeline sedalam mungkin.

"Tidak usah dipikirkan, semua itu telah terjadi. Lagi pula, siapapun itu, tidak akan ada yang berani menyentuhmu selama mereka tahu bahwa kau adalah ... "

"Aku adalah?" tanya Angeline yang penasaran dengan kelanjutan kalimat David.

David menghembuskan napas berat. "Bukan apa-apa, lupakan. Intinya kau akan aman selagi berada di dekatku."

David pun melepaskan kedua tangannya dari bahu Angeline dan berjalan keluar dari ring besi meninggalkan gadis itu yang masih terdiam, tenggelam dalam rasa penasarannya. Gadis itu tahu bahwa bukan hal itu yang ingin David katakan, melainkan hal lain.

Dari cara David menatapnya, Angeline tahu bahwa David ingin mengatakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang sulit dijelaskan oleh logika dunia yang mulai terlepas dari tampuknya ini.

Tidak, David masih belum bisa mengklaim bahwa Angeline adalah miliknya. Walau Angeline tahu, jika saat itu benar-benar tiba, saat dimana David menyatakan bahwa Angeline adalah miliknya ... gadis itu akan menjadi manusia yang paling beruntung di dunia.