Dengan perlahan David menghembuskan asap nikotin penuh kenikmatan dari batang candunya ke udara, mengapit batang candu itu di antara jari telunjuk dan jari tengahnya lalu menjentikkannya pelan untuk menjatuhkan abu rokok dari ujung batang nikotin bermerk Marlboro itu.
Langit keabu-abuan yang membentang luas di atas gedung-gedung pencakar langit menjadi hal yang David pandangi selama empat puluh menit belakangan ini sambil duduk bersandar pada kap depan Lamborghini Veneno yang baru saja ia beli setelah Aston Martin DB11nya hancur pasca pertempuran sebelumnya dengan anak buah Isaac Dominic.
Ia menunggu seseorang.
David pun membuang batang candunya itu ke tanah, mematikan sisa bara yang terbakar dengan alas sepatunya saat deru kenalpot dari motor yang memiliki kapasitas mesin dua ratus lima puluh kubikal sentimeter menggema di udara.
Seorang yang berada di atas motor itu melepas helm full-facenya. Lebih tepatnya seorang wanita berambut pirang yang memakai pakaian serba hitam. Ia menyibakkan rambut bergelombangnya dan menurunkan resleting jaketnya hingga serendah dada dan turun dari motornya mendatangi David.
Dari dalam jaketnya ia mengeluarkan sebuah amplop berwarna cokelat dan memberikannya kepada David.
"Tak kusangka, Sang Pangeran Iblis yang menguasai Dunia Bawah kini butuh bantuanku."
Wanita itu tersenyum miring. David tidak menghiraukannya dan langsung membuka isi dari amplop cokelat itu.
Si wanita berambut pirang ikut bersandar di sebelah David. "Apa yang menarik dari tiga orang petinggi mafia itu?"
David masih tidak menjawabnya, matanya terfokus pada data dari tiga orang yang menjadi daftar teratas target balas dendamnya.
"Isaac Dominic, sekarang dia menjalankan bisnis perdagangan senjata, wilayah kekuasaannya mencakup seluruh wilayah di Pantai Barat. Dan untuk anak-anaknya, sekarang mereka telah dipindahkan ke dalam rumah persembunyian di dalam daerah kekuasaannya." ucap si wanita pirang yang kini sudah mengapit batang nikotin di antara bibir atas dan bawahnya.
Si wanita itu menghembuskan asap nikotin dari saluran pernapasannya ke udara, "Yang satunya adalah Benedict Rivaro. Belakangan terdengar rumor bahwa dia telah mendatangi puluhan negara untuk mencari orang-orang terkuat dan merekrutnya. Kini dia telah memiliki sekitar dua belas ahli pertarungan jarak dekat, tiga diantaranya adalah mantan anggota elite organisasi keamanan internasional yang dijatuhi hukuman mati karena menjadi penjahat perang. Benedict membebaskan mereka dari hukuman mati dan menjadikan mereka bawahan dengan cara yang cukup brutal."
David mendengarkan penjelasan panjang lebar si wanita pirang yang bersandar di sebelahnya itu tanpa menanggapi satupun ucapannya.
"Kau ingat berita tentang tiga penjara yang memiliki tingkat keamanan tertinggi di dunia enam bulan lalu yang disusupi oleh seseorang itu? Benedict lah yang melakukannya."
David mengeluarkan satu kertas terakhir. Tidak ada foto yang tertera di atasnya. Bahkan data yang tersaji sangat sedikit dan terkesan ambigu.
"Yang terakhir adalah Steve Stiffler. Orang-orang menyebutnya Sang Malaikat Maut. Satu-satunya orang yang memiliki prestasi mengerikan di Dunia Bawah yang reputasinya berdiri sejajar dengan yang kau miliki. Hanya saja, dia tidak pernah terlihat di manapun."
David terus menatap kertas dengan sedikit informasi itu.
Ia yang paling mengenal siapa Steve Stiffler itu.
Satu-satunya orang yang memiliki kemampuan setara dengan David. Dari mulai kecepatan berpikir, menganalisa keadaan, mental kuat yang bisa tetap tenang di bawah tekanan, hiungga kemampuan bertarung.
Bahkan mungkin dalam ketepatan akurasi tembakan, Steve berdiri sejajar dengan David.
"Namun beberapa hari lalu, seorang konglomerat yang juga salah satu investor Stockholm Corporation kehilangan nyawanya dengan kondisi keningnya berlubang. Tepat di antara kedua bola matanya. Tidak ditemukan jejak peluru karena peluru itu menembus belakang kepala dan hancur saat mengenai dinding keras di belakangnya. Kondisi peluru yang hancur berkeping-keping itu hampir tidak bisa dianalisa."
"Tapi dengan sedikit usaha keras yang membuatku berkali-kali mengacak-acak rambut indahku, aku tahu dari mana peluru itu berasal. Pasti kau bisa menebaknya."
David yang sedari tadi tidak menghiraukan ocehan si wanita berambut pirang itu kini menoleh ke arahnya. Si wanita itu tersenyum lebar, "Peluru itu berasal dari CheyTac Intervention .408, senjata favoritmu yang sudah menjadi rahasia umum untuk kalangan mafia Dunia Bawah."
David kini tenggelam dalam benaknya.
Selama ini Steve selalu menggunakan jenis senjata berbeda, yaitu Tactilite T2, sniper berjenis bolt-action yang memiliki akurasi tembakan yang sama dengan CheyTac milik David. Perbedaannya adalah rekoil dan daya serang.
CheyTac yang dimiliki oleh David memiliki tingkat rekoil yang cukup tinggi sehingga lebih sulit dikendalikan saat melepaskan peluru, namun daya serang akibat peluru yang berbentuk spiral dari CheyTac membuatnya lebih berbahaya dari Tactilite.
Sedangkan Tactilite memiliki tingkat rekoil yang tergolong rendah untuk senjata bertipe senapan runduk atau sniper. Dengan tingkat rekoil yang rendah memudahkan si pengguna untuk membidik sasaran lebih akurat saat melepaskan peluru. Bahkan untuk sasaran yang bergerak dalam kecepatan tinggi, misalnya orang yang berada di atas kendaraan yang berjalan enam puluh hingga seratus sepuluh kilometer perjam.
Namun dengan tingkat rekoil yang rendah, daya serangnya juga sedikit di bawah CheyTac milik David, walau keduanya sama-sama dapat menumbangkan musuh dalam satu lesatan peluru.
David mengerti maksud dari pembunuhan seorang investor Stockholm Corporation menggunakan senjata yang sama dengan miliknya itu.
Belum lagi orang itu terbunuh dengan lubang peluru yang berada tepat di antara kedua bola matanya. Persis seperti yang biasa David lakukan kepada korbannya.
Senjata yang sama, dan cara terbunuh yang sama.
Ini sudah sangat jelas bahwa Steve kini telah menampakkan dirinya dari balik kegelapan dan menyapa David secara terang-terangan.
David masih belum mengerti apa tujuan sebenarnya Steve mulai menampakkan dirinya. David tahu, Steve akan terus berada di balik bayang-bayang kegelapan sampai sesuatu yang sangat penting terjadi dan membuatnya harus keluar dan menampakkan dirinya.
Tapi apa sesuatu yang sangat penting itu hingga seorang Malaikat Maut seperti Steve mau menampakkan dirinya, dan bahkan menyapa David secara terang terangan seperti itu?
Namun hal itu membuat David tersenyum lebar.
Tentu saja, dengan begitu David tidak perlu capek-capek mencari keberadaannya lagi yang sangat sulit untuk dilacak itu.
Bahkan jika Steve ingin perang secara terang-terangan dengan David, sesungguhnya David sudah siap akan hal itu sejak lama.
Bertempur melawan orang yang mengajarinya cara memegang senjata? Kenapa tidak?
"Senyumanmu itu selalu bisa membuatku merinding, Kak David." ucap si wanita pirang itu, membuat David menoleh.
David pun mengangkat tangannya dan mengacak pelan rambut wanita itu, membuatnya tertawa kecil.
Siapa wanita itu sebenarnya?
Kenapa dia memanggil David dengan sebutan 'Kak'?
Dan David sama sekali tidak keberatan dengan hal tersebut. Bahkan David bersikap santai kepadanya, seolah mereka sudah dekat dalam waktu lama.
Sebenarnya siapa dia, wanita berambut pirang yang memberikan informasi kepada David tentang tiga orang teratas dari daftar target bals dendam David, dan bersikap sangat santai dengan orang yang sangat disegani oleh para mafia di Dunia Bawah itu.
Siapa sebearnya dia.
Yang jelas, pikiran David masih saja dibayangi oleh Steve yang telah menyapanya secara terang-terangan seperti itu.
Steve Stiffler, Sang Malaikat Maut yang selalu bergerak di balik bayang-bayang kegelapan kini telah menampakkan dirinya.
Dan tentunya, Sang Pangeran Iblis akan menyambutnya dengan hangat.
Mari kita lihat, siapa yang akan lebih mendominasi di 'Neraka', Sang Malaikat Maut, atau malah Sang Pangeran Iblis.