Ketika cahaya kemerah-merahan fajar tampak di langit sebelah timur menjelang matahari terbit Pak Deo membangun Putrinya dan beranjak pergi dari sana sebelum ada yang melihat nya.
Beberapa menit berjalan matahari mulai menampakan cahaya nya sedikit demi sedikit, awan yang tadi malam mendung dan menangis menjadi cerah tanpa kemurungan.
Kaki kecil Putri nya tak pernah mengeluh untuk berhenti berjalan mengikuti ayahnya, rasa lapar mulai menghampiri dengan prut terlilit.
"Pa laparr" mengelus elus prut kecilnya.
"Kita akan cari makan sebentar lagi ya Nak, pertama kita makamkan ibumu dulu ya" dengan senyuman memberikan harapan kepada Putri kecilnya.
Sampai di sebuah penghujung kota dia melihat sebuah pohon besar yang hidup di antara kegersangan. Pak Deo menguburkan Istri nya tepat di dekat pohon itu bersama Putri nya.
"Sayang aku akan menepati permintaan terakhir mu aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu Putri kita dan semoga kau tetap tenang di alam sana" ucap pak Deo dengan menggengam tanah makan istrinya.
"Nak kurasa tidak ada yang mengenal kita di sini sebaiknya kita untuk sementara tinggal di pohon ini, Ayah akan mencari makan dulu mungkin di dekat sini ada sebuah toko, Kamu tunggu Ayah di sini jangan kemana mana" Ucap Pak Deo sambil beranjak pergi, kemudian anaknya melambaikan tangan.
Empat Jam telah berlalu Pak Deo belum juga kembali sedangkan Putri nya masih menahan lapar dan hanya melengak lengok di tempat tanpa melakukan apapun selain menunggu.
Panas yang terik begitu menyengat ke kulit, beberapa saat kemudian terlihat dari jauh bayangan seorang Pria yang datang mendekat, semakin dekat dan terlihat jelas Pria itu adalah Pak Deo.
"Ayah" berlari mengejar Pak Deo dan memeluk nya.
"Ayah hanya dapat satu kotak makan kita makan bareng bareng di sana yuk" duduk dan membuka bungkus makanan.
"Ayah kemana saja kenapa lama sekali pergi nya" Tanya Putri nya.
"Ayah tadi bantu dorong mobil orang mogok, dan syukurlah Ayah langsung di terima di sebuah bengkel kecil" jawab Pak Deo.
Tahun ke tahun Pak Deo membangun rumahnya sendirian hanya menggunakan kayu di tempat lahan kosong yang ada di dekat makam istrinya itu.
>> Kembali ke masa sekarang<<
"Aku kerja setiap hari hanya untuk menghidupi Putri ku dan menjalankan permintaan terakhir istriku, jika suatu saat aku mati sebelum Putriku besar, berarti aku gagal besar menjalani permintaan Istriku" Ucap Pak Deo dengan air mata yang berkaca kaca.
"Semoga Istri anda tenang di sana dan semoga anda bisa menjalani permintaan nya" kata pak Aryan yang memberikan simpati kepada pak Deo.
"Aku akan mencari bahan masakan untuk kalian" ucap Pak Deo sambil pergi keluar.
"Biar kami aja yang beli, ya kan Rafi" ucap Vina sambil menyubit Rafi.
"Iii iya Pak" Kata Rafi sambil memegang tangan Vina keluar.
"Ambil sepeda di dekat dapur kalian tidak akan tahan berjalan kaki menahan panas" ucap Pak Deo mata.
Rafi dan Vina pergi mencari toko makan terdekat, setelah sampai di sebuah toko tanpa sengaja Vina melihat seseorang naik ke sebuah mobil yang mirip dengan Pamannya Rafi.
"Vina hari ini kita buat sup aja ya" ucap Rafi sambil milih sayur sayuran.
"Fi Rafi itu kayak Paman kamu" menarik tangan Rafi dan menunjukkan nya ke arah orang itu.
"Mana" Tanya Rafi
"Yang itu Rafi" Jawab Vina dengan menujukan nya lagi.
"Itu seperti nya Paman aku, Paman Paman Paman" Rafi berlari mengejar orang itu akan tetapi mobil orang itu keburu jalan dan Rafi tidak dapat mengejarnya.
"Apa perlu kita kejar dia pake sepeda" tanya Vina dengan suara yang kencang.