"Pertama-tama kita cari dulu ke kamar Cindy. Siapa tahu ada di sana." ucap Nabila seraya menarik tangan sang suami untuk bergerak masuk ke dalam kamar tamu. Cindy terlihat tenang saja. Dia tahu mereka tak akan bisa menemukan gelang itu di sana.
Wanita itu menghentikan gerak kakinya memandang malas pada Nabila dan Leo yang mencari di dalam kamar berantakan. "Hei kenapa kau di situ? Ayo bantu kami kenapa diam saja? Kau tak lihat kamarmu ini berantakan?"
"Leo aku lagi capek jadi tolong aku beristirahat sebentar ya." balas Cindy dengan nada manja. Leo mendecak kesal namun tetap mencari.
"Ketemu!" seruan dari Nabila mengejutkan mereka dan memandang pada wanita itu. Sekarang di tangannya terdapat sebuah gelang milik Cindy. Melihat itu Cindy membulatkan mata.
Dia yakin gelang imitasi itu sudah dia simpan di laci Nabila kenapa bisa ada di kamarnya? "Nah itu lihat gelang ada di sini kamu saja yang teledor taruh barangnya. Ayo Nabila kau harus istirahat pasti capek." Dengan senyuman Nabila menghampiri Leo dan Cindy.
Diberikannya gelang tersebut pada si pemilik. "Jaga barang ini baik-baik. Jangan sampai hilang lagi." Leo dan Nabila keluar dari kamar Cindy menuju kamar mereka.
Senyuman yang ditorehkan oleh Nabila lenyap seketika menjadi tatapan tak berekspresi sebelum akhirnya bernapas lega. "Sayang, kenapa kamu membuang napas?"
Wanita itu sekali lagi tersenyum. "Tidak apa-apa." Leo entah kenapa tak percaya dengan ucapan Nabila. Dia pun langsung menggendong tubuh istrinya menuju kamar.
"Leo, aku tak apa-apa kok turunkan aku. Aku mau jalan sendiri." Pria itu tak menggubris dan begitu sampai dia mendudukan Nabila di atas kasur.
"Kau pasti kelelahan. Huh, dasar Cindy! Dia pasti sengaja melakukan itu supaya kamu kelelahan."
"Jangan seperti itu Leo, tak baik menuduh seseorang tanpa bukti."
"Tapi tetap saja menyebalkan! Apa kau merasa kesakitan?" Nabila menggeleng.
"Terima kasih ya Leo, kau memang suami terbaik."
"Kau juga istri terbaik. Aku buatin kamu susu ya untuk di minum. Jangan ke mana-mana." Sepeninggal Leo, Nabila bernapas lega.
"Beruntung Leo tak menanyakan lebih banyak jika iya maka ...." Nabila terdiam untuk sementara waktu mengingat kejadian tadi siang di mana Cindy masuk ke dalam kamarnya.
Dia yang baru selesai melakukan olahraga terkejut melihat mantan istri suaminya itu mengendap-endap kemudian membuka pintu kamar. Nabila pun bersembunyi dengan bersembunyi di balik dinding.
Tak berselang lama Nabila melihat Cindy keluar dengan semringah menghiasi wajah dan lalu menuju balkon yang tak jauh dari kamar Nabila dan Leo.
Segera saja Nabila masuk dan mencari apa yang dibuat oleh Cindy. Memeriksa seluruh tempat. Nabila terkejut kala menemukan gelang imitasi yang diperlihatkan Cindy beberapa waktu lalu.
Itu membuat Nabila curiga. Dia langsung membawanya kembali ke kamar Cindy lalu menunggu apa yang terjadi. Saat malam tiba Cindy mengatakan bahwa gelangnya hilang dan Nabila memproses dengan cepat.
Dia sadar dengan tindakan Cindy yaitu dia (Cindy) berusaha membuat Nabila disalahkan atas kehilangan gelang itu. Akhirnya semua terasa jelas dan Nabila meyakini dengan cara Cindy yang seperti itu terhadapnya, dia bukanlah orang yang baik.
Mungkin saja ada beberapa kebohongan lain. Namun Nabila tak akan menyatakan perang secara terang-terangan. Dia sadar diri bahwa dirinya tengah mengandung dan dia tak mau terjadi sesuatu pada bayinya.
Nabila harus secara diam-diam dan berusaha sebaik mungkin untuk bermain cantik agar tidak diketahui oleh semua orang terutama Cindy. Untuk Leo dan keluarganya ... mungkin lain kali saja dia mengatakannya toh mereka juga tak suka dengan kehadiran wanita yang telah menyakiti Leo.
"Sayang, ini susunya." Nabila lantas melihat pada Leo. Dia memberikan senyuman saat susu itu diberikan.
"Terima kasih."
"Sama-sama. Ayo cepat dihabiskan, nanti kamu sikat gigi terus tidur. Kamu harus tidur delapan jam."
"Iya, iya." Nabila meminum susu tersebut hingga habis setengah.
"Leo."
"Hmm ...."
"Sifat Cindy saat dia menjadi istrimu bagaimana?" Leo menampakkan wajah heran.
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa Cindy memperlakukanmu dengan buruk?" Ada nada kemarahan di sana tetapi buru-buru Nabila menyahut agar tak salah paham.
"Bukan begitu, aku hanya penasaran saja." Ekspresi Leo berubah menjadi kesal.
"Untuk apa kau bertanya tentang dia? Lebih baik kita cari topik lain." balasnya ketus.
"Ayolah Leo, sekali ini saja aku tak akan bertanya lagi kok tentang dia." Pria itu membuang napas dan sengaja mengambil sehelai rambut panjang milik Nabila untuk dia mainkan.
"Dia itu menyebalkan. Aku juga heran sendiri kenapa aku mau menikah sama dia. Pemboros, sombong aduh dia itu berbeda dari Emily!"
"Apa dia sangat buruk sampai kau berbicara seperti itu?"
"Ya sangat buruk! Syukurlah aku sudah bercerai dengannya. Meski pun kalau aku tak kecelakaan saat itu, aku akan tetap menceraikannya. Ayah, Ibu dan Kakek juga setuju."
"Tapi kenapa kau sakit hati waktu ditinggalkan?"
"Karena aku melakukan segalanya untuknya tapi dia malah pergi. Cindy tak memikirkan perasaanku yang sudah mati-matian mencari cara untuk menyenangkannya seperti ... pengorbananku selama ini sia-sia saja." Nabila menatap penuh iba terhadap Leo.
Dia kemudian memberikan pelukan hangat untuk Leo yang segera dibalas. "Tapi aku bahagia sekali sekarang aku memilikimu wanita yang benar-benar membuatku bahagia dan aku sudah melupakan kejadian pahit di masa lalu berkat kau." ucap Leo seraya tersenyum.