Chapter 32 - Babak Kedua

Kehamilan Nabila adalah kabar menggembirakan dan yang didapatkan oleh pasangan itu adalah Aikara. Sosok gadis ceria dan pekerja keras yang kini tengah mengendarai mobil mengantar Ayahnya.

"Papa sudah sampai," ucap Aikara tiba-tiba. Lamunan Leo lantas buyar dan pria itu menyunggingkan senyuman pada putri semata wayangnya.

"Terima kasih ya sudah mengantar Papa,"

"Tentu saja Papa, Aikara ini anak Papa jadi wajarlah Kara harus mengantar Papa ke perusahaan. Oh iya nanti Kara yang akan datang jemput Papa,"

"Iya jangan lupa jam tiga." Kara tersenyum lalu mengangguk. Mobil kembali berjalan sedang Leo melangkahkan kakinya masuk ke dalam perusahaan sendiri.

Sampai di ruangan, Leo kembali menyunggingkan senyuman saat menatap foto sang istri dan anaknya yang waktu itu masih kecil. "Happy anniversarry Leo!" suara Axton mengejutkan Leo tetapi tak ada tanda kemarahan di raut wajah pria itu.

Leo menjabat tangan Axton sembari mengucapkan terima kasih. "Bagaimana kabarmu?"

"Baik."

"Kalau Wenda?"

"Baik juga. Kalau kau dan keluargamu?"

"Sangat baik, terima kasih sudah menanyakannya."

"Aku minta maaf karena tak bisa datang ke acara anniversarrymu dengan Nabila dan sebagai rasa bersalah aku membawakanmu hadiah." ucap Axton seraya memberikan sebuah kado pada Leo.

"Tidak usah Axton, aku tak butuh apa pun darimu cuma ucapan selamat saja sudah lebih dari cukup."

"Jangan sungkan, kau ini sahabatku begitu juga Wenda jadi jangan menolak." Leo mengembuskan napas panjang.

"Baiklah aku terima. Sekali lagi terima kasih ya Axton." Pria itu mengangguk.

"Ayo bukalah."

"Tidak usah nanti ketika di rumah,"

"Kau harus membukanya, ayo!" Meski agak bingung tapi Leo membuka kado itu dan menemukan sebuah bingkai foto yang indah.

"Ini bagus sekali,"

"Sebenarnya ini pilihan Wenda dan aku pun tak punya ide."

"Tak apa-apa, aku mengerti. Ini cukup kok." Suara telepon menginterupsi pendengaran mereka berdua. Leo lalu mendekat dan menekan beberapa tombol menerima sekaligus menyalakan speaker yang letaknya berada di meja.

"Tuan Leo, ada tamu yang datang,"

"Siapa?"

"Seorang wanita Tuan namanya Cindy." Leo dan Axton saling berpandangan kemudian pria itu menjawab.

"Suruh dia masuk." Panggilan dimatikan membuat Axton mengerutkan dahi.

"Serius Leo? Kau mau menerima wanita itu untuk masuk ke sini? Kau masih ingat tidak apa yang dia lakukan padamu dan Nabila? Dia hampir saja merusak rumah tanggamu!"

"Aku tahu dan sakit hati tapi Nabila mengatakan kalau aku harus memaafkan Cindy." ucap Leo dengan senyuman tipis.

🌟🌟🌟🌟

Kala itu, kehamilan Nabila masih di trisemester pertama. Dia benar-benar dimanja oleh seluruh anggota keluarga. Nabila tak diminta untuk bekerja, selalu duduk dan diupayakan agar berpikir positif.

Pertama-tama Nabila agak risi tetapi dia mengerti apa yang dilakukan oleh Leo, Ayah, Ibu dan Kakek semata-mata agar menjaga kandungan. Kini, dia pun sering meminum susu agar janinnya kuat. "Leo itu geli."

Leo pura-pura tak mendengar dan malah makin lama mengusap perut Nabila yang terkikik geli. "Bagaimana pemeriksaannya? Apa yang dikatakan oleh dokter?"

"Semuanya baik dan dokter mengatakan aku harus berolahraga."

"Kalau begitu besok, kita belikan alat untukmu berolahraga tapi sebelum itu ayo kita cari olahraga apa saja yang bagus." Adam tersenyum melihat pasangan itu bercengkrama dengan mesra sampai-sampai mereka tak menyadari kehadiran pria itu itu.

Mereka asyik berbincang tentang olahraga khusus ibu hamil. Bel rumah terdengar membuat Adam menoleh ke pintu. Masih mendengar suara bel, Adam pun berdiri untuk melihat siapa tamunya. "Kakek tak usah biar aku saja."

Leo lantas bingkas berdiri dan berjalan ke pintu. Dari tempatnya duduk Adam dan Nabila bisa melihat Leo kaget begitu pintu terbuka lalu suatu kejadian membuat mereka sangat terkejut.

Muncul sosok seorang wanita yang langsung memeluk Leo sambil menangis. Keadaan wanita itu sangatlah buruk dengan pakaian lusuh dan rambutnya acak-acakan tapi bukan dua hal tersebut yang membuat mereka terdiam namun perut si wanita yang membesar.

Leo mendorong wanita itu kasar. "Kenapa kau datang ke sini?! Kau mau menggangguku lagi?!"

"Leo, aku minta maaf ... aku seharusnya tak pergi meninggalkanmu saat itu." lirih si wanita seraya menangis tersedu-sedu.

"Sudahlah! Kau pikir aku percaya pada omong kosongmu itu! Gara-gara kau aku syok berat tapi beruntung aku menemukan Nabila dan aku bahagia bersamanya jadi tinggalkan kami. Aku tak ingin melihatmu!"

Nabila mendekati Adam yang masih membulatkan matanya.

"Kakek, siapa wanita itu? Kenapa Leo kasar sekali berbicara dengannya? Apa dia tak kasihan terlebih wanita itu lagi hamil tua." Adam lalu membuang napas kasar. Ditatapnya Nabila dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Nabila, wanita itu adalah Cindy. Dia juga mantan Istri Leo."

"Aku tahu aku salah tapi dengarkan aku dulu. Bayi yang kukandung ini adalah anakmu!" ucapan dari Cindy terdengar nyaring dan jelas sekali sehingga Leo beserta Nabila terdiam beberapa saat.