"Bebh, malam ini kita makan di luar aja ya." Ajak Alice ketika Viona telah selesai mandi.
"Iya bebh." Jawab Viona datar.
"Kamu kenapa, Vio? Sejak pulang tadi kamu tidak banyak bicara." Tanya Alice yang melihat ada yang berbeda pada wajah sahabatnya itu.
Kini pertanyaan Alice tak di jawab oleh Viona, ia hanya menatap hampa pada cermin. Viona sendiri tak tahu, haruskah ia menceritakan pada Alice akan kejadian tadi sore pada sahabatnya itu, ia ingin memberi tahu Alice bahwa Edward telah meninggal 2 tahun 8 bulan yang lalu, namun ia tak tahu harus memulai dari mana, di tambah lagi wanita yang menjadi calon istri Edward adalah dokter yang kini sedang memusuhi Alice.
Salah...
Bukan calon istri, Viona sendiri bahkan tidak mengetahui apakah Edward sudah lebih dulu menikahi Laudia sebelum ia meninggal. Tapi jika mereka telah menikah sudah pasti tadi saat Viona menamparnya dan mengatainya dengan bahasa yang tidak tepat, wanita itu sudah langsung membalasnya. Ia juga tadi tidak sempat menanyakan kepada Azka apa penyebab kematian Edward, apakah ia sudah sembuh dari komanya karena kecelakaan itu, ataukah ia meninggal setelah lama koma, ataukah ia meninggal karena penyakit lain diluar dari kecelakaan yang dialaminya lebih kurang 5 tahun yang lalu. Viona masih terus saja berpikir tentang pertanyaan yang menyelimuti benaknya itu saat Alice mendekati dirinya dari belakang lalu memegang pundak Viona.
"Bebh..." Sapa Alice pelan.
"Aww... Astaga, Alice... Kau membuatku kaget." Viona yang tengah melamun sontak memberikan ekspresi kaget luar biasanya saat melihat ke cermin, sahabatnya itu tengah berada tepat di belakangnya sambil memegang pundaknya.
"Vio, apa yang kau pikirkan? Mengapa kau terkejut seperti itu, aku sedang berbicara sejak tadi dengan mu?" Alice kembali bertanya pada Viona.
"Iya bebh. aku sudah mengatakan iya kita makan di luar saja." Kata Viona membela diri.
"Bukan itu, aku sejak tadi bertanya kau kenapa? Mengapa kau tidak banyak bicara dan lebih sering melamun tak jelas semenjak kau pulang dari kantor. Ada apa denganmu, bebh?
"Aku terlalu stres dengan beberapa pekerjaan, dan juga pasienku, ada beberapa pasien yang tidak menunjukan perkembangan yang baik, bebh. Maaf ya." Ujar Viona berbohong.
"Ayolah, jangan stress seperti itu, Vio. Sekarang bersiaplah, kita cari udara segar di luar. Aku yang menyetir malam ini." Ujar Alice mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Baiklah, bebh." Jawab Viona, ia pun bergegas untuk menyiapkan dirinya karena Alice sudah lebih dulu bersiap sejak tadi.
...
Karena kedua sahabat itu ingin sekali memakan ayam goreng tepung, akhirnya Alice yang malam ini mengendarai mobil membawa mereka ke sebuah restoran ayam goreng yang cukup terkenal di sana.
"Sudah lama kita tidak keluar malam seperti ini, bebh." Alice membuka pembicaraan ketika keduanya telah tiba di restoran.
"Iya bebh, sepertinya kita harus meluangkan sedikit waktu untuk refreshing sekali-kali. Beban kerjaku lumayan berat belakangan ini." Viona mencoba terlihat santai di depan Alice, ia tak ingin sahabatnya bertanya kembali mengapa ia seperti tadi. Dalam hatinya ia bertekad untuk mencari waktu yang tepat untuk membicarakan tentang Edward pada Alice nanti.
"Iya, bagaimana kalau kita ke Valencia bulan depan? Aku berjanji pada Angel untuk datang saat ia menjalani transfusi, apa kau ingin ikut? Lagi pula sudah sejak lama kau tak mengunjungi orang tuamu kan?" Tanya Alice seketika pada Viona.
"Iya, kau benar juga. Jika proyekku ini berjalan lancar, bulan depan kita akan pergi bersama. Aku juga sudah merindukan Angel." Jawab Viona sambil melahap ayam goreng yang telah tiba di depan meja mereka.
Karena udara malam yang cukup dingin, mereka akhirnya memilih menyantap ayam goreng dengan ditamani segelas Bir.
"Hanya segelas ya!!" Ujar Viona yang mengingat bahwa Alice sangat menyukai alkohol.
"Siap bos! Aku tak akan menyentuh alkohol berlebihan jika dalam keadaan bahagia." Ucap Alice sambil menampilkan senyum manisnya.
"Kau sudah menghubungi Ronald, dia sudah sampai di mana?" Tanya Viona.
"Dia dalam perjalanan, mungkin sebentar lagi sudah sampai." Jawab Alice.
Alice sengaja mengajak Ronald, agar mereka bertiga bisa makan malam bersama. Ia ingin makan bersama kekasih dan sahabatnya sekaligus, dengan begitu ia tidak perlu membagi waktu untuk keduanya.
"Oia bebh, aku ingin bercerita." Ujar Alice kemudian.
"Ada apa?" Tanya Viona.
"Tadi pagi saat kau telah pergi, Laudia membuat keributan denganku. Sepertinya dia benar-benar cemburu padaku." Ujar Alice.
"Apa??" Pekik Viona. " Apa yang wanita bodoh itu lakukan padamu?" Tanya Viona yang tak terima jika sahabatnya mendapatkan perlakuan buruk dari Laudia.
"Tidak terjadi sesuatu yang buruk, bebh." Alice mencoba meredam amarah Viona yang menyala-nyala.
"Aku ingin mendengarnya. Ceritakan sekarang, bebh!" Pinta Viona.
Alice lalu menceritakan secara singkat kejadian yang terjadi tadi pagi di depan lobby rumah sakit, tampak Viona begitu geram mendengarkan setiap penuturan Alice tersebut.
"Benar-benar wanita itu, kau harus membalasnya Alice." Desak Viona. "Bila perlu, rebut saja dokter tampan itu dari perempuan murahan itu!!" Dengus Viona kesal.
"Vio....ngomong apa barusan?" Alice tak percaya dengan ucapan Viona. "Tak boleh begitu, kenapa sampai mengeluarkan kata-kata seperti itu?" Alice menatap Viona penuh selidik.
"Aku hanya kesal saja dengannya, sebaiknya kalian tak usah bertemu lagi." Ujar Viona akhirnya.
"Dia hanya salah paham, bebh. Dokter Reza akan mencoba membujuknya. Jika mereka telah berbaikan, dokter Reza mengajakku untuk double date nanti." Seru Alice sumringah.
"Aku berharap mereka tidak akan berbaikan. Biar dia juga bisa merasakan perihnya sakit hati." Celutuk Viona.
"Bebh, ada apa denganmu?" Alice kembali terperangah mendengar perkataan Viona.
"Tidak apa bebh, aku hanya terlanjur tak suka dengan wanita itu." Jawab Viona santai sambil melanjutkan makannya.
Alice masih saja menatap sahabatnya itu, ntah apa yang sedang ditutupi oleh Viona, terlihat jelas ia sangat tak menyukai Laudia, ia bahkan sempat mengatakan 'perempuan murahan' pada dokter itu.
Saat Alice diliputi tanda tanya, tak lama seseorang menepuknya dari belakang.
"Haii, dokter Alice" sapa lelaki berlesung pipi berkacamata itu.
"Ha...haii..." Jawab Alice terkejut.
Seseorang pria tampan sedang berada di belakangnya, Alice menoleh ke belakang, sedang Viona menatap lelaki itu penuh senyum dari tempatnya duduk, yang jelas lelaki itu bukanlah Ronald, karena tak mungkin Ronald memanggilnya seperti tadi.
"Dokter Reza..." Sapa Alice, sang dokter lalu tersenyum manis pada Alice dan Viona.
"Haii, dok..." Sapa Viona.
"Haii..." Sapa Reza juga. "Ternyata dunia begitu sempit, tanpa janjian kita bisa bertemu kembali di sini." Ujarnya kemudian.
"Hahahaha.... Kota Grazia yang sepertinya terlalu kecil, dok." Jawab Alice.
Ketiganya lalu tertawa bersama. Tanpa mereka sadari di luar sana, di balik tembok kaca itu ada dua pasang mata yang mengamati tawa bahagia ketiga orang tersebut.
"Dokter lagi ingin makan ayam goreng juga?" Tanya Alice.
"Hmp... Pilihan terakhir sepertinya." Jawab sang dokter sambil mengedikan bahunya.
"Dokter sendirian saja?" Kini gantian Viona yang bertanya. "Jika sendiri, bergabung saja dengan kami sekarang!" Ajaknya kemudian.
"Hmp... Saya ada janji." Jawab dokter Reza lagi.
"Dengan siapa?" Alice kembali bertanya.
"Saya meminta Azka untuk membujuk Laudia. Dan akhirnya Laudia memilih restoran ayam goreng ini. Mungkin sebentar lagi mereka tiba." Jawab Reza atas pertanyaan Viona.
"Uhuk...uhuk..." Viona tersedak makanannya sendiri setelah mendengar kalimat Reza.
Seketika Viona menghentikan makannya, ia kemudian meneguk birnya sedikit, lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Alice, kita harus pergi sekarang!!" Ujar Viona.
Alice tampak terkejut dengan sikap sang sahabat, Reza juga tak kalah terkejutnya.
"Viona, ada apa dengan anda? Kenapa begitu buru-buru?" Tanya dokter Reza kemudian.
"Iya Vio, ada apa denganmu? Aku belum menyelesaikan makanku. Lagipula Ronald juga belum tiba!" Ujar Alice tak mengerti.
"Alice, bergeraklah sekarang!" Tegas Viona, yang membuat Alice langsung menghentikan makannya dan beranjak dari duduknya.
"Hmp... Dokter Reza maaf, kami pamit duluan ya." Ujar Alice akhirnya.
Saat akan beranjak dari meja duduk mereka, kini tampak dua orang tengah berada di hadapan mereka. Seseorang pria menampilkan senyum manisnya menyapa, sedangkan seorang wanita menatap penuh amarah.
Dan.... Plakkk....
Sebuah tamparan mengenai wajah Viona.
"Ini hadiah balasan untuk apa yang anda berikan kepada saya tadi sore." Ujar wanita itu penuh amarah.
...