Chereads / Hati ini Milikmu / Chapter 3 - Asal Ibu Bahagia

Chapter 3 - Asal Ibu Bahagia

Hari pernikahan yang dinanti telah tiba. semua tamu undangan telah memenuhi gedung tempat acara dilaksanakan. Nadia tampak sangat cantik memakai gaun pengantin berwarna putih. Rambutnya yang disanggul dan makeup nya yang agak tebal menambah aura kecantikan dari wanita itu. Siapa yang tahu dalam hatinya dia meratapi nasibnya. Bukan karena perjodohan ini tapi karena penolakan dari suaminya bahkan sebelum pernikahan terjadi.

" Saah!" seru semua orang yang menjadi saksi dalam pernikahan tersebut. Nadia mencium tangan Radit yang sekarang jadi suaminya. Walaupun dalam hati Radit menolak dia tetap melakukannya karena dia takut membuat malu kedua orang tuanya.

Hari itu Nadia melihat senyum ibunya yang senantiasa terlihat di bibirnya. Nadia rela melakukan apa saja asal ibunya bahagia. Karena dia sudah tak punya siapa siapa lagi selain ibunya.

Nadia mencium tangan Bu Mira dan Pak Anton, kedua orang tua itu sangat bahagia karena telah memiliki menantu.

"Selamat ya Sayang!" ucap Bu Mira

"Makasih Tante Mira!" Jawab Nadia

"Lhoh, kok Tante sih. Mama dong harusnya." goda Bu Mira pada menantunya itu.

"Udahlah Ma, jangan godain mantu kita. dia jadi malu tuh!" Pak Anton menasihati istrinya yang kelihatan senang sekali ternyata punya menantu.

"Mama kan cuma bilangin Nadia Pa, biar dia nggak salah manggil. Mama kan udah jadi ibunya juga sekarang!"

"Iya udah terserah Mama aja!" Pak Anton mengalah juga karena dia tahu istrinya tak bisa dikalahkan.

Sementara Radit diam saja tak mempedulikan orang orang karena sebenarnya dia ingin acara ini selesai.

"Woy prend. selamat ya. udah married aja Loe." Tiba tiba Sony datang dan mengagetkannya.

"Iya makasih." jawab Radit malas.

"Mana istri Loe? Gue pengen tahu?"

"Tahu, Loe cari aja sendiri!" jawab Radit dengan ketus.

Sony celingukan mencari dimana pengantin wanita. setelah itu akhirnya dia dapat menemukannya.

"Wah prend istri Loe cantik banget ternyata. beruntung banget Loe prend. gue jadi iri. Kenapa nggak gue aja yang dijodohin!"

"Udah jangan kebanyakan omong! Makan dulu sana. Tuh udah disiapin!"

"Oke, prend!"

Sony meninggalkan Radit yang kelihatan tidak senang dengan adanya pesta ini. sementara itu Dira sahabat Nadia datang dengan membawa Dimas, kekasihnya.

"Nadia, selamat ya sekarang Loe udah nikah. udah nyalip gue ternyata." goda Dira pada Nadia

"Makasih gue kirain Loe nggak Dateng tapi ternyata Loe Dateng juga!"

"Selamat ya Nad."

"Makasih Dim."

"Ngomong-ngomong Nad dimana suami Loe?"

"Dia lagi ama temennya tadi. Nggak tahu sekarang mungkin lagi makan.." jawab Nadia.

"Ya Ampun gue masih ngerasa kayak mimpi Loe udah nikah aja sekarang. tapi tetep ya selamat buat Loe!"

"Makasih ya Ra.!" mereka pun berpelukan.

"Tapi Nad gue nggak bisa lama lama Dimas udah ada kerjaan soalnya.."

"Loe nggak seru ah, masak baru Dateng udah mau balik aja. Tapi ya udahlah mau gimana lagi."

"jangan cemberut gitu. congrats ya Sayang. bye!"

Setelah Dira pergi Nadia lebih banyak melamun. jujur saja dia berpikir bagaimana cara menghadapi suaminya yang membencinya. Dia tak ingin pesta ini berakhir karena bila pesta ini berakhir, maka kehidupannya sebagai seorang istri yang dibenci suaminya akan dimulai dan Nadia takut menghadapi itu semua. Tanpa terasa air matanya menetes. ibu yang melihat hal itu segera menghampiri nya.

"Kenapa sayang? kok nangis?"

"Enggak apa-apa Bu. ini airmata bahagia Bu!"

"Syukurlah sayang!"

Sebenarnya Radit mengakui kalau Nadia memang cantik seperti pengakuan Sony. Hanya saja dia tak ingin mempunyai perasaan kepada Nadia karena dia ingin mencari penolongnya dari kecelakaan beberapa tahun lalu.

Setelah pesta usai, Radit dan Nadia segera memasuki rumah baru yang memang sengaja diminta Radit karena dia tak mau kalau sampai orang tuanya tahu perlakuannya pada istrinya.

"Itu kamar kamu. Yang sebelah kamar aku!"

"Iya Mas!" Nadia langsung membawa kopernya ke kamarnya. dia segera membersihkan diri dan berganti pakaian lalu merebahkan diri di kasur dan terlelap.

Sementara itu Radit juga melakukan hal yang sama. Dia segera tidur karena pekerjaannya sudah menunggunya..