Nadia sudah sampai dirumahnya. Dia disambut ibunya yang telah menunggunya sejak dari tadi karena ingin menyampaikan sesuatu.
"Ibu, kok belum tidur?" tanya Nadia pada ibunya
"Belum, nungguin kamu Sayang!"
"Ada apa Bu??Apa Ibu sakit?"
"Nggak Sayang, ada yang pengen ibu omongin. Penting!" Ibu Anita sengaja menekankan kata penting agar Nadia mengerti bahwa ini memang harus dilakukan.
"Oke. Hal apa Bu?"
"Tadi waktu Ibu pulang nyekar ayahmu nggak sengaja ibu ketemu sama temen lama ibu, itu lho sayang Tante Mira. Kamu inget kan?"
"Terus Bu?"
"Ya kita ngobrol panjang lebarlah sayang. Cerita banyak banget. Dia juga nanyain kamu!"
"Terus?"
"Dia nanyain kamu udah punya pacar apa belum."
"Ibu jawab apa ke Tante Mira?"
"Ya Ibu jawab belum. Emang selama ini kamu belum pernah kan kenalin cowok ke ibu walaupun umur kamu sekarang udah 24!"
"Lalu Tante Mira bilang apa?" Tanya Nadia sambil meminum air yang ia ambil dari kulkas
"Dia mau jodohin kamu sama anaknya lah sayang."
Nadia tersedak air minum mendengar ucapan ibunya
"Apa Bu??Ya Allah Bu, ini tahun berapa? udah gak jaman lagi Bu perjodohan!"
jelas Nadia menolak perjodohan ini karena dia ingin menikah dengan orang yang benar-benar ia cintai kelak.
"Tapi Sayang Ibu udah setuju atas perjodohan ini. Karena ibu lihat Tante Mira sudah pengen banget punya mantu dan cucu. Anaknya udah umur 29 tapi belum juga dapat jodoh! Tante Mira langsung jatuh hati begitu Ibu kasih tunjuk foto kamu ke Tante Mira! Ibu udah tua sayang, nggak bisa selamanya jagain kamu. Kalau udah punya suami Ibu bakalan tenang. karena bila Ibu sewaktu-waktu pergi kamu ada yang jagain!" jelas ibu Anita panjang lebar. Dia sangat menyayangi anaknya melebihi apapun. Kondisinya yang lemah karena umurnya yang tak lagi muda membuatnya berpikir untuk menerima perjodohan ini. Dia tak ingin saat dirinya pergi anaknya masih sendiri tak punya siapa-siapa
"Tapi, Bu!!"
"Tolong Sayang, Ibu mohon sama kamu!"
Dengan berat hati akhirnya Nadia mengiyakan permohonan ibunya itu. Dia tak mau menjadi anak durhaka karena menolak keinginan ibunya itu walaupun jauh di lubuk hatinya dia menolak keras perjodohan itu.
Sementara itu di kediaman Bu Mira
"Radit, kamu udah pulang Sayang? Sini sebentar Sayang. Mama mau ngomong sama kamu!"
"Ada apa Ma?"
"Mama tadi ketemu temen lama Mama secara nggak sengaja terus kita ngobrol banyak banget Dit?"
"Lha terus ngapain emang Bu?"
"Ibu mau jodohin kamu sama anaknya Tante Anita!"
"Apa Ma?Nggak, Radit nggak mau! Kayak Radit nggak laku aja pake dijodohin segala!"
"Mama nggak peduli, pokoknya kamu harus mau. Mama udah terlanjur suka ama anaknya Tante Anita walaupun itu cuma fotonya aja!"
"Radit tetep nggak mau!"
"Kalau kamu nggak mau mending Mama mati aja!" jawab Bu Mira sambil berlalu meninggalkan Radit yang masih tersisa termenung mendengar ucapan ibunya.
"Oke Ma, Radit bakalan terima asalkan setelah menikah Radit mau tinggal di rumah Radit sendiri!" Radit akhirnya menyerah menghadapi ancaman Mamanya. Karena dia tahu Mamanya nggak pernah main main selama ini.
"Oke. Besok kita ketemu mereka ya Sayang!"
"Iya..terserah Mama aja. Udah Radit mau ke kamar Radit dulu. Capek!"
"Oke Radit sayang. Selamat beristirahat!"
Bu Mira senang sekali dengan jawaban Radit. Dia sudah tak sabar menyaksikan anaknya menikah dengan gadis pilihannya.
*******
"Woy, Nad...masih pagi gini udah ngelamun aja! Mikirin apa sih Loe?"
"Eh Loe Ra. kapan nyampenya?"
"Dari tadi gue panggil Loe. Tapi Loe nya yang nggak denger. Ada apa sih? Tumben banget?"
"Gue dijodohin Ra!" Jawab Nadia dengan pelan
"Apa? seriusan loe?ama siapa?"
"Ama anak temennya nyokap gue! gue mau nolak tapi nggak tega sama ibu. Nanti malam rencananya mau pertemuan keluarga sekaligus membahas pernikahan!"
"Amazing banget ya...tiba tiba aja low bentar lagi mau nikah!"
"Iss...apaan sih Loe...malah bilang gitu!" jawab Nadia mendengus kesal karena ucapan temannya itu.
"Tapi Nad, semoga ini emang pilihan terbaik buat Loe. Gue doain semoga yang jadi suami Loe entar orangnya baik dan penyayang kayak Loe!"
"Aammiiinnn Ya Allah, makasih Ra doanya buat gue!"
Jauh di dalam hatinya Nadia berharap semoga doa sahabat itu dikabulkan oleh Allah.
Sementara itu di kantor Radit.
"Dit, ada apa sih gue lihat hari ini Loe nggak konsen banget kerjanya! Ada masalah di rumah??"
"Gue dijodohin ama nyokap sama anak temennya!" jawab Radit dengan malas.
"Apa? terus Loe gimana?"
"Ya gue terimalah. Nyokap ngancem gue. Kan Loe tahu gue paling nggak bisa liat nyokap sedih."
"Bener bener anak berbakti Loe. Salut Gue. dibalik sifat Loe yang angkuh, nyebelin, cuek ternyata Loe sayang sama ortu Loe!"
"Sialan Loe, Loe muji apa ngehina gue sih??" Tanya Radit dengan kesal.
"Gue emang sahabat Loe tapi kalo soal kejujuran itu nomer 1. ha-ha-ha!"
"Dasar Loe!"
Malamnya diadakan pertemuan kedua belah pihak keluarga untuk membahas pernikahan Radit dan Nadia.
Nadia tampak cantik dengan memakai gaun merah marun selutut yang dipadu dengan heels warna senada. Make up nya yang natural tak mengurangi kecantikannya. Sementara Radit memakai setelan jas warna biru yang membuatnya semakin tampan. Semua sepakat bahwa pernikahan Radit dan Nadia akan dilaksanakan Minggu depan secara sederhana karena Nadia tak ingin menghamburkan uang hanya demi pesta saja. Seusai makan Radit mengajak Nadia untuk berbicara.
"Ada apa Mas Radit ngajak aku kemari?"
"Kamu jangan berharap kalau aku bakalan Nerima kamu. Aku Nerima perjodohan ini karena terpaksa. aku nggak mau orang tuaku sedih. Dan aku tahu kamu pasti menerima perjodohan ini karena tahu aku adalah anak dari orang paling kaya di kota ini. iya kan?"
"Nggak Mas. aku nggak seperti itu!" jawab Nadia dengan meneteskan air matanya. Hatinya sakit mendengar ucapan dari calon suaminya itu.
"Alah, semua cewek itu sama aja. Matre!" Jawab Radit sambil berlalu meninggalkan Nadia.
Nadia dan Radit kembali ke pertemuan keluarga. Karena dirasa sudah cukup maka mereka akhirnya pulang.
"Jeng Mira balik dulu. Pak Anton makasih undangannya!"
"Iya Jeng, hati2 ya. wah sebentar lagi kita besanan. senengnya!"
"Iya Jeng. kami pamit dulu semuanya!"
"Tante, Om Saya pulang dulu sama Ibu!"
"Iya, Cantik. Hati2 ya bawa mobilnya!"
"Iya Tante. makasih. Assalamualaikum!"
"Walaikum Salam!" ucap pak Anton dan Bu Mira berbarengan. sementara Radit tak peduli sedikitpun. Baginya Nadia tak akan pernah ada dihatinya karena Radit tak pernah percaya cinta. baginya semua perempuan matre termasuk Nadia.