"Semoga aja foto kita bisa sandingan di buku nikah, ya!"
Sontak Lean melepas pelukan dan menatap Rein dengan intens. Sudut bibirnya berkedut, ingin mentertawakan ucapan Rein itu. Sayangnya, bibirnya seolah kelu hingga dia tidak bisa mengucapkan kata-kata.
"Kenapa?" Rein mengernyit melihat Lean yang hanya menatapnya itu.
"Lo pengen nikah sama gue?" Pertanyaan itu akhirnya keluar dari bibir Lean. Dia lalu tersenyum, mulai merasakan kembang api yang meletup di dadanya. Selain itu aliran darahnya seolah bekerja begitu cepat. Napasnya mendadak memburu. Intinya Lean tidak tahu sedang mengalami apa. Namun, baginya ini membahagiakan.
Kini giliran Rein yang hanya diam. Gadis itu memperhatikan Lean yang tersenyum ke arahnya, sedangkan wajahnya hanya terlihat kaget. "Kan... Gue... Gue...."
"Apa?" tanya Lean sambil menahan tawa. "Dari hati, kan, itu?"