"Aw!" Rein merintih saat lehernya terasa kaku. Dia mengurut leher belakangnya kemudian mengubah posisi. Dia berbalik dan mendapati Lean terlelap di hadapannya. Tangan Rein terulur, menyibak anak rambut yang turun dari kening Lean. "Kamu nyembunyiin apa?"
Ingatan beberapa jam yang lalu menyeruak. Saat Rein keluar kamar, dia mencoba mengintip. Lean kembali sibuk membaca berkas dan seperti terlihat frustrasi. Setelah itu Rein memutuskan turun ke lantai satu alih-alih menanyakan apa yang terjadi. Dia tidak ingin Lean semakin terbebani. Mungkin, lelaki itu belum siap membagi cerita dengannya.
"Rein...." Lean terjaga saat ada tangan hangat yang menyentuh keningnya. Tangannya menarik pinggang Rein semakin merapat ke tubuhnya. "Nggak bisa tidur?"
Rein menggeleng. "Aku kebangun. Leherku sakit." Dia memijit tengkuk dengan pelan.
"Sini!" Lean berbaring terlentang kemudian menarik Rein agar masuk ke dalam pelukan.