Sejak kecil Mika selalu berambisi untuk menjadi yang pertama agar bisa mendapatkan perhatian dan juga dibanggakan oleh Ayahnya. Namun kehadiran Inggrid membuatnya tak pernah lagi berada di posisi pertama. Ayahnya memang tidak kecewa, tapi tetap saja Mika merasa kurang puas. Harga dirinya merasa terlukai karena selalu dikalahkan oleh perempuan.
Dan untuk sekarang, ia akan membalikkan keadaan. Menurut teori yang pernah ia baca, membuat musuhmu jatuh cinta adalah sebuah kemenangan besar.
Mika tersenyum puas, Inggrid harus bertekuk lutut kali ini. Bila perlu wanita itu harus menangis untuknya karena terlalu cinta.
"Aku dengar penerbitanmu sedang bermasalah dengan penerbitan Venus Publishing?" sang kakak, Agatha Dewangga sedang menatapnya penuh keingintahuan. Sikap adiknya sejak pulang dari kantor benar-benar aneh, kadang Atha mendengar Mika bicara dan marah-marah sendiri di dalam kamarnya. Tapi sekarang, lihat, dia sedang cengengesan dari 3 jam lalu.
Walaupun Mika sedikit menyebalkan, tapi Atha menyayangi adik satu-satunya itu, Atha peduli padanya, sungguh.
"Kami sudah menyelesaikan perkara itu dengan damai." jawab Mika santai. Ia sibuk melempar nasi ke dalam mulutnya penuh suka cita.
Atha dan sang Mama saat ini tengah mengerutkan kedua alis mereka, kemudian saling bertukar pandang satu sama lain. "Wajah penuh lebam dan bibir sobek kau bilang menyelesaikan masalah secara damai?"
Ini mencurigakan, sangat mencurigakan. Sejak kecil Mika tidak suka berkelahi, dia tipe anak yang selalu ingin dipandang baik oleh semua orang, apalagi di depan kedua orangtuanya. Tapi hari ini? Selain cengengesan, dia pulang dengan wajah seperti itu.
"Ini karena alasan lain. Tidak ada hubungannya dengan perkara penerbitan." Mika memberikan penjelasan.
Agatha merapat ke tempat duduk sang Mama, ia berbisik pelan. "Ada apa dengannya? Kenapa sejak pulang tadi dia terus tersenyum misterius begitu?"
Maya mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. Tapi ... jika Maya meneliti kembali gelagat aneh putranya, sepertinya hanya ada satu jawaban yang pas.
"Apa kita harus membawanya ke rumah sakit untuk melalukan CT-SCAN? Aku takut isi kepalanya sedikit geser karena pukulan Putra yang terlalu kencang." Atha kembali mengoceh, ia terlalu berpikir jauh.
"Tidak perlu," sela Maya, "mungkin itu karena efek jatuh cinta makanya seperti itu."
Mika mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan sang Mama. "Aku tidak sedang jatuh cinta. Lagipula aku tidak mungkin jatuh cinta pada wanita jadi-jadian dan tidak peka."
Tunggu.
Aghata terdiam, dia sedang mencerna kata-kata Mika barusan. Dia bilang tidak mungkin jatuh cinta pada wanita jadi-jadian dan tidak peka?
Seketika itu Agatha tergelak. Ia tahu siapakah wanita yang dimaksud oleh Mika. Tapi seingatnya, ia maupun sang Mama sama sekali tidak ada yang menyinggung nama Inggrid di sini.
"Oh, jadi kau masih sibuk berjuang untu menarik perhatian tetangga sebelah?" ejek Atha telak.
"Aku tidak sedang memperjuangkan apapun." bantah Mika, ia meletakkan sendoknya kemudian mengambil minum. "Aku sudah selesai. Terimakasih makanannya, Mama." setelah itu ia segera melenggang ke kamarnya di lantai atas.
"Mama lihat? Wajah adikku benar-benar merah." seru Atha agar Mika mendengar sindirannya tersebut.
Mika terus berjalan, ia sama sekali tidak menggubris sindiran kakaknya. Dia tidak akan jatuh cinta pada Inggrid, tapi Inggrid lah yang harus jatuh cinta padanya. Dengan begitu ia akan menjadi pemenang.
....
Mika masuk ke dalam kamar masih dengan seringai di wajahnya. Inggrid pasti sedang memikirkannya, bahkan Mika yakin bahwa Inggrid tidak akan bisa tidur karena memikirkan kejadian tadi pagi.
"Apa yang sedang dia lakukan?"
Awalnya Mika pergi ke balkon untuk memastikan bahwa Inggrid sedang uring-uringan karena tidak bisa tidur, tapi yang ia lihat saat ini tidak sesuai ekspektasi. Dari tempatnya berdiri, ia melihat Inggrid yang sedang sibuk membongkar isi lemari dan memasukkan baju-bajunya ke dalam ransel besar. "Kenapa dia mengemasi baju?"
Tin ... Tin ...
Suara klakson dari mobil yang terparkir di depan halaman rumah Inggrid membuat Mika berjengit kaget. "Hey ... hey ... siapa pria di dalam mobil itu?" Mika menyipitkan matanya hanya untuk melihat pria di dalam mobil itu lebih jelas, tapi kaca mobil yang sedikit buram membuatnya kegiatannya sia-sia. Tak berapa lama kemudian ia melihat Inggrid berlari kecil ke arah mobil itu dengan menggendong ransel besarnya.
"Tck, mungkin itu Ando. Haha ... rupanya Inggrid benar-benar tidak bisa tidur karena memikirkanku. Kasihan, dia sampai harus mengungsi di rumah Ando segala." pikir Mika seraya terkekeh. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar sampai telinganya kembali mendengar sebuah kendaraan yang memasuki halaman rumah Inggrid.
Seorang pria baru saja mematikan mesin motornya, saat pria itu membuka helm, Mika langsung berjengit kaget. "Ando? Lalu tadi itu siapa? Ke mana mereka pergi?" semenit kemudian Mika menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak penasaran." ia baru saja meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak sedang dibuat penasaran atau sedang memikirkan Inggrid. Wanita tidak peka itu sama sekali tidak boleh menguasai pikirannya, tidak sedetik pun!