Inggrid meletakkan ponselnya di atas meja kecil di samping ranjang pasien. Tingkah aneh Mika akhir-akhir ini membuat kepalanya pusing.
"Kau belum tidur?" seseorang baru saja masuk, Inggrid menoleh dan kemudian ia tersenyum saat mengetahui siapa yang datang.
"Ando ..." gumamnya seraya berjalan mendekat ke arah pria itu, setelah berdiri tepat di hadapannya, Inggrid langsung meloncat kepelukan sang sahabat. "Aku sangat merindukanmu." ia memberi tahu.
Ando terkekeh, ia membalas pelukan Inggrid suka cita. "Kau bau Inggrid. Sudah berapa lama kau tidak mandi, hah?"
Inggrid cemberut, orang waras mana yang mau mandi si toilet rumah sakit?
"Baru hari ini. Toilet rumah sakit sangat kotor, aku tidak mau mandi di sana." elak Inggrid, Ando mengerutkn bibirnya ke bawah. "Bagaimana hasil periksa Ibuku?" ucapnya lagi, mengalihkan pembicaraan.
Ando terdiam, wajah sedih Inggrid mengingatkannya pada kejadian bertahun-tahun silam, bedanya hari ini tidak ada air mata. "Radang usus ringan dan sudah ditangani dengan baik oleh spesialisnya."
Inggrid bernapas lega mendengar hal itu. "Aku sangat ketakutan saat melihat Ibu muntah darah."
Ando tersentak, ucapan Inggrid seperti memukul sesuatu dalam dirinya. "Ibumu akan baik-baik saja." ia memberi semangat pada Inggrid. Ando tidak mau melihat wajah murung dan sedih itu berlama-lama menempel di sana. "Hey, mau ke Lounge? Kamar mandi di sana seperti hotel bintang 5."
Inggrid menyeringai, sebuah senyum kembali merekah di bibirnya. Kesempatan emas ini tidak akan pernah ia sia-siakan.
"Tentu saja, aku kan sudah bayar mahal. Jadi sudah semestinya aku mendapatkan layanan terbaik di sini. Ayo, tunjukkan padaku kamar mandi para dewa."
Ando tergelak. Ia segera menggandeng Inggrid pergi menuju lantai 10. Lounge adalah tempat istirahat untuk para dokter yang terletak di lantai 10. Di sana para dokter mendapatkan fasilitas terbaik. Ada mini karaoke, mesin pembuat kopi canggih, dan juga makanan-makanan lezat yang tidak pernah habis. Inggrid beberapa kali pernah masuk ke sana dan ia merasa seperti sedang berada di surga. Belum lagi setiap dokter memiliki kamar istirahat khusus. Jadi pada dasarnya, lantai 10 sengaja dibuat untuk memanjakan para dokter yang bekerja di sana.
Seperti yang Ando katakan, kamar mandinya memang keren. Bath tub yang luas dengan sandaran kepala yang nyaman, sampo dan sabun mahal yang diproduksi oleh tim dokter kecantikan. Inggrid benar-benar dimanjakan oleh fasilitas kelas dewa tersebut.
"Tidur di sini saja," saran Ando saat Inggrid selesai mandi dan memakai baju ganti miliknya yang telah ia sediakan sebelumnya.
"Terdengar menggiurkan, tapi tidak, aku harus menunggu Ibu." tolak Inggrid dengan wajah sedihnya.
"Saat bangun nanti kau akan sakit punggung, Nak."
"Terimakasih sudah mencemaskanku Papa."
Ando mendengkus, "Aku harus keliling mengecek keadaan pasien. Hubungi aku jika terjadi sesuatu pada Ibumu."
"Semangat Papa!"
Inggrid merasa sangat beruntung memiliki Ando dalam hidupnya. Kalau Ando pergi seperti yang Deval lakukan, ia tidak tahu harus bergantung pada siapa lagi. Walaupun Ando sangat menyebalkan, tapi hanya laki-laki itu yang selalu mebuatnya kembali semangat dalam menghadapi kehidupan ini.
....
Apa yang Ando katakan semalam memang benar. Inggrid mengerang kesakitan saat bangun tidur tadi. Punggungnya serasa dibelah menjadi dua bagian. Inggrid tidak menggunakan fasilitas lounge lagi karena ia tidak memiliki akses masuk ke sana jika tidak bersama seorang dokter. Pagi ini dia mandi di kamar mandi biasa, untung saja dia selalu membawa peralatan mandi di tasnya sebagai jaga-jaga.
"Kak Ghina akan datang pukul delapan nanti. Ibu tidak apa-apa jika aku tinggal sendiri?"
"Tidak apa-apa, sayang. Lagipula ada Ando di sini." Ibunya memberi tahu.
Inggrid menatap bengis sosok Ando yang sedang tidur di sofa. 'Sialan si brengsek itu. Seharusnya dia memindahkanku dari kursi tunggu ke sofa, bukan malah dirinya yang tidur dengan nyaman di sana sedangkan dia memiliki fasilitas kamar yang super mewah di lantai 10.' Inggrid menggerutu, "Ya sudah, Inggrid pergi dulu yah. Ibu, jangan lupa makan."
Aku ada di lobi. Aku harap kau belum berangkat. โMika
Oh, Tuhan ... jadi semalam itu bukan sekedar mimpi belaka? Inggrid kira ia sedang berhalusinasi, tapi pagi ini ia kembali mendapat pesan singkat dari orang suci itu.
Ok. โInggrid
Kali ini ada sedikit kemajuan. O-K, dua huruf. Setidaknya itu tidak semenyakitkan ketika dia menerima huruf Y seperti semalam.