Didalam mobil, Mama Nara hanya terdiam karena masih tidak percaya dengan hal yang baru dilihatnya tadi. karena setau Mama Nara, Cindy itu sudah pergi jauh bagaikan ditelan bumi. sekarang kenapa Mamanya bisa melihat kembali dengan orang yang sudah lama sekali ingin dihindarinya itu.
pertemuan itu membuat Mama Nara terkejut bukan main. 'apa yang dia lakukan disini? kenapa dia kembali lagi? aku sudah tidak ingin bertemu dengannya lagi!' batin Mama Nara yang bertanya tanya pada dirinya sendiri.
Nara yang sadar kalo Mamanya diam saja, kemudian bertanya "Mama kenapa sih ma? dari tadi Nara perhatikan sikap Mama aneh, muka Mama pucat. seperti baru bertemu hantu aja!"
kata Nara asal ngomong aja. Mamanya hanya terdiam mendengarkan perkataan Nara.
"Mama gak kenapa kenapa kok sayang. mungkin cuma kecapean aja." kata Mamanya datar.
"beneran Ma? tuh kan harusnya kita tidak pergi kesana kan Ma. lihat nih sekarang keadaan Mama. maafin Nara yan ma!" kata Nara dengan perasaan bersalah yang mendalam.
"aduh sayang, kamu jadi salah paham. ini bukan salah kamu loh. Mama aja yang terlalu antusias sekali karena sudah lama tidak bermain wahana seperti itu." kata Mama Nara sambil memegang bahuN ara dengan lembut.
"iya tapi kan, Ma....!"
udah gapapa kok sayang." potong Mama Nara sebelum Nara kembali untuk berbicara.
"ya udah deh kalo gitu, ntar sampai dirumah Mama langsung istirahat ya Ma." kata Nara dengan muka sedih.
"iya sayang." kata Mama Nara sambil tersenyum.
'hampir saja Nara curiga, apapun yang terjadi Nara gak boleh tau tentang masa laluku yang sangat kelam itu!' umpat Mama Nara dalam hati.
kemudian Mama Nara menghembuskan nafas dengan sangat berat.
sesampainya dirumah, Mama Nara tidak bisa untuk beristirahat sama sekali. Mama Nara sangat gelisah dan sangat takut.
Mama Nara hanya membolak balikkan tubuhnya dikasur karena pikirannya masih tertuju kepada Cindy yang tadi ditemuinya ditaman bermain itu.
'apa dia melihatku tadi? sepertinya dia tidak melihatku. gak gak! pasti dia tidak tau bahwa aku sekarang tinggal disini. bisa gawat kalo dia melihatku, pasti dia akan menghampiriku cepat atau lambat. aku gak akan membiarkan itu sampai terjadi. aku tidak ingin membuat Nara mengetahui perbuatanku dimasa lalu, aku tidak ingin Nara marah besar lalu pergi meninggalkanku. aku tidak ingin ditinggalkan!' batin Mama Nara.
Mama Nara sangat takut kejadian masa lalunya terbuka kembali. kalau sampai itu terjadi pasti Nara akan pergi meninggalkan dirinya sendirian. pikiran Mamanya sangat kacau balau saat ini.
Mama Nara berusaha untuk memejamkan matanya, tapi dia tidak bisa tidur. sekarang sudah pukul 3 dini hari. tapi Mama Nara masih saja belum tertidur.
kemudian Mamanya bangkit dari kasurnya menuju kamar Nara, dengan langkah sangat hati hati dan perlahan Mamanya duduk disebelah Nara. sambil membelai lembut pipi Nara. Nara yang sedang tertidur tidak menyadari kalo Mamanya berada disebelahnya, sangkin lelapnya Nara tertidur.
Mamanya hanya tersenyum lembut menatap Nara saat ini dengan pikiran yang tidak menentu.
'maafin kesalahan Mama dulu sayang. Mama tau Mama salah, Mama dulu sangat jahat. Mama berharap kamu tidak mengetahui apapun tentang kejadian dari masa lalu Mama. Mama sayang banget sama kamu melebihi apapun itu.' kemudian Mamanya mengecup kening Nara.
lalu berjalan perlahan lahan menuju kamarnya, pikiran Mama Nara saat ini sudah mulai tenang kembali. akhirnya dengan susah payah Mamanya bisa tertidur. memang benar yang bilang, karena anaknya Mama Nara bisa jauh lebih kuat lagi dari sebelumnya.
*****
pagi ini diawali Nara dengan semangat penuh, Nara menjadi sosok yang jauh berbeda dari sebelumnya, bisa dibilang lah Nara sekarang sudah mulai bisa menerima keadaanya yang serba pas - pasan. Nara harus benar benar berhemat untuk dirinya dan Mamanya kelak.
rencananya setelah pulang bekerja, Nara ingin pergi kekampus karena dia sudah dihubungi dari pihak kampus untuk segera membayar uang kuliah. biasanya pihak kampus tidak pernah menghubungi Nara hanya karena masalah ini.
Nara pun sempat merasa terheran heran karenanya. tapi Nara datang juga ke kampus untuk memastikannya, siapa tau dari pihak kampus salah orang? bisa jadi kan. banyak kemungkinan yang bakalan terjadi.
sesampainya dikampus, Nara langsung menuju ruang administrasi untuk memeriksa tentang masalah dirinya.
"permisi Bu, saya Nara dari jurusan ekonomi, tadi sayaada dihubungi dari pihak kampus, katanya saya belum melunasi uang kuliah untuk semester ini ya? bisa saya minta konfirmasi datanya?" kata Nara dengan sopan.
"sebentar ya, silahkan duduk terlebih dahulu." kata ibu itu dengan sopan sambil tersenyum.
kemudian ibu itu langsung melihat data dari Nara, "dek, ini datanya silahkan untuk dilihat." kata ibu itu sambil memberikan data yang diminta oleh Nara.
betapa terkejutnya Nara ketika melihat atas dirinya yang belum melunasi biaya kuliah. "ini benar data saya bu? bisa tolong di cek sekali lagi? soalnya gak mungkin kalo saya belum melunasi biaya kuliah untuk semester ini bu, biasanya Papa saya...." kemudian kata kata Nara terhenti begitu saja.
Nara baru tersadar, mungkin papanya sengaja melakukan hal ini karena dirinya dan Mamanya tidak ingin kembali lagi kerumah yang mereka tinggalin bersama sang Papa.
Nara baru mengerti ucapan papanya yang meremehkan dirinya dan Mamanya bisa bertahan hidup tanpa adanya suntikan dana dari Papanya.
'brengsek! bisa bisanya papa melakukan semua ini.' umpat Nara dalam hati.
gimana dek? itu benar datanya kan? adek ingin membayar uang kuliah untuk semester ini sekarang?" tanya ibu itu karena Nara tiba tiba terdiam seperti itu.
"hah? iya bu, ini kartu saya, Bu. silahkan." kemudian Nara memberikan sebuah kartu debitnya untuk membayarkan uang kuliahnya.
"maaf dek kartunya tidak bisa. ada kartu yang lain atau mau dibayar cash saja?" tanya ibu itu tetap ramah.
'apa gak bisa? apa jangan jangan ini ulah papa juga? pasti papa sengaja untuk memblok semua akses kartu yang diberikan kepada gue! sialan banget!' umpat Nara dengan sejuta kekesalan yang saat ini dirasakannya.
"gimana dek?" tanya Ibu itu lagi. "begini Bu, saya kan tidak ada membawa uang cash. bayarnya paling lama sampai kapan ya bu?" kata Nara dengan lembut.
ibu itu kembali untuk menatap layar di komputernya untuk melihat batas pembayarannya. kemudian berkata "paling lama minggu depan dek, sebelum waktu ujian dimulai." kata Ibu itu kemudian menatap Nara.
"oke bu, saya akan usahakan sebelum waktu ujian akan segera melunasi uang kuliah untuk semester ini ya bu. terimakasih." kata Nara lalu segera berjalan pergi.
dengan lesu, lemas dan tidak bersemangat Nara berjalan tertunduk, sampai dia tidak menyadari ada seseorang yang sedang berjalan tepat didepannya. dan akhirnya Nara bertabrakan dengan cowok itu.
"BUUKKK....!"
"Awww..... punya mata gak sih loe!" kata Nara dengan sangat kesal. mereka berdua terjatuh kelantai dengan kerasnya. kepala mereka saling terjedut satu sama lain.
Nara sambil memegangi kepalanya yang sangat sakit lalu melihat sosok cowok yang ditabraknya.
"*sorry, sorry, *tadi gue gak melihat jalan. gue sedang terburu - buru." kata cowok tampan yang sedang berdiri dihadapannya saat ini dengan perasaan bersalah.
Nara hanya menatap tajam kearah cowok itu lalu melangkah pergi untuk meninggalkannya begitu saja tanpa memperdulikan omongan cowok itu lagi.
cowok itu ingin menyusul Nara, tapi dia harus segera mengurus urusannya yang sangat mendesak. kemudian cowok itu berjalan lurus, lalu bertanya kebagian informasi untuk bertanya tempat pendaftaran mahasiswa baru.
"permisi bu, saya ingin bertanya dimana ya ruangan pendaftaran mahasiswa baru?" tanyanya.
kemudian diarahkan oleh ibu ibu di bagian informasi itu, "kamu jalan lurus saja setelah itu simpang kedua belok kiri, kemudian kamu lurus saja. nah nanti disana ada ruangan pendaftaran tepatnya disebalah kanan."
"oke, Bu, terimakasih."
setelah itu cowok misterius itu pun langsung menuju keruangan pendaftaran berkat petunjuk dari bagian informasi itu.
cowok misterius itu bernama Leo Sanjaya.
Leo Sanjaya cowok tampan, pintar, berbakat, jago bela diri dan punya kharisma yang sangat kuat untuk meluluhkan hati para cewek cewek. tapi dia sangat dingin dan cuek terhadap cewek manapun. tapi disitulah pesonanya, karena bisa membuat cewek manapun kelepek kelepek terhadapnya dalam waktu yang sangat singkat.
*****
sesampainya dirumah, Nara tidak punya semangat dan selera makan, terlihat jelas ketika dirinya sedang mengaduk aduk makanannya secara berantakan.
"RA..!" teriak Mamanya.
"Hah? ya ma?" kata Nara yang kaget karena panggilan Mamanya yang sangat kuat.
"kamu sedang tidak selera makan ya? tidak enak ya?" kata Mamanya sambil terus menatap Nara dengan tatapan penuh selidik.
"hmmm, e-enggak kok ma." jawab Nara cepat lalu segera melahap makanannya kembali dengan semangat.
"terus kamu kenapa dari tadi kok melamun aja? kamu sedang ada masalah ya? cerita dong sama Mama." tuntut Mama Nara yang sedari tadi sedang memperhatikan gerak gerik anaknya ini.
"hmm.. gak kok ma, Nara baik baik aja. Nara hanya kecapean aja kok." kata Nara sambil mencari cari alasan.
'gak mungkin Nara ceritain yang sebenarnya sama Mama. pasti Mama akan sangat khawatir, lalu menyalahkan diri sendiri lagi karena ini. maafin Nara ma, maaf karena Nara tidak bisa menceritakan semua ini ke Mama. Nara gak mau menambah beban pikiran Mama.' batin Nara lirih.
"maafin Mama ya sayang, pasti karena hidup kita yang seperti ini jadinya kamu harus bekerja sambil bekerja seperti ini, pasti kamu sangat kesulitan ya sayang?" kata Mama Nara dengan muka sedih.
"gak kok ma, udah ah Mama jangan menyalahkan diri sendiri begitu. Nara enjoy kok menjalaninya." kata Nara lalu menghampiri Mamanya.
"tapi kan ra...!"
"udah ah ma, gak ada tapi tapian. mendingan Mama lanjutin makannya ya." potong Nara sambil mengelus tangan Mamanya.
"ya udah deh sayang. tapi kalo kamu udah gak tahan, mendingan kita kembali lagi kerumah papa. gimana?" kata Mamanya dengan spontan.
Nara hanya menatap Mamanya dengan tatapan tajam, karena telah menyebutkan nama papanya disebutkan. mau gimanapun Nara sudah tidak ingin lagi mendengarnya dan berurusan lagi dengan papanya.
'kalo aja Mama tau kalo papa udah gak peduli lagi sama kita, buktinya dia tega untuk memblokir kartu kartu Nara. bahkan papa sudah menghentikan pembayaran uang kuliah Nara ma. Nara sudah tidak sudi lagi untuk melihat papa dan kembali lagi kerumah itu lagi ma, disana terlalu banyak kenangan yang sangat menyakitkan untuk Nara, terutama untuk Mama. Nara gak mau lagi melihat Mama disiksa seperti itu lagi.' batin Nara.
Mamanya yang sudah sangat mengerti dengan tatapan tidak suka Nara tidak berani lagi untuk melanjutkan bicaranya.
"Nara udah selesai makannya ma, Nara capek mau istirahat. Mama juga istirahat ya?" kata Nara sambil berjalan kearah Mamanya lalu memberikan pelukan dan mencium pipi Mamanya.
"iya sayang. Mama masih mau duduk disini sebentar, bentar lagi Mama akan masuk ke kamar. nice dream sayang." kata Mama Nara lalu tersenyum.
"jangan kemalaman tidurnya ya, Ma." kemudian Nara langsung menuju kekamarnya lalu segera membaringkan tubuhnya dikasur. setelah itu Nara menarik nafas dengan berat. Nara berusaha untuk memejamkan matanya. tapi Nara masih kepikiran tentang masalah uang kuliahnya, apalagi minggu depan adalah batas akhir pembayaran, kalau sampai tidak dibayarkan, pasti Nara tidak akan bisa mengikuti ujian. Nara jadi galau memilikirkan caranya.
uang hasil pertandingan kemarin sudah dihabiskan semuanya oleh Nara untuk membayarkan uang kontrak rumah, keperluan rumah dan untuk kehidupan dirinya dan Mamanya sehari hari.
sekarang Nara bingung bisa menghasilkan uang darimana lagi. gaji Nara mana cukup untuk membayarkan uang kuliahnya yang terbilang sangat mahal itu. gaji Nara hanya cukup untuk biaya hidupnya selama sebulan, itu pun Nara harus berhemat dan harus pandai mengatur keuangannya.
Nara terus berpikir keras bagaimana cara mendapatkan uang dengan cara yang halal. tapi semakin Nara berpikir semakin tidak ketemu jalannya. akhirnya Nara menjadi sangat gelisah, Nara hanya membolak balikkan tubuhnya dikasur.
"gimana ya caranya gue agar bisa mendapatkan uang untuk membayar uang kuliah? berpikir Nara...." kata Nara kepada dirinya sendiri berusaha untuk segera menemukan sebuah cara.
lalu Nara memegang lengannya, kemudian Nara memegang gelang pemberian dari Mamanya. akhirnya Nara menemukan sebuah ide. "kalo gelang ini gue jual sepertinya akan cukup untuk membayar uang kuliah. tapi kan, ini gelang pemberian dari Mama? gimana kalo Mama tau? dan menanyakan tentang gelang pemberiannya itu? gak, gak, gak, sepertinya itu ide yang buruk." kata Nara sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
"apa gue nanya lagi ya sama Boby, siapa tau ada balapan seperti kemarin? mungkin ini ide yang bagus!" kemudian Nara mencari ponselnya lalu menelepon Boby.
panggilan terhubung kemudian tidak beberapa lama, boby langsung mengangkat panggilannya. "ada apa Nat? tumben loe nelepon gue semalam ini?" kata Boby yang sudah setengah sadar karena Nara meneleponnya sudah jam 12 malam. sudah tengah malam, disaat mereka semua sudah tertidur malah Nara menghubunginya.
"maaf gangguin loe Bob. gue cuma mau bertanya, gini Bob gue lagi butuh uang nih untuk membayar uang kuliah gue yang sudah nunggak semester ini. ada gak lagi pertandingan balapan seperti waktu itu?" kata Nara tidak basa basi lagi.
"loe nelepon gue semalam ini cuma untuk ini doang nat? emangnya besok kita gak bisa ketemu ya dikampus?" kata Boby dengan nada yang kesal karena Nara sudah meneleponnya tengah malam cuma untuk menanyakan soal balapan.
"hehe, iya ya Bob. gue kok tidak kepikiran ya? ya udah deh sampai besok dikampus ya. sambung lagi deh tidur loe!" kata Nara lalu segera mengakhiri panggilan teleponnya.