Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 31 - Marah sangat marah!!

Chapter 31 - Marah sangat marah!!

"Actually I do not understand what I feel. This is because of HATE or maybe LOVE, But certainly ~I don't want you to leave me now~!!"

*_HANS MATTHEW_*

☘️☘️☘️☘️

Plakkkkkk.....

Hans melempar Achera sangat kuat sehingga membuat membuat pipi gadis itu mendarat sampai ke aspal.

"Mindsetku rendah, lalu kau apa?" tanya Hans semakin emosi. "Jika mindsetku rendah, jadi perempuan jalang sepertimu yang memiliki mindset tinggi, begitu?" tanya Hans lagi, kini amarah memenuhi hati Hans.

"Berani sekali kau menghina pola pikirku! Ha ha ha... Seorang wanita murahan yang mengemis hidup dan hanya jadi pemuas nafsuku, sangat berani menilai pola pikir ku," cibir Hans, lalu menekan rahang Achiera dengan sangat kuat mengabaikan darah yang keluar dari pipi Achiera karena tergores aspal.

"Keberanianmu itu, berhak mendapatkan piala Champions," lanjutnya tajam.

Achiera ingin mengelak dari tangan Hans yang terus menekan rahangnya, tapi dia tidak berhasil karena Hans terlalu kuat untuk ukuran gadis berusia 18 tahun sepertinya.

"Jangan bergerak, kau akan semakin menyakiti dirimu sendiri, sayang!" ucap Hans lalu membolak-balik pipi kiri-kanan Achiera.

"Begini bagus bukan? Dengan adanya cacat di wajahmu, kau tidak akan berani untuk menggoda para lelaki kaya lagi. Dan mereka juga tidak akan mungkin tertarik denganmu. Satu-satunya yang kau miliki adalah wajah cantikmu dan itu telah rusak, menjadi cacat," ucap Hans lalu tertawa puas.

"Sepertinya, rambutmu yang hancur lalu menjadi jelek akibat potongan yang tak beraturan yang kubuat kemarin, tidak mampu membuat para pria itu menjauhimu." Hans sambil mencium rambut Achiera.

"Apa perlu aku botak habis saja sekalian?" tanyanya.

Mendengar itu Achiera tersentak dan menatap Hans dengan sangat tajam.

Seakan mengerti dengan apa yang dipikirkan Achiera, Hans melanjutkan perkataannya yang terpotong itu.

"Tenang saja Achiera Grey, kau tidak perlu terkejut seperti itu. Aku tidak akan memotong rambut dan membuatmu botak. Karena sekarang aku yakin dengan bekas luka di wajahmu, mereka juga tidak akan melirik lagi. Aku merasa sangat puas. Ha ha ha..." Tawa Hans menggelar..

Liu merasa sangat iba terhadap Achiera, ia melihat dengan jelas rasa sakit yang coba ditahan. Hal itu membuat Liu memberanikan diri untuk angkat bicara.

"Boss..." panggilnya memulai perkataan.

"Apa kau ingin membelanya? Sepertinya, aku terlalu murah hati dalam memperlakukanmu, sehingga kau lupa ada harga mahal yang harus dibayar dari menentangku!" jawab Hans sadis.

"Apakah kau ingin menggantikan dia untuk kuhabisi?" tanya Hans.

Liu merinding mendengar perkataan itu, lalu perlahan melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit.

"Liu, telepon Norman sekarang! Suruh untuk  membawa wanita itu pulang sekarang!" perintah Hans sambil menunjuk ke arah Achiera seakan enggan menyebutkan namanya.

"Aku mau dia sampai di sini dalam waktu 15 menit, kalau terlambat ... kalian semua akan tahu apa akibatnya!" lanjut Hans.

Tanpa jawaban, tanpa bantahan, Liu segera melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh bosnya itu.

"Achiera... Ketahuilah, aku tidak ingin menyiksamu, tetapi inilah takdirmu jangan salahkan aku!" ucap Hans lalu masuk ke mobil dan membanting pintu.

"Bos, apa kita akan jalan sekarang?" tanya Liu yang juga sudah ikut masuk ke dalam mobil.

"Apa hakmu bertanya padaku?" jawab Hans sadis.

Emosi terlalu menggerogoti hatinya, sehingga setiap orang yang ada di sekeliling terkena dampak dari api amarah yang nampaknya semakin tinggi seiring berjalannya jarum jam.

Walau sebenarnya, Liu merasa sangat kasihan melihat keadaan Achiera yang terduduk di aspaldan tidak mampu berdiri, tetapi dia memilih untuk mengeraskan hati demi kebaikannya.

Di hembusnya nafas dan membuangnya dengan kasar,  lalu dengan perlahan menghidupkan mesin mobil.

"Siapa yang menyuruhmu menghidupkan mobil?" bentak Hans kuat, membuat Liu semakin gemetaran.

"Akhir-akhir ini, aku merasa kalian terlalu menganggapku enteng! Melakukan sesuatu tanpa aba-aba dariku terlebih dulu. Apa kalian semua sudah bosan bekerja denganku?" tanya Hans lagi, membuat hati Liu semakin kecut karena takut.

"Di mana Norman? Kenapa masih belum sampai? Bilang padanya, kalau dalam 5 menit lagi tidak datang, aku sendiri yang akan menghabisinya!" Ancam Hans.

"Ba-baik boss," jawab Liu gemetaran.

Di saat Liu ingin menghubungi Norman, sebuah mobil yang tampak tidak asing, mulai mendekat ke arah mereka dan berhenti di pinggir jalan tepat di samping mobil Hans berhenti.

spontan Liu menghembuskan napas lega, karena akhirnya Norman datang. Yang artinya, tidak membuat bos bertambah marah.

"Bos, ada perintah apa?" tanya Norman lewat kaca mobil, menghadap Hans begitu dia sampai.

"Bawa wanita itu pulang ke villa dan kurung dia! Jangan ada yang berani memberinya makan ataupun minum, dan yang lebih penting lagi jangan membalut lukanya!! Biar dia merasakan akibat dari berkhianat padaku!" ucap Hans kejam.

"Dan Jangan sampai dia kabur! Kalian akan tau apa akibatnya, jika tidak mendengar perintah ku!" ancam Hans tegas.

"Jalan...." perintah Hans pada Liu tanpa basa-basi.

"Bos kita mau ke mana.?" tanya Liu begitu mereka sudah semakin jauh mengemudi dari tempat kejadian tadi.

"Apa kita ke Mansion, villa atau apartemen?" lanjut Liu bertanya.

"Pergi ke showroom yang terkenal di negara ini." ucap Hans.

"Tapi Boss, kita ngapain ke sana?"

"Kau semakin hari semakin banyak tanya! Tidak ada seorang pun yang kuizinkan mempertanyakan apa pun yang kulakukan!" jawab Hans masih di penuhi amarah.

"Kalau kau masih ingin bekerja denganku, cukup lakukan apa yang aku perintahkan. Jangan banyak tanya, jangan menyimpang maka kau akan aman, mengerti?" lanjut Hans dengan tajam dan tak berperasaan, membuat hampir seluruh tubuh Liu gemetar karena ketakutan.

Bossnya ini memang pemarah, tetapi tidak pernah semarah ini sampai-sampai menghina bawahannya. Karena Hans adalah seseorang boss yang sangat mementingkan kesejahteraan seluruh bawahannya, itulah alasannya kenapa seluruh pekerjanya sangat setia kepadanya.

***

"Nona Achiera silakan masuk mobil.," pinta Norman dengan sopan. "Apa Nona bisa berjalan? Apa perlu saya bantu untuk naik ke dalam mobil?" tawar Norman.

"Pergi sana!! Aku tidak akan ikut denganmu!" bentak Achiera menolak. "Aku tidak akan menuruti semua permintaan tuan muda kalian itu! Katakan itu kepadanya, aku tidak akan kembali!" lanjut Achiera menolak.

"Nona Achiera, mohon kerjasamanya. Saya hanya menjalankan perintah dari tuan muda saja. Mau tidak mau, Anda harus ikut dengan saya!" ucap Norman sedikit tegas.

"Atas dasar apa, aku harus menuruti semua keinginannya? Aku tidak akan mau ikut, kau pergi saja!" jawab Achiera bersikukuh.

"Seharusnya Anda yang lebih mengetahui tentang ini, sejak di hari Anda setuju menjadi wanita dari tuan muda. Maka seluruh hidup Anda, itu tergantung tuan muda dan Anda tidak memiliki hak untuk menolak," ucap Norman datar.

"Nona Achiera, saya tidak ingin bertindak kasar dengan Anda, dan Anda juga tolong jangan mempersulit saya. Jika Anda tidak ikut pulang dengan saya, tuan muda akan membunuh saya. Saya tidak ingin menjadi dampak emosi dari tuan muda. Saya masih menyayangi nyawa saya, keluarga saya juga masih membutuhkan saya. Jika Nona, masih tetap bersikukuh tidak mau ikut, jangan salahkan saya kalau saya harus bertindak kasar dengan anda," ucap Norma tegas tapi pelan.

Mendengar itu Achiera terdiam dan menunduk, di dalam pikirannya, dia membenarkan kemungkinan yang akan terjadi pada Norman kalau tidak ikut pulang. Dengan lemas karena putus harapan, dia berusaha untuk berdiri. Namun,  tak hanya harapannya yang putus, tenaga juga terkuras habis sehingga dia tidak mampu untuk berdiri.

"Nona, apa perlu saya papah ke dalam mobil?" tanya Norman yang mengetahui ketidaksanggupan Achiera.

Achiera mengangguk pelan dan menurut pergi ke mobil untuk pulang ke villa Hans dan bertemu para pengurus rumah keluarga Hans yang sangat tidak menyukainya.

"Tatapi ini lebih baik, daripada tinggal di rumah bersama dengan Hazel. Wanita yang penuh drama yang akan berubah menjadi singa ganas kalau Hans tidak ada di rumah," gumam Achiera.