"Honesty is painful, but it is better than being happy with a myriad of lies in it !!"♥️
_Hans Matthew_
Begitu melihat Hazel yang datang, Hans langsung bereaksi untuk berpura-pura tidur kembali.
Hazel mendekat ke arah Achiera dengan penuh emosional dan setelah jaraknya benar-benar dekat dengan Achiera, segera Hazel menampar Achiera dengan sangat kuat tanpa perhitungan.
Telinga Achiera melengking akibat tamparan Hazel yang sekuat tenaga itu.
Sebelum Achiera sempat bertanya alasan kenapa Hazel menamparnya, Hazel terlebih dulu menuturkan pertanyaannya dengan jeritan suara yang kuat.
"Dasar perempuan jalang yang tidak tahu diri !!! Atas dasar apa kau menahan-nahan Hans untuk tetap disini dan tidak membawanya ke rumah sakit? Apa kau ingin Hans itu segera mati ya? Lihat sampai sekarang dia tak kunjung bangun juga ini yang kau inginkan? Dan atas dasar apa kau bersenang-senang menikmati layaknya seorang nyonya di rumah ini??? Achiera aku peringati dirimu kau hanyalah seorang perempuan yang dibayar Hans, jadi tidak perlu banyak bertingkah, kuharap kau tahu diri!!!" tutur Hazel berkesimambungan.
"Apakah kau sudah selesai dengan perkataanmu?" tanya Achiera setelah beberapa kali mengelus-elus pipinya yang sakit akibat tamparan keras Hazel.
"Jika belum kenapa? Apa kau berani keberatan denganku? Apa kau lupa aku siapa?" tanya Hazel tak henti-hentinya menyombongkan diri.
"Tentu aku sangat tahu kau siapa, Kau adalah seorang gadis yang sudah membuang Hans karena Hans miskin dan menikah dengan seorang lelaki kaya menurutmu dan sekarang kau datang kembali kepada Hans setelah kau mendengar kabar bahwa sekarang Hans lebih kaya dari lelakimu itu. Apakah aku benar bukan ?" jawab Achiera santai.
"Kau... berani nya kau!!!" jawab Hazel merasa terhina.
Sesaat setelah itu Hazel mengangkat tangan nya, ingin melayangkan tamparan keduanya terhadap Achiera, tapi dengan tangkas Achiera menangkap tangan Hazel dan menahan nya.
"Nenekku tidak pernah mengajarkan aku untuk bersikap kurang ajar kepada sesama, tetapi jika orang itu yang menyakitiku tidak ada alasan untuk aku terus diam. Intinya nenekku mengajarkanku untuk tidak mudah ditindas." Ucap Achiera lalu melempar dengan kasar tangan Hazel,
"Dan perlakuanmu terhadapku itu sudah menyentuh batas sabarku karena itu termasuk dalam kategori penindasan !" lanjut Achiera dengan garang dan kemudian melayangkan tamparan yang melebihi kuatnya tamparan Hazel hingga membuat Hazel sampai terjatuh ke lantai.
Hazel memekik kesakitan karena di tampar oleh Achiera, mukanya merah padam dan tamparan itu membuat air matanya keluar sangking sakitnya. Hazel melihat di sekelilingnya, dia merasa dipermalukan di depan para bawahan Hans.
"Perempuan tidak tahu diri !!" ucap Hazel tajam lalu bangkit berdiri.
"Kau berkata tidak mau di tindas." ucapnya sambil mendekat ke arah Achiera.
"HEI.....!!!!" Lanjut Hazel kuat untuk menunjukkan kekuasaan menutupi rasa malunya.
"Sadarkah kau, kau itu bahkan sudah di tindas dan bahkan di injak-injak harga dirinya oleh Hans, kau hanyalah taming sebagai pembalasan ..."
"Hazel...." ucap Hans tiba-tiba setelah sedari tadi berpura-pura tidur dan langsung membuka matanya memotong perkataan Hazel karena tentunya dia belum mengizinkan Achiera mengetahui tujuannya untuk sekarang.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Hans lagi kepada Hazel.
"Hans .... Kau sudah sadar? Kapan itu?" tanya Hazel tercengang.
"Tepat jauh sebelum kau datang aku sudah sadar, dan begitu mengetahui kau datang aku berpura-pura untuk tidur kembali." jawab Hans dingin.
"Apa...? Tapi kenapa kau lakukan itu? untuk apa kau berpura-pura?" tanya Hazel histeris.
"Kau...? Apa kau menghindariku Hans?" lanjutnya bertanya.
"Cukup untuk berpura-pura lembut dan lemah didepanku, jika aku tidak berpura-pura tidur tadi bagaimana aku tahu sisi dari sifatmu yang seperti ini ! Dan tentang perlakuan mu terhadap Achiera bagaimana aku mengetahuinya, dari dulu sebenarnya aku sudah cukup curiga dan aku ingin mencari tahu nya sendiri." ucap Hans tajam melotot pada Hazel.
"Hans.....!! Kau membelanya? Bukankah kata mu dia hanyalah.." jawab Hazel, dan lagi lagi perkataannya tidak sampai terucap karena dipotong oleh Hans.
"Hazel cukup....!!!" teriak Hans.
"Masih berani nya kau untuk membela diri setelah semua perlakuanmu? kenapa sikap mu yang seperti ini aku tidak tahu?" tanya Hans lagi.
"Kau membuat ku kecewa Hazel..!" lanjut Hans lagi.
"Hans... maafkan Aku, aku seperti ini karena aku tidak mau kehilangan kamu untuk kedua kalinya."
"Hazel ku harap kau mengerti dan segera sadar, kau sudah kehilangan aku ketika kau memilih untuk pergi dan ini tidak ada untuk kedua kalinya.!" ucap Hans tegas.
Hazel mendongakkan kepalanya dan menatap lurus kepada Hans, seperti mimpi di siang hari dia tidak percaya akan apa yang didengar. Dia sungguh sangat terkejut sehingga dia tidak mampu untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
"jangan pernah berpikir bahwa aku masih mencintaimu karena aku masih menerimamu untuk tinggal di rumahku. Aku melakukan itu semua semata-mata untuk sebagai balasan dari bentuk rasa terima kasihku terhadap mu yang dulu sempat menolongku, memberi ku sepotong roti dan dengan tulus tersenyum lembut kepadaku di saat roti yang ditangan ku telah jatuh dan kotor ke tanah." jelas Hans nampak serius.
"Apa kau serius Hans?" tanya Hazel menyakinkan Hans, airmatanya terjatuh tanpa terisak.
"Itu benar, semua yang aku katakan itu semua benar. tapi kau tidak perlu khawatir, seperti janji ku aku akan menyembuhkanmu. kau hanya perlu berobat dan konsultasi yang rajin. Dan aku harap kamu dapat melanjutkan hidupmu dengan baik." ucap Hans lalu berjalan mendekat kearah Achiera.
"Apakah itu sakit?" tanya Hans lembut sambil menyentuh pipi Achiera.
Achiera hanya tersenyum, sementara itu Hazel kembali terjatuh terduduk karena ketidak percayaan akan semua yang di dengarnya.
Achiera memberikan gerakan bahasa tubuh agar Hans melihat ke arah Hazel dengan cara memainkan bola matanya.
"Hazel sudah lah jangan sakiti hidupmu dengan cara seperti ini, kamu harus terus semangat itu baik untuk mempercepat proses kesembuhan mu dan mulai sekarang hiduplah dengan baik." ucap Hans lalu mencoba menarik Hazel untuk berdiri.
"Untuk apa Hans?" tanya Hazel datar membuat Hans menghentikan aksinya yang membantu Hazel untuk berdiri itu.
"Ha...." kali ini perkataan Hans yang terpotong karena Hazel langsung melanjutkan perkataannya.
"Untuk apa kau ingin aku sembuh? Untuk sebagai pembalasan dari rasa terima kasih mu, supaya kau merasa tidak ada utang di masa depan, begitu? Apa kau hanya selalu memperhitungkan setiap perbuatan seseorang terhadap mu? Apa perasaan seseorang itu buat mu hanya sebatas feedback dari perbuatannya padamu? Apa selelucon itu yang ada di pikiran mu mengenai perasaan?" tanya Hazel lantang dengan cara menatap Hans tajam.
"Hazel jangan membuat ku marah dengan semua pernyataan konyol mu." balas Hans dingin.
"Konyol apa? Aku tidak butuh simpati mu !!" jawab Hazel lalu pergi.
Seketika suasana cukup mencengkramkan bagi Achiera setelah kepergian Hazel, dia terdiam membisu dengan tatapan kosongnya. Pikirannya melayang-layang tanpa tujuan yang jelas, hambar dan bahkan dia sendiri pun tidak tau sedang memikirkan apa.
Hans yang jua ikut diam itu pun segera tersadar, lalu berjalan mendekati Achiera. Dia mencium pundak Achiera dengan lembut tanpa pemberitahuan.
Achiera yang sedang bengong dan asik dengan isi pikirannya itu seketika tersentak kaget dengan refleks meloncat membuat Hans hampir saja terjatuh jika saja dia tidak berdiri dengan betul.
"Hei... ini aku, ngapain kaget begitu?" tanya Hans cemberut.
"Hans maaf tadi aku refleks itu karena kau mengagetkan ku." jawab Achiera setelah sadar akan perbuatannya.
"Bukan aku yang mengagetkan mu, kau yang terlalu menikmati lamunan mu. Lama-lama melamun itu akan menjadi me-time buat mu, karena waktu mu terlalu banyak untuk melamun dan juga kau sangat menikmati nya." ucap Hans menyondongkan bibir nya ke depan pertanda dia cemberut.
Achiera mendekati Hans lalu menyentuh pipi lelaki yang mencemburutinya itu dan berkata;
"Apa sekarang sebuah lamunan juga bisa membuat sang CEO besar ini cemburu?" tanya Achiera lalu memutarkan bola matanya keatas menirukan gaya seseorang yang sedang berpikir.
Hans yang melihat itu segera mencubit pipi Achiera dengan gemas karena dia sungguh-sungguh merasa sangat gemas akan sikap Achiera yang entah kenapa selalu bisa membuat perasaannya jauh lebih baik.