"Nothing else makes any sense, unless I love..!!"
☘️☘️☘️☘️
Achiera terkesima mendengar pengakuan Hans, itu bagaikan sebuah syair yang melantun sangat indah membuat hatinya hanyut dalam lautan asmara cinta.
Kalaupun ini hanyalah sebuah kepura-puraan belaka, maka izinkan aku untuk menikmatinya dan membiarkan hatiku bahagia sekali ini saja. Aku tidak ingin meminta waktu berhenti di saat seperti ini, karena aku percaya kedepannya akan jauh lebih indah dari hal ini. Ini hanyalah masalah waktu, di dalam hidup, aku percaya akan yang namanya pelangi setelah hujan. Itulah alasan, kenapa aku suka menikmati proses dengan segala kesukarannya, pikir Achiera.
Ia hampir menangis, entah itu karena kerisauan hati akan sesuatu hal yang belum terjadi atau karena pengungkapan cinta yang bagaikan senandung puisi itu.
Hans beranjak dari tempat tidurnya dan pergi menuju laci di dalam sebuah lemari. Dia ambil sebuah amplop coklat besar, dan tentunya hal itu membuat Achiera bertanya-tanya.
"Apa kau tau apa ini?" tanya Hans sambil menggoyangkan amplop itu.
"Hmm... apa itu?" tanya Achiera ingin tahu.
Tanpa menjawab, Hans membuka amplop kuning dan menunjukkan isinya kepada Achiera.
"Setelah kubuka, tentu kau tahu ini apa," ucap Hans lalu memaparkan kertas putih yang di dalam amplop itu.
Achiera sangat bingung untuk apa Hans menunjukkan surat perjanjian jual diri tempo hari mereka.
"Aku mengikatmu dengan selembar kertas di atas hitam ini. Kau tidak lupa, kan?" tanya Hans.
"..." Achiera diam tidak tahu mau menjawab apa. Tanpa sebuah kata, Hans merobekkan kertas itu dan membuatnya menjadi banyak bagian kecil-kecil, dan hal itu semakin membuat Achiera bertanya-tanya terheran.
"Hari ini, tanggal ini, kau terlepas Achiera. Tidak ada lagi surat yang akan mengikatmu dan menuntutmu. Pergilah ke mana pun kau mau pergi. Aku Hans Matthew, tidak akan pernah melarangmu lagi. Kau tahu, aku tidak pernah mengingkari apa yang aku ucapkan," tegas Hans.
Achiera semakin bingung dengan apa yang sudah di lakukan oleh Hans, sangkin bingungnya dia tidak bisa mengeluarkan perkataan yang sudah mendiami pikirannya sejak tadi.
"Tapi segala sesuatu yang aku ingin kan, akan aku perjuangkan hingga aku mendapatnya. Dan, aku tidak pernah kalah dalam hal itu. Kau boleh pergi, tetapi aku dengan segala kemampuanku akan berusaha untuk mendapatkanmu kembali. Tentunya dengan cara yang berbeda. Aku akan mendekatimu sebagai seorang pria yang berjuang untuk wanita yang dicintainya. Apa kau paham itu?"
"Ha-Hans .. ?" ucap Achiera akhirnya, tetapi tetap saja perkataan selanjutnya hanya tertinggal di tenggorokan.
"Aku sangat serius dengan ucapanku, pergilah ke mana pun kau ingin pergi. Tidak ada hal yang bisa menghentikanmu, dan begitu juga denganku, tidak akan ada hal yang dapat menghentikanku untuk mengejarmu, sekali pun itu lelaki yang kau cintai."
Perkataan Hans terdengar tampak sungguh-sungguh, tidak ada kata menyerah di dalamnya.
Achiera beranjak dan melayangkan dirinya ke pelukan Hans dengan tiba-tiba, dipeluk lelaki yang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta itu, tanpa sepatah kata. Aksinya itu, membuat Hans sejenak kaget dan hampir terjatuh. Namun, Hans adalah lelaki yang kuat, ia langsung menopang dan menetralkan posisi duduk mereka kembali.
"Siluman pengacau.... Apa yang sudah kau perbuat, kau hampir saja menjatuhkanku," erang Hans, lalu membalas pelukan Achiera dengan lembut.
"Bukan hampir menjauhkanmu, tetapi kita berdua," koreksi Achiera masih tetap memeluk Hans.
"Apa kau menginginkan kita segera mati?"
"Bukankah itu lebih bagus, mati bersama dengan seseorang yang kau cintai. Itu namanya cinta sejati. Orang yang terdahulu menyebutnya pasangan yang sehidup semati."
Hans melepaskan pelukan Achiera dengan lembut dan memegang pipi wanitanya itu.
"Bodoh! Bukankah kita harus memiliki anak di masa depan? Apa kau mau mati tanpa memberiku keturunan? Dan lagian, selama ini kita selalu tidur bersama, kau akan melukai anakku jika kau terjatuh tadi, dan aku hanya akan jadi ayah yang tidak berguna kalau aku sakit-sakitan sementara anakku membutuhkanku."
"Hans bodoh, aku tidak hamil anakmu. Bagaimana mungkin aku menyakitinya jika dia ada di dalam perutku," jawab Achiera tertawa geli mendengar perkataan Hans.
"Benar juga, sepertinya aku perlu untuk lebih bekerja keras untuk itu."
"Hans! Dasar cabul!!" teriak Achiera melepaskan diri.
"Itu benar, kau harus melahirkan anak untukku. Dan kita akan membesarkannya dengan penuh cinta. Aku percaya, kau akan menjadi ibu yang hebat untuk anak-anakku kelak," ucap Hans sungguh-sungguh.
"Untuk adikmu saja, kau berjuang mati-matiaan, apalagi itu untuk darah dagingmu. Kau wanita yang hebat."
"Hans .... Itu seperti mimpi," ungkap Achiera.
"Bersamaku, kau pantas mendapatkan hal yang terbaik di dunia ini dan tidak akan ada mimpi yang tidak menjadi nyata. Kita berjuang bersama-sama untuk memperbaiki segala sesuatu yang kurang." Hans kembali memeluk Achiera dan Achiera menyerah di dalam pelukan Hans.
"Achiera.... Dalam hidup ini, aku selalu menerima pengkhianatan, hingga aku tercipta menjadi seseorang yang keras hati dan tidak berperasaan. Itu semua untuk menutupi lukaku. Berjanjilah untuk menjadi seseorang penolong bagiku, untuk melembutkan hatiku lagi. Melupakan luka dari masa lalu dengan cara tidak mengkhianatiku dengan pergi ke lain lelaki, itu saja. Selebihnya, kau boleh melakukan apa pun," pinta Hans terlihat murung.
Achiera tersenyum sangat manis dan menjawab Hans, "Jika aku ingin pergi ke lelaki lain, bukankah sekarang waktu yang tepat? Tapi lihat, aku justru memilih untuk mati bersamamu tadi, kan?" papar Achiera.
"Aku percaya itu, kalaupun ada satu orang yang setia bersamaku dan tidak mengkhianatiku, kaulah orangnya." .
"Dan jika kau mengkhianatiku, akan kubunuh kau bersama wanitamu itu." Kini Achiera yang mengancam Hans.
"Iya, nyonya-ku. Aku sungguh memahami itu," jawab Hans.
Sangking senangnya, Achiera menjadi sangat agresif dan mencium bibir Hans.
"Wanita ini..." gumam Hans terkejut dan langsung membalas ciuman Achiera, berujung dengan cumbuan panas di ranjang yang membuat mereka terhanyut dalam cinta.
Masing-masing dari mereka saling bergumam dalam hati sebagai bentuk tanda kebahagiaannya saat ini.
Achiera pov:
Dalam hidup, aku percaya, pertemuan dengan seseorang itu bukanlah suatu kebetulan, pastinya ada sebuah maksud dan tujuannya. Kenapa tidak, begitu banyak orang yang ada di negara F ini, kau adalah pria yang pertama kali aku jumpai. Jika mereka menyebutkan pertemuan dengan seseorang itu sebagai sebuah berkat atau pelajaran, maka kau adalah keduanya dari itu.
Mungkin jika mereka yang hanya sekilas melihat, akan berkata, aku ini wanita bodoh karena menetapkanmu yang pyscho sebagai cinta di hati. Tapi tak perlu berbicara tentang orang lain, karena aku saja pun heran, mengapa aku bisa tertaklukkan dalam cinta mu. Terkadang, memang benar ada sesuatu yang berada di luar nalar yang tidak bisa kita hentikan, walau dengan terpaksa sekalipun, yaitu aku mencintaimu. Karena hanya hatiku yang tau, apa dan bagaimana waktu yang kulalui denganmu. Sebenarnya logikaku tau, hanya saja dia selalu bertindak tidak sesuai dengan perasaan yang mengalir di dalam.
-Hans Matthew Pov;
Menarikmu ke sisiku, salah satu dari rencana kotorku. Memiliki dan menahanmu di sampingku, itu semua karena semata-mata ingin membalas dendam. Semua yang kulakukan dan yang terjadi, hanyalah sebuah trik jahat untuk menyiksamu. Hingga sebelum akhir kisahmu selesai sesuai rencana, aku telah menyerah pada dendamku. Sifatmu, senyummu yang manis dan kamu yang tulus tanpa memanipulasi bisa memadamkan bara api dari dendam yang telah menjadi penguatku selama hidup. Ha ha ha.... ini sangat konyol sekali, aku yang berapi-api untuk sebuah dendam yang membara langsung padam melihatmu terluka. Aku menyakitimu, tetapi batinku juga yang terluka. Kini aku percaya akan kata orang bijak, 'di akhir cerita, yang kau butuhkan hanyalah cinta'. Dan aku telah menemukan itu di dalam dirimu Achiera Grey.
^^