Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 6 - Kontrak Perjanjian

Chapter 6 - Kontrak Perjanjian

Tidak ada pemberian yang dilakukan secara sia-sia, semuanya menginginkan timbal balik...!!!!!

-Wanita dititik Terendah-

Mentari pagi menyusup masuk dari celah jendela, seakan ingin memaksa kedua insan yang sedang terlelap itu agar terbangun. Achiera pun terjaga oleh karena itu, ia ingin bangun dan bangkit tetapi terasa sulit, ada sesuatu yang melingkar di perutnya membuat tidak bisa bergerak.

Achiera  memalingkan wajah ke samping, ia menemukan sosok pria tampan berbadan atletis tidur nyenyak tanpa jarak dengannya. Dengkuran napas pria itu terdengar indah dan teratur, dan tangannya kekar itulah yang memeluk Achiera sepanjang malam. Membuat gadis kecil itu tanpa sadar merasa nyaman dan hangat tidur di lengan si pria.

Mendadak lupa dengan rasa sakit yang melanda, Achiera malah mengagumi keindahan yang ada di depan matanya itu.

Seandainya kau bukan monster, tidak terlalu buruk juga kalau yang mengambil malam pertamaku itu kau. Kau tidur begini terlihat sangat sempurna, dengan bulu mata yang lebat, hidung yang mancung serta bentuk wajah triangle, akan mampu menghipnotis yang melihatnya. Kau yang seperti ini tidak akan ada yang percaya kalau kau seorang monster berhati iblis.

Seketika, tiba-tiba Hans bergerak dan membuat Achiera berpura-pura kembali tidur. Siapa yang sangka, tangan lelaki itu berpindah dari perut ke leher, memeluk dengan begitu erat sehingga Achiera kewalahan untuk bernapas.

Uhukkk!

Achiera batuk disebabkan oleh tangan kuat yang memeluk tepat mengenai lehernya.

"Selamat pagi. Maaf membuatmu terbangun. Awalnya, aku ingin membangunkanmu lalu bercinta lagi, karrna aku tidak bisa menahan diri. Namun, sepertinya aku harus menghormati virginitasmu yang baru saja hilang," ucap Hans. 

Achiera terdiam tanpa kata dan entah didorong oleh apa, ia merasa tersentuh mendengar ucapan lelaki iblis yang sombong ini, ada apa dengannya?

"Kenapa kau yang masih perawan, bisa dengan mudahnya memberikan diri padaku? Bukankah seharusnya malam pertama dilakukan dengan orang yang kita cintai?" tanya Hans sengaja.

"Tuan Hans... sepertinya apa pun alasanku bukanlah urusan Anda, yang penting Anda  tidak rugi."

Rahang Hans mengeras serasa ingin menerkam, mendengar jawaban ketus Achiera, tetapi dia menahan dirinya.

"Kau ada benci aku?" tanya Hans serius, "karena biar bagaimanapun juga, aku telah memanfaatkan kondisimu sampai-sampai kesucianmu direnggut olehku!"

"Tuan Hans, Anda terlalu murah hati. Jangan khawatir, ini tidak ada hubungannya denganmu. Aku yang dengan sukarela, menyerahkan diriku padamu dan tidak ada dorongan dari siapa pun. Aku yang ingin menikmati lebih banyak uang dengan cara yang mudah, agar kehidupan sosialitaku terpenuhi," kata Achiera mengakhiri pembicaraan mereka.

"Hmm baiklah, jika kita terus berada di ranjang ini, aku tidak yakin untuk terus bisa menahan hasrat seksualku. Aku pergi mandi dulu, nanti pelayan akan datang membawa baju untukmu," ucap Hans dan langsung beranjak pergi.

"Apa yang kulakukan? Kenapa, aku tiba-tiba tersentuh oleh ucapan lembutnya?" tanya Achiera pada dirinya sendiri, dia menyentuh jantungnya. "Tidak tidak tidak... pasti ada yang salah dengan diriku."

Beberapa saat kemudian, pelayan datang dengan sopan membawakan baju untuk Achiera,

"Nyonya, ini baju Anda dan sarapannya sudah siap di bawah," ucapnya ramah.

Achiera hanya tersenyum lembut. Setelah meletakkan baju, sang pelayan itu pun pergi.

Detik yang berlalu terasa sangat mencekam, antara gugup, takut juga merasa bodoh pada diri sendiri. Sedangkan Hans, mandi dengan santainya. Achiera mendengar suara lelaki itu bersenandung bahagia dicampur dengan suara shower yang seakan ikut serta dalam mendukung kebahagiaan lelaki itu. 

Ketika Hans keluar dari kamar mandi, dia mengejutkan Achiera dengan tiba-tiba berbicara. "Aku sudah selesai mandi, kau pergilah mandi dan turun ke bawah kalau sudah selesai. Sarapan sudah menunggu," ucapnya tanpa melihat ekspresi takjub yg muncul di wajah Achiera. 

Pria itu keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk, sengaja memamerkan keindahan bentuk tubuhnya. Memang hal itu tampaknya berhasil membuat Achiera terpukau.

"Ada apa?" tanya Hans yang tiba-tiba saja sudah berbicara tepat di telinga Achiera. "Apa kau baru saja terpesona dengan bentuk badanku?"

Hal ini membuat pipi gadis itu merona merah.

"Ya itulah aku, wajar saja jika kau terpesona. Aku kaya, terkenal, dan didukung oleh wajahku yang tampan juga badanku yang bagus," ucap Hans sombong.

"Aku memperingatimu terlebih dulu, aku pria yang tidak pernah serius dalam suatu hubungan, aku tidak pernah jatuh cinta. Jadi lebih baik kau jangan jatuh cinta padaku, patah hatimu tanggung sendiri!"

Lalu Hans memakaikan celananya tanpa malu di depan Achiera.

Spontan Achiera menutup wajah dengan kedua tangan. Hans memperhatikan aksi spontan Achiera, dengan jail, disingkirkan tangan Achiera yang menutupi wajahnya sendiri itu.

Hans melihat wajah Achiera dipenuh dengan rona merah.

"Kenapa? Malu melihatku telanjang? Bukannya kita sudah menghabiskan waktu berjam-jam telanjang bersama tanpa sehelai benang, tadi malam? " goda Hans dan langsung mencium lembut bibir Achiera.

"Cepatlah mandi..! Karena kalau tidak, aku tidak akan sungkan lagi untuk memakanmu terlebih dahulu sebelum menikmati sarapanku! Atau... apa kau ingin bercinta lagi?" tanya Hans sambil memasukkan tangannya ke dalam selimut yang menutup tubuh Achiera.

Achiera langung menepiskan tangan Hans dan dengan cepat ia beranjak ke kamar mandi, tidak lupa membungkus tubuhnya terlebih dahulu dengan selimut.

Hal ini membuat Hans tertawa geli.

"2 jam lagi pengacaraku akan datang, membawa surat perjanjian yang harus kau tanda tangani!!!" jerit Hans, nada terpingkal-pingkal itu terdengar jelas. 

Di dalam kamar mandi, Achiera menenangkan diri dan pikirannya. Bolak balik ia memukul pipi kir dan kanan, seakan ingin memperingati untuk cepat sadar dan membuang perasaan yang timbul dengan tidak wajar dari dalam hati.

"Achiera Grey, Hans itu iblis! Kau janganlah jatuh cinta dengannya. Di mana harga diri dan etika yang kau junjung tinggi?" ucap Achiera berkali-kali untuk memperingati diri sendiri.

Setelah mandi, Achiera turun menemui Hans di meja makan.

"Baju itu sangat cocok kau pakai, dan memang itu khusus dibuat untukmu. Ternyata usahaku dalam mengukur setiap inci dari tubuhmu semalam tidak sia-sia, buktinya bisa dapat baju yang sangat cocok seperti ini!!" Lagi-lagi Hans membual sambil mengedipkan sebelah mata.

Lelaki ini terus-terus saja berbicara vulgar begitu, gerutu Achiera dalam hati.

"Hai selamat pagi semua!!!" sapa pria yang kira-kira seusia Hans yang baru saja datang. "Hans, ini surat perjanjian yang kau minta," lanjutnya sembari menyerahkan sebuah amplop coklat.

Hans menggeser dokumen itu pada Achiera.

"Baca dan tanda tangani!!" perintahnya, tidak lupa ia memberi pulpen pada Achiera.

Setelah Achiera membaca, ia langsung tanda tangan. Toh semuanya telah terjadi bukan? Untuk apa lagi protes dengan surat perjanjian yang tidak masuk akal itu, yang hanya berisi:

-Harus selalu ada saat Hans membutuhkan Achiera,

-Jangan mengkhianati Hans,

-Jangan mendekati lelaki lain manapun! 

-Jangan berbicara lebih dari 3 meenit pada lawan jenis!!

-Dan tidak boleh kontak fisik seperti bersalaman dengan pria asing!

Achiera melihat isi surat perjanjian itu hanya bisa geleng-geleng  lalu memijat kepalanya yang terasa penuh.

Mungkin lelaki ini memiliki sejenis penyakit akut yang tidak terdeteksi, batin Achiera.

Dengan patuh tanpa berkomentar, Achiera pun menandatangani surat perjanjian itu. Toh dia jiga tidak tertarik ingin mengenal lelaki baru.

Achiera mengaduk-aduk dia tidak ada niat untuk makan. Pikirannya melayang jauh kepada adik yang sedang koma.

Dia belum menghubungi Ferisha sejak semalam saat mendapat kabar itu, dan sekarang tidak tau seperti apa kondisi Steven. Dia harus segera mentransfer uang itu atau bahkan jika diizinkan, pulang sebentar untuk melihat keadaan adik juga neneknya.

"Kenapa kau tidak memakan makananmu? Apa tidak enak atau tidak sesuai seleramu?" desis Hans dan sontak membuat Achiera terlonjak kaget.

"Apakah aku sebegitu menakutkan sampai kau kanget? Padahal, aku hanya berbicara pelan," protes Hans. 

Gleg! Achiera menelan salivanya.

"Tuan Hans!!!" panggil Achiera dengan pelan.

Panggilan Achiera itu membuat kesenangan tersendiri untuk Hans, ia berpikir bahwa Achiera telah melunak dan akan siap untuk di takhlukkan. 

"Sesuai perjanjian kontrak yang telah aku tanda tangani, aku akan selalu ada kapan pun Anda membutuhkanku," ucapnya, pipinya merah merona mengingat arti dari kata itu.

"Tapi bolehkah aku meminta waktu libur hanya untuk 3 hari saja, tidak bekerja juga tidak bertemu denganmu?" Achiera memohon dengan sangat lembut.

"Kau mau lari setelah mendapat uangku?" jawab Hans cepat,

"Tidak, aku sudah menandatangani kontrak dan kalaupun aku lari, aku yakin kau pasti akan bisa menemukanku dengan mudah," jelas Achiera menyakinkan Hans.

"Ok baiklah, kau boleh libur selama 3 hari. Tapi aku ada syarat dan kau tidak ada wewenang utk menolaknya!!" kata pria itu dingin.

"Okay tidak masalah, apa pun syaratnya!" jawab Achiera cepat.

"Kau akan tinggal di sini selama kontrak kita berjalan," tegas Hans,

"Karena tidak mungkin kan aku datang berkunjung tiap malam ke rumah sewamu. Bagaimanapun juga aku harus menjaga nama baikmu untuk sekitarmu!" jelas Hans.

"Juga, aku tidak akan mungkin bercinta ditempat seperti itu, tidak ada tempat tidur empuk dan lainnya!!" lanjut Hans sombong.

"Tapi ini terlalu jauh dari kantor, dan di sekitar sini tidak ada taksi, juga tempat untuk menunggu bus juga jauh!!" jelas Achiera.

"Sudah kukatakan, kau tidak punya wewenang untuk menolak, masalah ke kantor nanti ikut aku pergi atau supir akan mengantar jemputmu!" tolak Hans cepat.

Achiera pun terdiam, dia tahu bahwa Hans adalah boss nya. 

"Karena kau harus izin, dan aku tidak bisa menyetubuhimu selama 3 hari ke depan, tentunya aku harus melakukan hal yg bisa membuat rindu di antara kita. Aku rasa waktu untuk menghormati hilangnya keperawananmu sudah habis!" ucap Hans langsung mengendong Achiera dan berjalan menuju kamar.