"I know, When you takes a big step in your life it must be for a big reason too"
~Wanita di titik Terendah~
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
Hans datang menjenguk Achiera begitu mengetahui kabar dari Dexter yang mengatakan bahwa Achiera sudah sadar dari komanya. Dia mendapati Achiera tertidur pulas, di sudut matanya terdapat genangan airmata dan bahkan bulu matanya masih basah.
"Apakah wanita ini menangis sampai tertidur? apa yang membuatnya menangis?" tanya Hans pada dirinya sendiri.
'Terakhir kali wanita ini tertidur sambil mengigau dan menangis di atas ranjangku sambil menyebut nama Steven. Dan kali ini juga, apa wanita ini menangis sampai tertidur karena laki-laki itu?' batin Hans.ย
"Sialan..!! wanita tidak tau di untung kau Achiera!!!" Hans emosi mengingat kejadian itu, dan membayangkan kemungkinan yang terjadi sekarang ini.
Dengan paksa dia melepas selimut Achiera, dan berteriak. "Bangun kau jalang!!"
"Steven ... jangan tinggalkan aku!" ucap Achiera setengah sadar saat dibangunkan oleh Hans.
"Oh JANGAN TINGGALKAN AKU!! Kata-kata yang romantis Achiera, kau memohon pada lelaki lain untuk tidak meninggalkanmu, tetapi datang mencariku demi uang! beraninya kau mempermainkan aku!!" jerit Hans kuat sambil merobek baju pasien yang dikenakan oleh Achiera.
"Hans, tolong jangan ... aku masih sakit! kamu salah paham," pinta Achiera menjauh.
"Oh sakit? tapi bisa memikirkan lelaki lain bahkan menangis sampai tertidur, itu yang kau namakan sakit? Katakan padaku, uang yang kau dapatkan dariku apa untuk Steven lelaki itu, iya? kau rela menjual dirimu hanya untuk menyenangkannya? apa aku benar Achiera?" ucap Hans lalu memukul atas tempat tidur Achiera.
"Hans kau salah paham...," ucap Achiera sambil mendorong Hans. "Kau benar, aku melakukan ini semua demi Steven! tapi-"
"Kurang ajar...!!!" hardik Hans memotong pembicaraan Achiera. "Karena kau sudah mengakuinya, maka tiada ampun bagimu!" ucap Hans marah.
Achiera memalingkan wajahnya ketika Hans hendak mencium nya. "Oh sekarang kau merasa jijik kalau aku sentuh? ingat siapa dirimu, kau hanyalah pemuas nafsuku, bahkan dalam kontrak perjanjian tertulis jelas, kapan aku mau, kau harus bersedia tanpa alasan apapun!!!" terang Hans dan menyatukan dirinya dengan kasar.
Beberapa saat kemudian. ๐ฅ๐ฅ
"Ingatlah Achiera, tak peduli siapa lelaki yang ada di dalam hatimu, akulah lelaki pertamamu!! Tidak peduli seberapa besar niat-mu untuk bersama lelaki itu, tapi yang pasti selama aku masih menginginkanmu, kau tidak bisa kabur dariku. Tidak akan aku izinkan kau yang meninggalkan aku, tetapi akulah yang akan membuang mu!!" ucap Hans dengan tegas tanpa melihat tatapan sorotan mata kosong Achiera.
"Ingatlah ini baik-baik, kau adalah wanita ku!!" lanjutnya sambil mencium rambut Achiera lalu pergi.
Selepas Hans pergi suster datang atas arahan Hans.
"Nona Achiera, saya suster yang merawat anda di sini. Saya datang atas arahan tuan muda Mattew untuk membawa baju pasien sekaligus membantu anda mengganti baju pasien," ucap Suster itu lembut tanpa ada tatapan mata hina karena penampilan Achiera yang hanya mengenakan selimut saja untuk menutupi tubuhnya.
"Baik suster, terima kasih banyak. Letakkan saja di situ, nanti saya akan ganti sendiri" jawab Achiera sambil tersenyum pahit.
"Baiklah, saya pamit dulu!" ucap suster itu undur diri.
"Sus, tunggu dulu!!" panggil Achiera menghentikan suster itu.
"Ada yang bisa saya bantu nona Achiera?" tanya suster itu sambil berbalik menoleh ke arah Achiera.
"Saya dengar dari Dokter Dexter, bahwa saya kehilangan banyak darah dan melakukan transfusi darah. Apakah suster tau siapa yang mendonorkan darah buat saya?" tanya Achiera sambil melihat ke dalam mata suster tersebut.
"Ohh tentang ini ya...," ucap suster itu dan langsung diam.
"Saya hanya ingin berterima kasih saja, tidak lebih," jawab Achiera menyakinkan.
"Itu tuan Steven yang mendonorkannya, beliau juga berkata tidak masalah diambil sebanyak apa pun yang penting harus cukup untuk anda, katanya sih supaya tidak menunggu-nunggu darah dari pendonor lain, karena lebih cepat dapat lebih baik untuk kesehatan anda,"
"Steven??" tanya Achiera memastikan.
"Iya dan dia sempat dirawat karena terlalu kehabisan banyak darah," ucap suster.
"Tapi kenapa dia melakukan ini padaku, bahkan kita tidak saling mengenal dengan baik satu sama lain" ucap Achiera pelan sehingga suster itu hampir tidak mendengarnya.
"Maaf, apa maksud anda,? saya tidak dengar," tanya suster itu.
"Ahh tidak-tidak, suster boleh pergi sekarang." kata Achiera sambil tersenyum.
"Baiklah jika anda butuh sesuatu lagi, pencet saja tombol merah itu," kata suster sambil menunjukkan tombol merah yang di samping ranjang Achiera.
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
Beberapa Hari setelahnya.
"Wah Achiera, semangatmu untuk sembuh memang luar biasa. Lihat hasil medis-mu ini, sungguh di luar prediksiku yang seorang dokter,'" Kata Dexter ketika memeriksa Achiera.
"Jadi kapan aku boleh pulang?" tanya Achiera.
"Hari ini kau sudah boleh pulang, apa kau mau aku yang memberitahu Hans atau kau sendiri yang memberi tahunya untuk menjemputmu?" tawar Dexter.
"Aku rasa Hans terlalu sibuk untuk menjemputku, tidak apalah nanti aku pulang sendiri saja," ucap Achiera sambil tersenyum kecil.
"Achiera, mungkin Hans itu terlihat seperti menindasmu, tetapi dia sebenarnya orang yang sangat baik. Aku saran kan kau ikuti saja apa maunya dia, itu lebih baik untukmu. Hans akan memperlakukanmu dengan sangat baik," jelas Dexter.
"Iya aku mengerti," ucap Achiera sambil mengangguk.
"Kalau begitu aku pamit dulu untuk memeriksa pasien yang lain, sementara tentang surat kepulanganmu akan nanti akan aku urus. Jadi begitu Hans datang kalian sudah boleh pulang tanpa harus menunggu lagi," ucap Dexter lalu pergi.
Sesegera setelah Dexter pergi, Achiera bukan menelpon Hans seperti yang di sarankan oleh Dexter, tetapi malah menelpon Liu yang merupakan supir Hans.
Hanya dengan sekali dering, panggilan itu pun terhubung.
On Phone Call-
Achiera : "Liu, boleh tolong jemput saya dari rumah sakit? Dexter berkata saya sudah boleh pulang hari ini."
Liu : "Tentu saja boleh Achiera, saya akan segera menjemputmu sesaat setelah saya mengantar boss ke tempat meeting."
Dari kaca spion, Liu melihat Hans dengan tatapan matanya yang tajam, seakan ingin menerkam mangsanya.ย
Achiera : "Baik Liu, akan saya tunggu ya. Terima kasih banyak."
Liu : "Ah Achiera jangan sungkan begitu, ini memang sudah kewajiban saya atas perintah dari Boss."
Liu sangat gemetar, Hans masih saja menatapnya dengan tajam.
Liu : "Sampai ketemu nona, bye."
*tut* panggilan itu pun langsung diakhiri oleh Liu.
Hans yang sedari tadi menahan ucapannya langsung berkata dengan dingin, "oh ... aku tidak tahu ternyata supirku memiliki hubungan dekat dengan wanitaku, benarkah begitu Liu?" tanya Hans tajam.
"Boss, tentu anda salah boss. Nona Achiera tadi hanya minta untuk dijemput. Dia sudah bisa pulang dari hospital," ucap Liu gemetaran.
"Achiera ... akrab sekali panggilanmu, siapa yang mengizinkan kau memanggil wanitaku dengan nama?" tanya Hans masih dengan sorot mata tajam.
"Boss maaf, ini nona Achiera sendiri yang tidak ingin dipanggil dengan sebutan nona. Dia yang memaksa saya," jawab Liu semakin gemetaran.
"Sekali pun dia yang menyuruhmu memanggilnya begitu, aku tidak mengizinkannya! Sekarang putar arah ke rumah sakit, kita jemput Achiera."
"Tapi boss, ini-"
Liu menghentikan ucappannya begitu melihat Hans sedang menelpon seseorang.
"Wanda, segera batalkan semua jadwal meeting hari ini!!!" ucap Hans dan langsung mengakhiri teleponnya tanpa menunggu jawab dari sekretarisnya itu.
๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ
Saat Achiera berkemas-kemas ingin pulang, Steven Scott datang menjenguknya.
"Selamat siang Achiera," sapanya begitu membuka pintu ruangan Achiera.
"Eh tuan Steven, selamat siang," balas Achiera ramah.
"Kamu apa kabar?"- ia menyondorkan bucket bunga yang dibawanya kepada Achiera-"bunga yang indah untuk Nona yang cantik," ucapnya sambil sedikit membungkuk.
"Kabarku semakin baik, dan bahkan sekarang aku sudah boleh pulang, ini lagi nungguin Liu supirnya Hans menjemput,"-Achiera menerima bucket bunga itu dari Steven-"terima kasih buat bunga yang indah ini tuan Stev," lanjutnya.
"Achiera, kamu selalu membuat jarak padaku dengan kamu manggil ku tuan. Panggil aku Steven saja, kalau tidak panggil aku kakak," ucap Steven tulus.
"Tapi aku tidak bisa memanggilmu hanya dengan sebutan nama saja, itu sangat tidak sopan. Aku tidak berani," ucap Achiera sedikit tersenyum.
"Kenapa tidak berani? aku bukan seorang tuan muda seperti kekasihmu itu. Aku hanya seorang pegawai saja bukan boss. Lantas, sungkan apa terhadapku?" terang Steven sambil menyipitkan matanya.
"Steven, kamu tahu betul tentang hubunganku dengan Hans. Bukanlah sesederhana itu untuk menjabarkan hubungan kami, sesederhana kata sepasang 'kekasih'. Aku hanyalah sebuah alat untuk pemuas hasratnya dan itu semua aku lakukan demi uang." Achiera tidak mencoba untuk membersihkan dirinya agar Steven merasa iba.ย
"Aku percaya, ketika seseorang mengambil langkah besar dalam hidupnya itu pasti karena sebuah alasan besar juga," ucap Steven.
Achiera membelalakkan matanya menoleh ke arah Steven, ekspresinya itu tertangkap oleh Steven dan Steven mengerti apa arti dari ekspresi Achiera itu.ย
"Karena aku juga pernah mengambil langkah besar dalam hidupku untuk alasan yang besar. Jadi aku merangkumkan kalau seseorang mengambil langkah besar itu pasti karena alasan besar juga," ucapnya lalu berhenti sejenak.
"Achiera..." panggilnya pelan sambil menatap Achiera. "Alasanmu karena keluargamu, kan?" tanyanya.
"Dari mana kamu tahu? Kamu mencari tahu tentang aku?" tanya Achiera was-was.
"Hahaha lelucon apa yang sedang kau katakan Achiera, bagaimana mungkin aku memiliki koneksi untuk mencari tahu tentang latar belakang seseorang. Aku bukan seorang tuan muda lho ya," ucap Steven tertawa. "Aku hanya tidak sengaja mengangkat teleponmu sewaktu kau koma, dan sang penelpon berkata adikmu 'Steven' meninggal dunia."
Achiera tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun, dia tidak tahu harus berkata dan berbuat apa selain menatap kosong dinding ruangan itu.
"Apa Hans tau tentang masalah adikmu itu?" tanya Steven hati-hati.
"Buat apa aku memberi tahunya? supaya dia simpati dan berbelas kasihan?" ucap Achiera. "Aku tidak ingin diperlakukan baik hanya karena kasihan, dan aku tidak bisa merubah sudut pandang seseorang dalam menilai aku. Biarkan saja begini, ini lebih baik untukku dikemudian hari."
Achiera tersenyum kecil, ada makna dibalik senyum itu.ย
"Jadi, apakah kau tidak berencana pergi ke pemakaman untuk mengunjunginya membakar dupa atau menyalakan lilin untuk Steven, adikmu?" tanya Steven Scott.
"Akan aku pikirkan nanti Steven," ucap Achiera singkat.
"Baiklah Achiera, kalau kau butuh bantuanku, tolong jangan sungkan. Aku akan berusaha sebisa yang aku mampu untuk menolongmu," ucap Steven sambil menepuk pundak Achiera.
"Pertolonganmu yang sebelumnya saja tidak akan bisa aku gantikan dengan apa pun, karena kau telah menyelamatkan nyawaku. Sungguh selain kata terima kasih, aku tidak memiliki apa pun untuk membalasmu Steven," ucap Achiera sambil sedikit menunduk.
"Jangan sungkan, aku percaya kalau aku yang mengalami hal itu pun pasti kau tanpa berpikir akan mendonorkan dara mu untukku, kan?" tanya Steven sambil memberikan senyum manisnya.
Achiera hanya terdiam.
"Baiklah Achiera, jangan dipikirkan, aku tulus membantumu. Aku pamit dulu, sekali lagi kalau kau butuh pertolongan hubungi aku di no ini ya," ucapnya undur diri.
Hans yang baru saja tiba itu melihat Steven keluar dari ruangan Achiera membuat emosinya naik, di tendangnya pintu ruangan Achiera dengan kasar membuat Achiera yang sedang prepare itu terlonjak kaget.