"Tidakkkkkkkkkk!" teriakku dengan suara yang semakin mengecil. Kepalaku pening. Benda-benda di sekitarku tiba-tiba membesar. Pakaianku pun membesar. Ah sial! Bukan bajuku yang membesar. Ini aku yang malah mengecil. Aku kenapa?
Bruk!! Sebuah buku yang berat dan tebal jatuh dari tanganku yang tentu saja tak sanggup mengangkatnya. Untung saja tidak menimpa kakiku yang tiba-tiba mungil.
"Mungkin karena mantera yang kubaca tadi" kataku dalam hati. Kucoba meraih buku yang lusuh itu. Buka tua yang penuh debu, dengan sampul yang sudah robek. Tidak ada bahasa yang kumengerti dari buku itu. Tadi tidak sengaja membaca salah satu halamannya.
Aku kesusahan meraih buku itu. Pakaianku yang membesar, ah bukan, aku yang mengecil. Kakiku tersangkut di celana panjang yang kukenakan. "Aku harus melepasnya" lirihku. Satu persatu kancing kemeja kulepaskan. Dan melorotkan celana panjangku.
"Ah sial! Kolorku juga membesar! Ah tidakkk. Kontolku yang mengecil!" Rutukku. Entah apa salahku, mendapat malapetaka seperti ini. Akhirnya aku telanjang bulat seperti anak kecil yang mau dimandikan ibunya. Ah bagaimana ini? Aku memang jadi anak kecil sekarang!
Kuraih buku keparat itu. Ini sumber malapetaka ku. Halaman berapa tadi. Kini aku berhati-hati. Tidak mau lagi sembarangan mengucap mantra yang tertulis. Entah-entah malah jadi kodok. Ah! Tidak adakah mantra yang bisa mengembalikanku seperti semula? Aku ingin kontolku besar seperti semula. Haduh!
"Kyuuuu! Kyuuuu! Kamu di mana?" Suara perempuan terdengar memanggilku. "Haduh! Itu suara Nay. Bagaimana ini?" Aku panik.
"Kyuu! Kamu di dalam?" Nay memanggilku, dan suaranya semakin mendekat ke arahku. Segera ku dorong buku tadi dan pakaianku ke kolong rak. Namun aku terlambat menyembunyikan diri. Nay menemukanku.
"Tuyullllll!!" Teriak Nay! Dia berlari ketakutan. Ah tidak, sekarang aku menjadi tuyul. Bagaimana ini? Ah mungkin aku harus menangis. "Eeeehhh eheeeeee" aku mencoba menangis sekuatnya. Aku lupa bagaimana anak kecil seharusnya menangis. Suara kubuat-buat.
Nay berhenti berlari, dia menoleh ke arahku dengan pandangan masih takut. Aku pasang wajah memelas, semoga Nay mengerti bahwa wajah ini wajah anak kecil yang tidak berdosa.
Dia mendekat. "Ka-kamu bu-bukan tuyul kan?" Tanya Nay dengan masih bergetar menahan takut. Aku menggeleng. "Nama adek siapa? Kenapa kamu ada di gudang ku? Orang tua kamu mana?"selidik Nay. Tentu saja aku tidak bisa menjawab. Bagaimana mungkin kuberitahu bahwa aku adalah Kyu, pacar sialnya. Ku biarkan saja Nay penasaran tanpa jawaban.
"Ikut ke rumah ku ya, nanti kita cari tahu orang tua kamu" Nay mencoba menenangkan ku. Dia raih tangan mungilku. Dan memelukku. Dadaku menempel di dadanya, kepalaku bersandar di lehernya. Ah sialnya aku. Kenapa aku merasakan kenikmatan ini disaat aku mengecil begini? Dan aahh! Aku telanjang saat ini. Ku lihat kontol ku, menegang. "Siaaall!" Rutukku dalam hati.
Dan dia membawaku ke rumahnya.