"Sering-sering dong kita ngumpul-ngumpul gini," ucapku.
"Emangnya si penyandang dana bakalan bisa join mulu?" tanya Yuna sembari melirik kea rah Erno yang sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya.
"Wey, disindir tuh." Gina menyenggol Erno dengan menyengir.
"Lagi pura-pura gak denger Gin," komentarnya tak disangka-sangka.
Tawa kami saat jalan menuju kendaraan masing-masing ini pun kembali pecah.
"Bangkrut gue kalau tiap ngumpul jadi penyandang dana mulu."
"Alah uang lo 'kan gak berseri No. Selow aja kenapa?!" ucapku dengan entengnya, ia terlihat berpura kesal dengan memasang wajah jengkelnya namun wajahnya itu semakin membuat kami tertawa terbahak-bahak sampai-sampai beberapa orang yang melewati kami memandangi.
"No, sumpah jelek banget muka lo!" ucap Yuna jujur. Aku dan Gina ikut mengangguk menyetujuinya.
"Dah ah, ngambek gue." Dia mempercepat jalannya menuju mobil sedangkan kami berjalan sembari meredakan tawa kami.