Jika benci tak pantas untukmu
Apa harus memberikan cintaku padamu?
Jika sakit yangku dapat darimu
Apa arti cinta yang kau ucapkan padaku dahulu?
-Yuna Resya Tirka
Aku menatap lurus jalanan diiringi siaran radio kesayangku yang selalu memutar lagu baru. Sebuah lagu dari penyanyi pendatang baru yang berduet dengan penyanyi laki-laki senior yang memiliki lagu hits mengalun di dalam mobil. Aku pun tanpa sadar mengangguk-agukan kepala mengikuti melodi lagu.
'Terakhir ku tatap mata indahmu
Dibawah bintang-bintang
Terbelah hatiku antara cinta dan rahasia
Ku cinta padamu
Namun kau milik sahabatku
Dilema hatiku
Andai ku bisa berkata sejujurnya
Jangan kau pilih dia
Pilihlah aku yang mampu mencintamu
Lebih dari dia
Bukan ku ingin merebutmu
Dari sahabatku
Namun kau tahu cinta tak bisa kau salahkan
Ku cinta padamu
Namun kau milik sahabatku
Dilema hatiku
Andai ku bisa berkata sejujurnya
Jangan kau pilih dia
Pilihlah aku yang mampu mencintamu
Lebih dari dia
Bukan ku ingin merebutmu
Dari sahabatku
Namun kau tahu cinta tak bisa
Tak bisa kau salahkan'
'Tut'
Setelah lagu berakhir dan berganti tanganku refleks terulur untuk me-nonaktif-kan alias meng-isdet-kan atau bahasa yang benarnya adalah mematikan radio itu. Liriknya sungguh dalam. Aku termenung dan mengutuk dalam hati.
Rempong banget dah tu lagu. Nyindir aku atau apa sih? Ngajakin duel neh?! Tapi meng-ngemeng sebenarnya lagunya asik juga. Cuma ... ya gitu deh, liriknya ngena aja ke aku, maksudku ngena ke hatiku yang paling-paling dalam. Hiks! Abaikan.
Guys ... sekarang aku baru aja sampai di kampus. Sudah dua hari aku menghindar dari dosen gesrek itu. Kemarin; dua hari yang lalu, itu terakhir aku bertemu dia. Aku langsung caw ... ke kelas ninggalin dia tjhoi. Abis kejadian itu aku tidak bertemu lagi sama dia; aku ngindarin dia getoh.
Hidupku aman, tentram, damai, sejahtera dan sentosa selamat dunia akhirat. Sudah dua hari ini kegiatanku di mulai dari rumah lalu kampus, abis itu dari kampus lalu kembali ke rumah. Ya, begitulah kegiatanku saat-saat ini guys.
"Yun ...," teriak seorang laki-laki.
Aku berhenti dan menoleh kearahnya lalu bertanya, "kenapa Do?"
"Tugas Matematika Bisnis udah gak lo, Yun?" tanyanya.
Aku menggeleng santai. "Belum Do, baru orat-oret aja, belum gua salin ke kertas. Kenapa?"
Dia pun menyengir sambil menggaruk tengkuknya. "Gue liat ya? Boleh gak?"
mohonnya.
Aku mengulum senyum sambil berpura-pura berpikir. "Hmm ... nanti aja deh, gue salin dulu. Nanti malam gue kirim lewat BBM ya?"
"Oke ... Yun, makasih banget, yaaa! Lo emang baik banget. Gue gak bakal lupa sama jasa-jasa lo, Yun. Lo The Best!Sekali lagi, makasih banyak ...!" ucapnya panjang lebar dengan semangat.
Yak ilah, baru kali ini tjhoi gue nemuin orang nyontek pake makasih banyak. Biasanya nyontek mah nyontek aja getoh! Bahkan ada yang gak pake makasih lagi. Kalo dipikir-pikir, polos banget dah ni laki.
Aku membalasnya dengan tersenyum sambil mengacungkan dua jempol ke arah Edo. "Okee Ed." Kataku sembari berjalan meninggalkannya.
"Makassihhh sekali lagiii Yun!" teriaknya lagi.
Aku menggeleng, tak enak aku pun hanya mengacungkan satu jempol tanpa menoleh kearah Edo sambil tetap berjalan menuju kelas.
Gazwat! Kalo diladenin, bakal makasih mulu dianya. Kaga ngarti lagi aku harus apa, kalo dia makasi mulu.
•••
Siang ini aku memutuskan untuk mampir ke salah satu perpustakaan wilayah di kota Jambi. Di lantai pertama aku menitipkan barang yang tidak diperlukan dan tidak penting lalu absen dan berjalan menuju ruangan yang menyediakan buku yang aku cari. Saat ini aku sedang berdiri di depan sebuah rak yang bertuliskan AKUNTANSI kutatap deretan buku Pengantar Akuntansi yang tersusun rapi di rak perpustakaan kota ini.
"Bukunya yang mana, ya?" gumamku dengan mata yang menjelajahi buku satu per satu.
Aku pun memutuskan mengambil beberapa dengan memilih-milih buku yang sesuai dengan yang sedang aku pelajari dan bakalku baca nantinya. Tiba-tiba aku merasakan siluet seseorang datang menghampiriku.
Yaelah PD banget, palingan tu orang mau nyari buku Akuntansi juga, sama kayak aku. Emang aku tu suka ke-GR-an sendiri. Kayaknya ini efek kelamaan jomblo deh, soalnya gini terus bawaannya. Jadi laper eh salah baper.
"Apa kabar?"
Sebuah suara yang aku kenal membuatku terkejut dan langsung menoleh dan ....
Jeng jeng jeng!
"Sudah lama ya? Sejak saat itu," ucapnya.
Aku memutuskan untuk tak meladinya dengan berpura-pura kembali memilih buku yang bakal aku baca, tanpa merespon ucapan orang itu sama sekali; tak ingin berbicara dengannya.
"Kenapa lo mutusin gue?" tanyanya.
Aku tidak mendengarnya!
"Kenapa lo salam sama gue kemarin?" tanyanya lagi.
Kayak ada yang ngomong?
"Kena—"
Tanpa ingin mendengar pertanyaanya selanjutnya, aku kembali menoleh kearah orang itu. "Stop! Sekarang gue yang harus tanya. Kenapa lo macarin SAHABAT gue?! Lo mau balas dendam dengan nyakitin hati gue, lewat sahabat gue? Lo mau buat hubungan gue sama sahabat gue hancur? Kalo itu mau lo!"-Gue menghela nafas sejenak-"LO SUK-SES! Gua hancur ... hancur karna dikhianatin sama SAHABAT GUE SENDIRI! Gue HAN-CUR!" tekanku. Aku menatapnya marah, kesal, benci! Tolong pergi dan anggap semuanya baik-baik saja. Silahkan bahagia kalau itu yang ingin kau cari? Tapi tolong jangan ganggu aku, biarkan aku dengan duniaku. Aku tak ingin mendengar jawabannya, aku meletakkan buku yangku ambil lalu memutuskan untuk bergegas pergi.
"Yuna?!" teriaknya.
Dengan menghela nafas sabar, aku kembali berbalik menghadap dia. Bukan ... bukan aku ingin mendengarkanya, aku hanya ingin mentakan sesuatu yang tertinggal, "Oiya ... selamat atas hubungan kalian, semoga kalian berdua bisa sampai menikah! Selamat!"
Dengan perasaan yang menyesakkan dada, aku memutuskan untuk berlari menuju pintu keluar perpustakaan.
Sumpah ini drama banget! Kenapa aku harus bertemu dia ... kenapa?! Sebenarnya, aku itu udah muak liat dia. Aku salam sama dia bukan berarti aku masih cinta. Dia gak tau apa? Pacarnya yang udah buat aku melakukan itu, hampir aja ... aku khilaf. Untung aku dinasehatin sama yang lain, kalau gak? Aku rasa tuh hubungan mereka, putus deh sekarang. Dan kalo itu terjadi, aku cuma bisa bilang Mam to the Pos; MAMPOS!
Aku mencoba menenangkan diri di dalam mobil sebelum memutuskan untuk pergi dari sana. Ku cari ponselku yang berada di dalam tas, setelah ketemu aku langsung menghubungi Asha.
"Sha dimana?"
"Masih kuliah?"
"Oke gua kesana"
Aku memutuskan panggilan, tidak ada yang membuatku legah selain berbicara dengan Asha. Hanya dia yang bisa menenangkanku saat ini. Hanya dia sahabat yang kupunya untuk mengeluarkan isi hatiku semuanya. Aku menghidupkan mobilku. Lalu melajukan mobil kembali ke kampus; tempat Asha berada.
•••