Selesai mandi, dan berberes Nara mendengar ibunya sedang mengobrol, 'mungkinkah ada tamu', pikirnya. iapun melangkah keluar rumah, setelah mencapai pintu ia dapat melihat sepedanya terparkir dengan manis dihalaman.
"Alhamdulillah, sepeda Nara kembali!, ibu sepeda Nara..... ", ucapan Nara terhenti ketika ia melihat wajah pria yang ia tolong berada didekat ibunya.
"Nara, nak Iqbal menemukan sepeda kamu dan mengantarnya kemari", ibu menjelaskan, tapi Nara hanya terpaku. Melihat hal ini Iqbal langsung pamit tanpa berkata apa-apa pada Nara.
"buk asih, saya permisi masih ada pekerjaan!", Iqbal berpamitan dan menyalami buk asih dan mengacuhkan Nara yang ia lewati tanpa menoleh.
"Nara, sampai kapan kamu mau berdiri disitu? ", tanya sang ibu menyadarkan Nara yang masih bingung.
"eh.. iya buk, kok dia langsung pulang ketika lihat Nara buk, apa penampilan Nara menyeramkan ya? "
"mmm... mungkin iya!", godanya pada putrinya tersebut.
"ah..ibu! ", balas Nara, dan berjalan mendekati ibu mengambil posisi duduk disampingnya.
"Kamu mengenal nak Iqbal ya? "
"sebenarnya Nara gak kenal, hanya beberapa kali bertemu tanpa sengaja, ini kali keempat Nara bertemu", jelas Nara
"keli ke 4, tapi tadi nak Iqbal bilang ini kali ke 5 bertemu dengan kamu", beritahu ibu asih
"sepertinya ke 4, tapi mungkin pernah... ah.. Nara lupa buk",
"kalau ibu lihat lihat dia suka deh sama kamu",
"ah.. ibu becanda.. mulai deh... ", nara langsung masuk rumah malas kalau membahas ini.
====
Iqbal yang salah tingkah bertemu Nara bisa lega setelah masuk mobil. Nara bukan perempuan cantik seperti yang ia pernah dekati tetapi wajah polos dan tanpa masalah membuat Iqbal merasa dirinya bermasalah.
Melihat Nara yang dengan mudah tersenyum, dengan mudah melupakan masalah dengan orang lain, membuat Iqbal kagum tapi sekaligus malu jika ia tertarik dengan gadis yang terlalu biasa itu. Karena itu bukan tipe wanita yang ia sukai tetapi kenapa sejak bertemu pertama kali kala hujan waktu itu membuatnya gugup dan jantungnya seperti berpacu dengan waktu.
Jika keadaannya seperti ini aku harus segera mencari pasangan agar hatiku tenang.
====
Setelah sepeda miliknya kembali Nata lebih suka bersepeda ke rumah sakit yang memang jaraknya tidak terlalu jauh, sekaligus berhemat karena ia sudah tidak memiliki penghasilan dan untuk makan ibu telah menyiapkan bekal.
Setelah melewati beberapa stase, stase kandungan adalah yang paling sibuk, berbeda dari stase syaraf yang lebih sepi, tetapi stase kandungan membuatnya lebih tertantang. Hari ini sangat melelahkan setelah beberapa operasi caesar dan persalinan normal, Nara bisa istirahat sejenak untuk bersantai mencari udara sambil membuka bekal dari ibunya.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa makan juga", dengan tersenyum membaca doa ia memakan dengan lahap makanan itu tanpa tersisa. "ah ternyata makanan apapun akan terasa nikmat jika dimakan pada saat lapar", gumamnya.
"tapi jika makanan itu tidak bergizi, maka tidak baik juga untuk tubuh", terdengar suara tidak asing, membuat Nara melihat ke sumber suara.
"oh... dr. Rangga! ", Nara terkejut dengan ekspresi mulut membentuk hurud O.
"sejak kapan dokter disana? ", tanya nara.
"sejak tadi, sebelum kamu datang dan mengganggu ketenanganku", jawabnya tanpa ekapresi membuat Nara merasa bersalah.
"kalau begitu saya minta maaf", ucap Nara sambil membungkukkan badannya.
"bukannya rumah sakit menyediakan makanan untuk dokter magang, kenapa kamu malah makan disini? ", tanyanya sambil. melihat bekal yang Nara bawa.
"oh.. sebenarnya setiap hari ibu sudah menyiapkan bekal, dan saya merasa masakan yang dibuat dengan cinta akan terasa lebih nikmat",
"apakah kamu yakin?, karena saya hanya melihat tumis kangkung dan sambal telur saja!, apakah itu senikmat itu? ",
Nara tersenyum mendengar pertanyaan itu dan menjawab dengan pertanyaan juga, "berarti dokter belum pernah memakan masakan penub cinta? ",
"iya...andai orang itu tidak menolakku", dengan menatap Nara lebih tajam.
"wow... adakah orang yang berani menolak dokter?", ekspresi mata Nara melotot seakan tak percaya.
"tanyakan saja pada diri kamu sendiri! ", dr.Ranggapun berlalu meninggalkan Nara yang bingung kenapa harus bertanya pada dirinya, apa ia pernah mengenal dokter rangga sebelumnya.