Arvita sudah lebih baik, walau rasa pegal belum sepenuhnya hilang. Sedangkan Armand berada disampingya, memperhatikan Arvita dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Ada yang sakit, kaki kamu, tangan kamu, atau kepala kamu? Ah... atau apapun yang sakit, jadi katakan saja padaku." Ucap Armand jelas dan sedikit meracau.
"Kamu ini sebenarnya ngomong apa sih? Aku ini sebenarnya sudah biasa latihan tarung seperti ini, justru saat ini aku malah mengkhawatirkan kamu, Armand." Ucap Arvita, sambil ia memegangi botol minumnya.
"Apa kamu biasa seperti ini? Tapi... semua tendangan, serangan tinju dan lainnya. Apa itu tidak terasa sakit? Apa kamu tahu, bagaimana rasanya jantungku ingin lepas ketika melihat ayahmu yang seakan-akan ingin membunuh kamu, Arvita." Ucap Armand kesal, dan menerangkan semua apa yang ia rasakan.
"Apa? Hahh... memang seperti itu Armand. Lagian babeh juga enggak akan bunuh anaknya. Jadi kamu tenang aja, dan santai." Ucap Arvita meyakinkan kembali.