Pagi hari sekali Arvita sudah terbangun, padahal hari itu adalah tanggal merah. Dia bisa saja bersantai dan bermalas-malasan, tapi tidak dia lakukan dan lebih memilih untuk berlatih bela diri pagi itu.
Rojali dan Rohimah sudah tidak banyak bertanya, karena tahu sifat putrinya yang keras kepala dan sulit untuk diatur.
Suara "bug" yang berasal dari benturan antara tinju dan samsak yang tergantung, berkali-kali Arvita berikan untuk serangan terbaiknya. Bahkan bulir keringat sudah mulai membasahi sekujur tubuhnya, membuatnya tidak henti begitu saja sampai akhirnya tendangan kaki tinggi sudah ia lakukan.
Napas Arvita tersengal dan dia sudah memutuskan untuk berhenti melatih dirinya, duduk pada lantai tanding sambil memegangi botol minuman yang ia tenggak sampai habis.
"Hah... cape banget!" Ucap Arvita dan membaringkan tubuhnya.