Wajah Febby benar-benar memerah, matanya sudah melebar dengan urat wajah yang menegang. Merasa dipermalukan dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Arvita.
"Febby, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Arvita dengan hati-hati.
"Kamu! Arrgghhh!!! Dasar wanita norak dan kampungan, dan enggak tahu diri! Aku bingung kenapa Armand sangat senang denganmu, aku itu lebih baik darimu!" Erang Febby kesal membentak.
"Sudahlah... tidak perlu marah seperti itu, gaun kamu juga jadi lebih cantik. Dan... lihat kita berdua jadi enggak samaan lagi kan." Ucap Angelina menyindiri dengan sombong, karena saat ini hanya dia satu-satunya gaun yang masih dalam keadaan bersih dan aman.
Tangan Febby sudah merentang lurus kearah wajah Arvita, rasanya ingin sekali ia menarik kuat rambut Arvita. Hal gila sudah ia bayangkan jika dia akan bertikai dengan Arvita ataupun Angelina, tapi belum semua hal itu terjadi ada sebuah tangan yang menahan tangannya.
