Er Kang pun kembali ke dapur belakang. Dia merasa bersalah. Ditatapnya racun dingin racikannya itu.
"Apakah aku salah meracik sesuatu yang ku sukai? Apakah aku salah jika yang ku gunakan kelinci sebagai percobaan ku?" gumam Er Kang.
"Kamu tidak salah, Er Kang." Wei Ying muncul tiba-tiba.
"Kamu? Kenapa kamu bisa disini?" tanya Er Kang tersentak.
"Aku hanya kebetulan lewat saja dan melihat mu bertengkar dengan Xuan Yuan." kata Wei Ying. "Awalnya tadi aku ingin mencari Xuan Yuan untuk mendiskusikan tentang masalah stok obat yang sudah mau habis. Tapi tak disangka malah melihat kalian bertengkar hebat."
"Yah seperti yang kamu lihat, ini pertama kalinya kami bertengkar hebat seperti ini. Biasanya tidak pernah." jawab Er Kang.
"Oh…. Tapi gak sangka yah, kalian itu tinggal bersama…" kata Wei Ying.
"Nona Wei jangan salah paham. Kami tidak tinggal bersama." Er Kang segera menjelaskan. "Xuan Yuan hanya meminjamkan rumahnya saja kepada ku untuk aku tinggal. Sedangkan dia tinggal di kediaman gurunya."
"Apa?! Kediaman gurunya?" Wei Ying pura-pura tersentak.
"Ya, emangnya kenapa?" tanya Er Kang heran.
"Apakah kamu tidak tahu sudah muncul isu-isu di sekitar kota Ming?" pancing Wei Ying.
"Aku kurang tahu karena jarang mendengarkan gosip orang sekitar." kata Er Kang.
"Ya ampun kamu kurang nongkrong kali…." kata Wei Ying. "Hadeh, itu loh kata-kata orang banyak, kalau dokter Xue menyukai gurunya sendiri. Kamu tahu sendiri kan gurunya itu laki-laki?"
"Ya, aku tahu gurunya itu laki-laki." jawab Er Kang. "Emangnya kenapa? Xuan Yuan juga sudah bilang kepada ku kalau dia sangat menghormati gurunya."
"Kamu itu ditipu tahu!" kata Wei Ying. "Aku sebagai sahabatnya juga tahu, kalau Xiao Yuan suka dengan gurunya sudah lama sekali sebelum di bertemu dengan mu. Apalagi sekarang mereka itu tinggal bersama, apakah kamu tidak merasa kalau lelaki dan seorang gadis belum menikah malah tinggal bersama satu atap itu bisa melakukan hal-hal di luar dugaan?"
"Aku percaya dengan Xuan Yuan. Dia tidak akan begitu. Dia sudah bilang kalau gurunya itu sudah punya anak sebesar dia." kata Er Kang.
"Kamu naif banget ya, Er Kang. Aku tuh cuma mau kasih tahu saja. Gurunya itu ganteng banget. Percaya dan nggak percaya terserah mu. Jika tidak percaya, kamu datang saja ke tempat makan di seberang toko kita itu. Lalu dengarkanlah orang-orang bergosip di sana." kata Wei Ying. "Aku hanya tidak ingin kamu kecewa dan sakit hati. Aku merasa kasihan kepada mu."
"Aku…." belum sempat Er Kang menyelesaikan perkataannya, Wei Ying sudah memotong lebih dulu, "Apakah kamu pernah menyentuhnya?"
"Itu… rahasia kami. Buat apa kamu tahu?" balas Er Kang. Dia agak malu jika mengatakan bahwa dia belum pernah menyentuh Xue Xuan Yuan sedikit pun. Bahkan berciuman saja belum pernah.
"Nah, pasti belum kan? Ku kasih tahu deh ya, Xiao Yuan bahkan sudah pernah tidur sekamar dengan gurunya, berpegangan tangan, bahkan juga sudah pernah berpelukan." bakar Wei Ying.
"Apa?!" Er Kang tersentak mendengar perkataan Wei Ying.
"Dia selalu menolak untuk disentuhi tubuh atau melakukan hubungan intim dengan mu, yah karena dia tidak suka pada mu, Er Kang. Coba deh kasih tahu, apakah dia pernah bilang suka pada mu? Atau dia selalu menghindari kamu?" bakar Wei Ying lagi.
"…." Er Kang pun terdiam.
Wei Ying tersenyum. Lalu dia pun melanjutkan ucapannya lagi, "Dari raut wajah mu saja, aku sudah tahu bahwa kalian itu tidak pernah melakukan hubungan selayaknya sepasangan kekasih."
"Er Kang, selain dia, ada orang yang selalu ada untuk mu, mengkhawatirkan mu, menunggu mu. Apakah kamu tidak merasakan hal itu?" kata Wei Ying dengan mata berharap memandangi Er Kang.
"Maksud mu apa, Nona Wei? Aku tidak mengerti." kata Er Kang.
"Er Kang, aku suka pada mu. Aku ingin menjadi kekasih mu. Aku berbeda dengan Xuan Yuan. Aku tidak akan melarang mu untuk melakukan hal yang kau sukai. Malah sebaliknya, aku akan selalu mendukung mu." perjelas Wei Ying.
"Nona Wei…." belum sempat Er Kang menyelesaikan perkataannya, Wei Ying sudah lebih dulu memotong lagi, "Jangan panggil aku nona Wei! Panggil aku dengan nama ku!"
"…" Er Kang terdiam. Tidak bisa berkata-kata. Dia sendiri masih bingung. Apakah harus mempercayai perkataan gadis itu atau tidak.
"Sudahlah, sepertinya kau membutuhkan waktu untuk berpikir. Aku akan menunggu jawaban mu." Wei Ying pun pergi meninggalkan Er Kang.
"Er Kang, kita lihat saja, seberapa besar kepercayaan mu itu terhadap Xue Xuan Yuan. Aku yakin sekali, cepat atau lambat, kau akan jatuh ke tangan ku. Kita tinggal tunggu waktu saja…" batin Wei Ying sambil melangkah pergi meninggalkan Er Kang.
Malamnya, Er Kang tidak bisa tidur. Pikirannya terus dibayang-bayangi oleh perkataan Wei Ying.
"Apakah aku harus mempercayainya atau tidak?" batin Er Kang bimbang.
"Sepertinya besok aku harus singgah ke tempat makan itu untuk mencari kebenarannya…." kata Er Kang.
Keesokan paginya, Er Kang pun pergi ke singgah ke tempat makan yang terletak di depan toko obat milik Xue Xuan Yuan. Di situ dia pun pura-pura memesan makanan untuk makan siang. Tapi sebenarnya, kedatangannya ke sana hanya untuk menguping pembicaraan gosip orang-orang.
"Hei, kalian tahu gak, kalau dokter Xue si pemilik toko obat yang ada di depan tempat makan ini suka sama gurunya sendiri loh." kata salah seorang lelaki yang sedang memegang sumpit itu.
"Hah?! Masa sih?!" si nona yang duduk di samping lelaki itu tidak percaya.
Si lelaki yang memegang sumpit itu pun berkata lagi, "Semalam aku nggak sengaja lihat dokter Xue masuk ke kamar gurunya malam-malam. Saat itu aku lagi ngantar buku untuk pelayan yang ada di kediaman dokter Qin. Terus aku ikuti dokter Xue. Kalian tahu apa yang terjadi gak? Aku kan dengar suara-suara desahan gitu di dalam kamar. Menurut kalian mereka lagi ngapain?"
"Ah, ngaco mah kamu." si nona yang duduk di samping lelaki itu tidak percaya lagi. Mungkin saja si lelaki itu sedang mengarang.
"Benar loh, sumpah deh." kata si lelaki yang memegang sumpit itu.
"Yang dibilang si An Nong ada benarnya." kata gadis berkepang. "Soalnya, ibu ku juga cerita begitu kepada ku. Ibu ku kan bekerja di kediaman Qin sebagai kepala pembantu di sana. Nah, kata ibu ku tiap malam dia dengar suara desahan-desahan gitu. Rasanya mereka tiap malam melakukan hubungan intim kali."
"Hah?! Astaga? Kan mereka belum menikah. Apalagi itu kan gurunya sendiri. Apa dokter Xue gak malu apa?" kata si nona yang duduk di samping lelaki yang memegang sumpit tadi.
"Nah, mereka memang pasangan yang menjijikan ya." kata lelaki berpakaian serba hitam itu.
"Sayang sekali udah cantik, pintar, tapi kelakuannya malah gitu. Tidak sesuai ekspetasi banget deh." kata lelaki yang memegang sumpit tadi.
"Iya bener itu." sambung lelaki berpakaian serba hitam tadi.
Mendengar gosipan mereka, membuat Er Kang naik darah. Mendidih. Dia pun segera pergi dari tempat itu sebelum terjadi dia lepas kendali dan malah membuat situasi ini semakin kacau.
***
To Be Continue…