Deg! Deg! Detakan jantung Lu Zhen Yang berdegup dengan kencang.
"Ekpresinya itu…. imut sekali…" gumam lelaki itu sesaat.
Lu Zhen Yang tergoda sesaat melihat keimutan Yu Xi yang manja itu. Dia pun segera melihat ke samping dan menutup matanya. Takut tidak bisa menahan godaan nafsu.
"Sudah selesai kok. Aku sudah selesai memberikan betadine dan membalutnya dengan perban." kata Lu Zhen Yang tersipu.
"Tuan muda Lu? Tangannya sangat panas." batin Yu Xi merasakan hawa panas dari tangan Lu Zhen Yang yang sedang memegangi pahanya itu.
"Kemarin, dia menemani ku ngobrol di baklon. Apakah dia sakit karena terkena angin dingin dari luar?" batin Yu Xi khawatir.
"Tuan muda Lu, apakah kamu tidak apa-apa?" Yu Xi pun hendak menjulurkan tangannya dan hendak mengukur panas di kening Lu Zhen Yang. "Tangan mu sangat panas, apakah kamu demam?"
Lu Zhen Yang pun menarik tangan Yu Xi yang lembut itu.
"Jangan sentuh aku!" kata Lu Zhen Yang memperingatkan. "Jika tidak… kamu akan menanggung akibatnya!"
"Terlalu dekat…" batin Yu Xi jadi deg-degan.
"Baik… baiklah, aku tidak akan menyentuh mu." kata Yu Xi. "Sekarang, bisa tidak lepaskan tangan ku?"
Lu Zhen Yang pun mundur dan melepaskan tangan gadis itu. Ketika Yu Xi turun dari meja itu dan mencoba untuk melangkah, kakinya terasa lemas sekali. Untuk berjalan selangkah saja tidak bisa. Dia pun kehilangan keseimbangannya dan jatuh. Untung saja Lu Zhen Yang berhasil menangkap tubuh gadis itu. Keduanya pun saling bertatapan. Dekat sekali.
"Xi Er…" detak jantung Lu Zhen Yang sudah berdegup dengan kencang.
"Lu Zhen Yang…"
Lu Zhen Yang pun semakin mendekat. Ketika dia hendak mencium Yu Xi, ciuman itu terhenti karena mendengar namanya dipanggil.
"Tuan muda Lu?!" panggil pak kepala sekolah itu.
Lu Zhen Yang pun menggendong Yu Xi lagi seperti putri sambil melangkah ke arah pintu.
"Hei, tuan muda Lu! Lepaskan aku!" pinta Yu Xi. "Apa kamu berencana keluar dengan menggendong ku seperti ini? Tidak kan?!"
Pintu pun dibuka oleh Lu Zhen Yang.
"Turunkan aku!" pinta Yu Xi lagi. "Keluar seperti ini sangat memalukan tau….!!"
"Eh?" Yu Xi tersentak melihat pak kepala sekolah jongkok di depan pintu.
"Ai Ya! Tuan muda Lu sudah selesai beristirahat rupanya. Masalah pembullyan yang tuan muda Lu bicarakan tadi sudah diurus." kata pak kepala sekolah itu dengan ramah. "Yu Xi, apakah dia masih bisa jalan? Apakah mau mengirim seseorang untuk mengantar kalian pulang?"
"Tidak perlu. Aku akan mengantarkannya sendiri." kata Lu Zhen Yang.
"Baru saja…. si pria tua itu menguping, kan?!!!" batin Yu Xi jadi tidak enak. Takut terjadi kesalahpahaman.
"Tuan muda Lu, turunkan aku!" pinta Yu Xi bersikeras untuk turun. "Di depan semuanya teman-teman sekelas dan sekolah ku! Nanti ada yang lihat, bagaimana?"
"Aku tidak keberatan." kata Lu Zhen Yang.
"Yah kamu tidak, tapi aku keberatan!" batin Yu Xi kesal.
"Dia seperti ini, aku sama sekali tidak bisa pergi dengan tenang. Sepertinya harus bertindak dulu." batin Lu Zhen Yang.
"Sekarang kamu ini pasien tau, dan lukanya semakin parah, tentu saja aku harus menggendong mu." kata Lu Zhen Yang. "Lantas sebagai pria, apa tidak khawatir melihat mu berjalan sendiri dengan keadaan terluka seperti ini?"
Semua mahasiswi-mahasiswi yang berdiri di lorong itu terdiam bengong dan terpesona menatap ketampanan Lu Zhen Yang. Tapi ada juga yang iri melihat Lu Zhen Yang membopong gadis di pelukannya.
"Sepertinya itu tuan muda Lu! Aku tidak salah lihat kan?! Bagaimana bisa tuan muda Lu ada di sekolah kita?!"
"Aw! Tuan muda Lu sangat tampan sekali!"
"Ya kau benar. Tapi… siapa gadis yang ada di pelukannya itu? Iri sekali deh!"
"Wah, enaknya gadis itu di peluk oleh tuan muda Lu!"
"Tamat sudah! Tidak bisa memperlihatkan wajah ku lagi di sekolah!" Yu Xi pun menyusutkan dirinya. Menempel ke Lu Zhen Yang lebih dekat lagi. "Jika tidak bagaimana nanti aku akan bertemu dengan orang-orang di sekolah ini?!"
"Begini sepertinya bagus…" batin Lu Zhen Yang. Lelaki ini pun tersenyum menatap Yu Xi. Dia pun memeluk Yu Xi erat-erat, dan membawa gadis itu pergi ke mobil.
Wajah pak kepala sekolah itu sudah merona merah. Merah sekali. Sampai-sampai mimisan. Mengingat kejadian tadi yang didengar olehnya sendiri dengan kedua kupingnya dibalik pintu kantornya.
"Aw~!" pekik Yu Xi kesakitan.
"Apa aku menyakiti mu?" tanya Lu Zhen Yang khawatir.
"Tidak! Teruskan saja, hmm…." jawab Yu Xi manja.
"Tuan muda Lu… aw!" pekik Yu Xi dengan manja lagi.
"Tuan muda Lu, aku sudah mendengar semuanya!" batin pak kepala sekolah itu. "Yu Xi, kamu sangat beruntung sekali, mendapatkan tuan muda Lu!"
Sebenarnya pak kepala sekolah itu salah mengira. Lu Zhen Yang hanya membantu mengobati luka kecil saja, tidak terjadi apa pun. Tapi, gegara Yu Xi membuat suara manja yang aneh-aneh, menyebabkan pak kepala sekolah itu salah mengira bahwa Yu Xi dengan Tuan Muda Lu sedang melakukan sex.
Di mobil…
"Beberapa hari ini, istirahatlah yang cukup." kata Lu Zhen Yang sambil memasangkan sabuk pengaman untuk Yu Xi. "Kamu tidak perlu khawatir soal kuliah mu, tahu tidak?"
"Ok... baiklah." jawab Yu Xi menurut. Entah kenapa, bersama dengan pria ini Yu Xi menjadi penurut sekali.
"Beberapa hari ini tinggal saja di rumah ku jika kamu tidak nyaman dengan rumah mu." kata tuan muda Lu. "Akan ada yang menjaga mu, jadi aku bisa tenang."
"Oh... Hah?!" Yu Xi akhirnya tersadar dari lamunannya. "Tinggal di rumahnya?!"
"Tidak, aku tidak bisa tinggal di rumah mu." kata Yu Xi segera menolak. "Aku bisa tinggal di rumah teman ku selama beberapa hari kok."
"Bagaimana bisa aku tinggal dengan serumah?! Gawat!" batin Yu Xi panik. "Aduh bagaimana ini?"
Mendengar penolakan itu, raut wajah Lu Zhen Yang jadi murung. Dingin dan menyeramkan.
"Baru saja mengobati lukanya, dan dia sudah seperti itu…" batin Lu Zhen Yang mengingat kejadian di ruang kantor kepala sekolah tadi. "Jika terlihat oleh pria lain ekpresi imutnya itu, pasti pria lain akan jatuh cinta padanya!"
Lu Zhen Yang pun menggertakan giginya.
"Tidak boleh ada pria lain yang menyentuh Xi Er selain aku!" batin Lu Zhen Yang. "Aku akan cepat membawanya pulang ke rumah ku! Di sana lebih aman untuknya!"
"Bagaimana ini? Raut wajahnya saja sudah menyeramkan seperti itu. Bagaimana bisa aku memprovokasi dia?" batin Yu Xi. "Ah, sial! Sepertinya rencana ku untuk ke toko obat tradisional itu ku tunda saja dulu."
Lu Zhen Yang pun membawa Yu Xi pulang ke kediamannya.
***
To Be Continue…