Sandra mondar-mandir di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 02.30 sore. Dan 2 jam lagi Alex akan pulang dari kantor. Dia menarik napas lalu membuangnya lagi. Begitu terus berkali-kali untuk mengurangi ketegangan. Oke, Sandra semua akan baik-baik saja Alex pasti mengerti dan dia akan memaafkannya. Toh perusahaannya baik-baik saja.
Sedang asyiknya mondar-mandir Sandra lihat layar ponselnya menyala. Dan tertulis Mbak Ayu calling.
"Halo Mbak ada apa?"
"...."
"Mbak kenapa nangis?"
"...."
"Mbak tolong tenang dulu Sandra akan segera datang oke?"
Entah apa yang terjadi pada Mbak Ayu tetapi Sandra tak pernah mendengar Ayu menangis histeris seperti itu. Sandra langsung mengambil kunci mobil dan mengemudikan mobilnya ke arah apartemen kakaknya. Entah kenapa saat keadaan genting jalanan malah macet parah seperti ini.
Setelah 1 jam lebih akhirnya Sandra sampai di tempat tujuan. Dia langsung naik menuju lantai 6 di mana kamar apartemen Ayu berada. Untungnya Sandra juga mengetahui kode keamanan apartemen kakaknya, jadi tanpa mengetuk dia langsung menerobos masuk ke dalam.
Pemandangan yang Sandra lihat begitu memasuki apartemen adalah sangat berantakan.
Sandra telusuri setiap ruangan lalu dia melihat Mbak Ayu duduk di lantai samping ranjang. Wajahnya tertutup di ke dua kakinya yang ditekuk.
"Ada apa Mbak? Apa ada maling atau rampok? Kenapa apartemen Mbak berantakan sekali?"
Ayu mendongakkan wajahnya yang ternyata penuh lebam.
"Ya Tuhan siapa yang melakukan ini Mbak?" Sandra sungguh syok melihat keadaan kakaknya itu.
Bukannya menjawab pertannyaan Sandra, Ayu justru menangis semakin kencang.
"Shh ... tenang Mbak aku ada di sini semua akan baik-baik saja."
"Semua nggak baik-baik aja San ...."
"Emang ada apa Mbak? Kenapa Mbak babak belur? siapa yang nglakuin semua ini?" tanya Sandra benar-benar khawatir dengan keadaan kakaknya.
"An ... Andrew," jawab Ayu lirih.
"Mas Andrew tunangan Mbak?" tanya Sandra tidak percaya.
"Iya."
"Dasar cowok berengsek. Udah berapa kali dia mukulin Mbak? Tenang aja Mbak aku akan bales tu cowok bajingan. Dan aku bakal ngomong sama ayah ibu agar membatalkan pertunanganmu."
"Hiks ... hiks ... jangan San ... ini bukan salah Andrew."
"Bukan salah dia gimana sih Mbak udah jelas dia mukulin Mbak."
"Tapi dia punya alesan untuk nglakuin semua ini."
"Ya ampun Mbak apa pun alesannya seharusnya ngak ada laki-laki terhormat yang bakal mukulin tunangannya sendiri kecuali kalau Mas Andrew itu psikopat."
"Tapi ... Ini memang salahku A-a-ak-aku ... aku ... hiks ... aku ... ha ... mil ... San ...." Ayu memeluk Sandra lagi dan menangis semakin kencang.
"Haamill!!!! Sial sial sial, tu cowok bener-bener ya. Jadi Mas Andrew bukan hanya mukulin Mbak tapi juga nggak mau tanggung jawab? Uh ... dasar kadal buntung. Monyet ragunan. Awas ya aku bakal bales berkali-kali lipat." Sandra benar-benar emosi, tetapi ketika dia hendak beranjak pergi tangannya malah ditahan oleh Ayu.
"Jangan San ... ini salah Mbak. Anak ini bukan anaknya Andrew."
"Whatttttt???" Oke fix sekarang Sandra kaget. Ini tidak mungkin. Sandra tahu Mbak Ayu sayang banget sama Andrew. Enggak mungkin Mbak Ayu selingkuh.
"Mbak Mbak gak bercanda kan maksudku Mbak selingkuh? Atau Mbak diperkosa?"
"Aku gak sengaja melakukan ONS."
"ONS? One night stand. Serius? Mbak ngelakuin itu??" Sandra benar-benar syok.
"Mbak nggak sengaja. Kamu ingat malam resepsi pernikahanmu? Mbak pulang cepet karena bos Mbak pengen melakukan ONS tapi tiba-tiba dibatalin karena suaminya pulang jadi Mbak musti hub cowok yang harusnya kencan sama Bos Bella. Jadi Mbak samperin aja ke hotel buat batalin. Tapi tu cowok malah ngira aku gantinya Mbak Bella, trus tiba-tiba semuanya sudah tejadi."
"Trus Mbak mau gitu aja? Kenapa nggak nolak Mbak?"
"Aku sebenernya pengen nolak tapi aku nggak tau dia ganteng banget trus pas dia cium Mbak. Mbak terlena dan gak tau gimana tiba-tiba semua udah terlambat."
Sandra hanya bengong memandangi wajah Ayu yang acak-acakan. Otaknya masih memproses perkataan Ayu. Kakaknya yang cantik sangat feminin dan aristrokat. Terpesona sama cowok enggak dikenal dan making love dengan kesadaran penuh.
Kalau begini kejadiannya Sandra hanya bisa duduk pasrah di sebelah Ayu dan diam tidak tahu harus berbuat apa. Masalah Sandra sendiri belum kelar dan sekarang ditambah masalah Ayu.
"Trus sekarang Mbak mau gimana? Mbak mau minta tanggung jawab sama itu cowok?"
"Aku gak tau San ... aku gak tau cowok itu di mana. Jangankan alamat namanya lengkapnya aja aku gak tahu."
"Trus gimana Mbak? Mbak nggak mungkin gugurin itu kandungan kan?"
"Ya enggaklah San ... pikiranmu kok kayak gitu sih. Lagian emang aku gila apa? Bagaimanapun ini darah dagingku aku gak mungkin membuangnya."
Hening kembali.
"Mbak istirahat gih ... kita pikirkan lagi besok biar aku yang beresin apartemen Mbak."
Ayu cuma mengangguk lalu naik ke ranjang. Sandra lalu menyelimutinya dan mulai membereskan apartemen yang seperti kapal pecah.
Saat semua selesai ternyata udah jam 9 malam. Sandra bahkan lupa belum menghubungi Alex. Seketika dia mencari ponselnya. Sial, karena terburu-buru ternyata Sandra lupa membawa ponsel.
Sandra memakai ponsel Ayu untuk menghubungi suaminya agar mengetahui keberadaannya.
"Halo!"
"Sayang ...."
"San San kamu di mana? Kenapa pergi gak bilang-bilang aku mencarimu dari tadi? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Alex terdengar panik.
"Maaf Sayang aku tadi terburu-buru dan lupa membawa HP. Aku sekarang ada di rumah Mbak Ayu dia bertengkar dengan tunangannya dan sekarang dia lagi sakit."
"Baiklah aku jemput sekarang ya."
"Nggak usah sayang aku mau tidur di sini saja mau nemenin Mbakku dulu nggak apa-apa kan? Please kamu ngertiin ya sayang.besok aku janji bakal cepet pulang kok?"
"Huft ... oke deh tapi kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya Sayang."
"Iya Sayang."
"I love you San San."
"Love you too."
****
TBC.