Satu minggu berlalu setelah hari itu. Chanyeol tidak mau meninggalkan Baekhyun di Apartemen sendirian. Chanyeol mengatakan jika keduanya sudah sah menjadi sepasang suami istri. Keduanya memang sudah mendaftarkan pernikahan mereka dua hari lalu dan akan melaksananakan pernikahan sesungguhnya dua hari lagi.
Terkesan mendadak memang, ini karena Baekhyun terus saja menangis saat bangun tidur keesokan harinya.
Chanyeol takut gadis itu berubah pikiran, dan membatalkan pernikahan mereka yang entah sudah dipersiapkan atau belum.
"Kau memperkosaku Park Chanyeol" Baekhyun menangis sambil memeluk tubuh Chanyeol.
Keduanya masih sama-sama telanjang setelah kegiatan panas mereka semalam.
"Astaga, aku tidak! kita melakukanya secara sadar" Chanyeol mengusap-usap kepala Baekhyun untuk menenangkanya.
"Tapi kau menyakitiku, aku bersumpah ini sakit sekali" tangis gadis itu semakin menjadi dan semakin mengeratkan pelukanya di tubuh Chanyeol.
"Memang sudah seharusnya seperti itu sayang" Chanyeol berusaha tenang.
"Tapi kau, punyamu terlalu besar Chan, itu menyakitkan" Baekhyun memukul punggung laki-laki itu.
"Astaga Baek" Chanyeol mulai frustasi karena Baekhyun menyalahkan miliknya yang besar "...baiklah, maafkan aku, aku yang salah"
"Sakit Chan, sakit!" Baekhyun memelas.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Chanyeol tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan gadis itu.
"Peluk aku"
Jika itu pelukan, tanpa diminta pun, Chanyeol akan senang hati melakukanya.
"Chan" Baekhyun sudah lebih tenang.
"Ya sayang, sudah lebih baik?" Chanyeol menunduk untuk melihat gadis yang berada di pelukanya.
"Sejak kapan tatto itu ada di pinggangmu?" Baekhyun mengusap-usap tatto yang ada pinggang Chanyeol. Baekhyun baru mengetahuinya semalam, karena letaknya agak tertutup.
"Hmm, mungkin sekitar setahun lalu, kau tidak suka?" Chanyeol seraya mengingat.
"Ya, aku tidak suka" Baekhyun masih saja mengusap-usap tatto itu "...karena itu--itu membuatmu terlihat lebih seksi dan menggairahkan, dan itu membuatku--"
"Mau mencoba mencoba Morning Sex?"
Baekhyun membelalak saat mendengarnya.
"...kau mengusap-usap pinggangku, itu sama saja kau memancingku"
"Tapi--"
"Tenagaku masih tersisa banyak" sergah Chanyeol.
Dengan cepat laki-laki itu bangkit dan menindih Baekhyun yang baru saja merasa tenang.
"Tidak! Jangan memperkosaku lagi"
Mereka melakukanya malam itu, entah setan dari mana yang merasuki kedunya untuk melakukan hubungan sex, padahal dengan tegas Baekhyun mengatakan jika dirinya sedang sakit. Tapi perkataan hanya perkataan, Baekhyun tidak kuasa menahan hasratnya, keduanya kembali berciuman dan terbakar nafsu hingga berakhir dengan Chanyeol yang benar-benar merobek keperawanan Baekhyun. Tidak ada yang salah dan tidak ada paksaan di sini, keduanya melakukanya secara sadar dan atas kemauan mereka sendiri, tapi saat pagi hari, Baekhyun dengan seenak nya mengatakan jika Chanyeol sudah memperkosanya.
Chanyeol terus saja melihat Baekhyun yang berjalan kesana kemari seperti kebingungan, laki-laki itu hanya mengikuti setiap pergerakan Baekhyun.
"Ada apa denganmu sayang?" Chanyeol mulai lelah melihat Baekhyun yang gelisah, entah untuk alasan apa.
"Entahlah, aku sangat takut" Baekhyun duduk di samping Chanyeol.
"Takut?" Chanyeol menautkan kedua alisnya.
"Aku takut jika aku hamil" Baekhyun terang-terangan mengatakannya.
"Hamil? Tidak mungkin sayang" Chanyeol tertawa, mustahil itu terjadi, karena mereka hanya melakukannya malam itu.
"Chan, saat kita melakukanya, aku sedang masa subur"
"Apa!?" Chanyeol terkejut, tapi laki-laki itu kembali bersikap biasa saja "...tapi ini baru saja satu minggu, tidak mungkin kau hamil secepat itu, kita melakukanya hanya—"
"Tiga kali!" Baekhyun menyela, gadis itu mengingatkan jika Chanyeol memasukinya 3 kali.
"Ah, aku lupa, itu karena kau terlalu sayang untuk aku biarkan" Chanyeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ish!"
"Tidak usah takut, aku akan menikahimu jika kau hamil, aku laki-laki yang bertanggung jawab sayang" Chanyeol mengatakanya denga santai, bahkan terlalu santai.
"Ya! Dasar bodoh! Bukankah kita memang akan menikah 2 hari lagi" Baekhyun memukul lengan Chanyeol.
"Lalu untuk apa kau takut jika benihku jadi di dalam sana, bukankah itu bagus, kita akan segera punya anak tanpa menunggu lama" tunjuk Chanyeol pada perut Baekhyun.
"Kau tidak mengerti Chan" Baekhyun masih saja khawatir jika dia hamil.
"Sebenarnya apa yang kau takutkan?" Chanyeol benar-benar tidak mengerti dengan pemikiran Baekhyun saat ini. Keduanya akan menikah 2 hari lagi, walaupun keduanya hanya menggelar pernikahan sederhana, karena tidak cukup waktu untuk mempersiapkanya.
Keduanya hanya akan mengundang sahabat dan keluarga saja, tidak akan ada pesta meriah, karena keduanya memang aneh dan tidak terlalu menyukai keramaian. Walaupun demikian, kedua keluarga tetap mempersiapkan pesta untuk pernikahan Chanyeol dan Baekhyun, walaupun keduanya menolak dengan keras.
"Kau tahu kan jika wanita hamil 3 bulan pertama tidak boleh melakukan itu"
"APA?!" Chanyeol benar-benar terkejut setelah Baekhyun mengatakan kekhawatiran yang sebenarnya "...tidak! jangan biarkan kau hamil Baek, jangan sayang, aku mohon"
"Apa sekarang aku takut?"
Chanyeol mengangguk seperti orang bodoh, sedangkan Baekhyun hanya tersenyum dan mengusap pelan pipi laki-laki itu.
.
.
.
Hari pernikahan mereka akhirnya tiba, dan kurang dari satu jam lagi keduanya akan mengikrarkan pernikahan keduanya di hadapan Tuhan, untuk hidup bersama.
"Apa Baekhyun hamil?" Sehun menanyakan hal itu tiba-tiba.
"Apa?" Chanyeol merasa gatal di telinganya saat Sehun menanyakan hal itu.
"Pernikahan kalian sangat mendadak, bahkan kau baru memberitahuku seminggu lalu, dan kalian tidak pernah menyinggung tentang pernikahan" kali ini Jongin.
"Tapi itu tidak benar, Baekhyun tidak hamil" Chanyeol membantahnya dengan tegas
"Lalu kenapa ini tiba-tiba?, bukankah kalian tidak berkencan?" Jongin menambahkan, sedangkan Sehun sibuk dengan pikiranya sendiri, entah apa yang laki-laki berkulit pucat itu pikirkan.
"Terserah kalian saja"
"Hyung, aku ingin menanyakan ini sejak dulu, tapi aku tidak pernah sempat mengatakanya karena kau selalu sibuk" Sehun tiba-tiba.
"Katakanlah"
Chanyeol dan Jongin bersiap mendengarkan perkataan Sehun yang sepertinya benar-benar serius jika dilihat dari ekspresi wajahnya.
"Kau sering menginap di Apartemen Baekhyun bukan?" Chanyeol hanya mengangguk menjawab pertanyaan Sehun.
"Apa kalian sering melakukanya?" Sehun menggerakan kedua tanganya naik turun di depan pangkal pahanya, dan hanya orang idiot yang tidak tahu apa maksud Sehun.
"Aish! Aku kira apa" Jongin menggelengkan kepalanya, laki-laki itu tidak habis pikir dengan pemikiran Sehun.
"Kami baru melakukanya sepuluh hari lalu" Chanyeol mengatakanya dengan mudahnya, entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu, sedangkan kedua sahabatnya sudah mempunyai istri, dan tidak menutup kemungkinan pembicaraan itu akan menuntut Chanyeol menceritakan kejadian malam itu.
"Lalu, bagaimana rasanya Hyung?" Sehun semakin penasaran, Jongin tidak bisa apa-apa selain mendengarkan, sejujurnya laki-laki tu juga penasaran, tapi dia tidak sejahil Sehun untuk bertanya dan menggoda Chanyeol.
"Saat pagi hari, aku dituduh memperkosanya"
Sehun tertawa terbahak-bahak, bahkan Jongin yang sejak tadi ikut tertawa.
"Aku benar-benar merasa seperti seorang penjahat" Chanyeol mengeluh.
Chanyeol sudah menduganya, siapapun orang yang mendengar ceritanya pasti menertawakanya, karena itu memang konyol.
Upacara pembarkatan sudah selesai satu jam lalu, tapi keduanya masih bertahan di dalam gereja, Chanyeol dan Baekhyun tampak serius memanjatkan doa. Tidak ada pesta setelah upacara itu selesai, baik keluarga Chanyeol atau Baekhyun membiarkan keduanya bertahan sedikit lama, sedangkan orang tua mereka mempersiapkan makan malam untuk kedua keluarga. Untuk saat ini hanya itu yang bisa keluarga mereka lakukan.
"Ayo kita pulang" Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun yang sudah resmi menjadi istrinya.
"Tunggu" Baekhyun menarik tangan Chanyeol yang sudah berdiri dan bersiap keluar.
"Kenapa sayang?"
Chanyeol kembali duduk di samping Baekhyun
"Kau memohon apa?" Baekhyun penasaran.
"Aku" Chanyeol seraya mengingat doa-doa yang dia panjatkan "...banyak hal yang aku minta"
Baekhyun masih setia mendengarkan, wanita itu bersiap mendengarkan cerita suaminya.
"Aku berdoa agar pernikahan kita dilimpahi kebahagiaan sepanjang hidup kita, mempunyai banyak anak, dan kita bisa menua bersama, selalu bersama sampai maut menjemput salah satu dari kita kelak"
Chanyeol tersenyum lembut sambil mengusap pipi Baekhyun.
"Terimakasih Chan, maafkan aku sempat meragukanmu waktu itu" Baekhyun tersenyum tidak kalah manis dari suaminya.
"Tak apa sayang, aku tahu itu akan terjadi, aku sadar diri bagaimana sifat kita" Chanyeol masih mengusap pipi Baekhyu.
"Aku mencintaimu"
"Aku lebih mencintaimu"
Keduanya mendekatkan wajahnya, tatapan Chanyeol saat ini terfokus pada bibir Baekhyun yang membuatnya lupa diri setelah mengucapaka janji pernikahan mereka, keduanya berciuman sangat lama, keduanya lupa jika saat itu banyak orang yang menyaksikan. Keduanya berhenti saat sang pendeta berdeham hingga membuat kedua ya terkejut dan melepaskan ciuman mereka.
"Ekhem!" suara itu menginterupsi lagi saat bibir keduanya hanya berjarak beberapa inci saja "Kalian masih di sini nak?"
Baik Chanyeol ataupun Baekhyun keduanya berjingkat, keduanya terkejut luar biasa.
'Pak Tua ini!'
Chanyeol menjauhkan wajahnya dan menunduk pada pendeta yang hendak keluar dan memergoki keduanya hampir berciuman. Demi apapun laki-laki itu kesal luar biasa.
"Ah ya, kami akan pulang"
Keduanya bangkit dan membungkuk pada pendeta yang sudah tidak muda lagi itu.
"Tuhan memberkati pasangan pengantin baru seperti kalian"
Pria tua itu tersenyum ramah dan berlalu meninggalkan keduanya.
"Terimakasih" Baekhyun dan Chanyeol kembali menunduk.
"Mengagetkan saja"
Chanyeol menatap punggung pria itu yang semakin menjauh dari tempat keduanya berdiri.
"Ah iya Baek, aku juga berdoa agar satu atau dua bulan kedepan, kau tidak hamil dulu"
"Kenapa?"
"Agar kita bisa melakukanya kapanpun" Chanyeol tersenyum tanpa dosa.
Baekhyun tidak habis pikir, kenapa dia tidak menyadari jika selama ini Chanyeol sangat mesum.
"Ya! Mesum!"
"Ini karenamu sayang"
.
.
.
"Baek, Baek"
Chanyeol meracau saat merasakan nikmat hangatnya milik Baekhyun yang terus saja menjepit miliknya.
"Nghh~ahhh~"
"Suaramu sangat indah sayang"
Chanyeol tersenyum puas saat melihat wajah terangsang Baekhyun, wanita itu tampak menikmati setiap hujaman Chanyeol.
"Akhh~" Baekhyun tidak bisa mengatakan apa-apa selain suara desahan yang membuat hasrat Chanyeol semakin terbakar.
"Bagaimana rasanya sayang?" Chanyeol terlihat seperti sedang memperkosa gadis, wajahnya terlihat seperti laki-laki brengsek. Tapi, demi apapun, itu terlihat sangat-sangat seksi dan menggairahkan.
"Kau benar-benar! Akhh~Chan!"
Baekhyun tidak sempat marah, karena Chanyeol membungkamnya dengan menghentakan milik ya dengan keras, membuat Baekhyun hanya bisa mengerang dan mendesah keras.
"Mmhh~Baek" Chanyeol memejamkan matanya saat milik Baekhyun tidak berhenti berkedut, istrinya tidak sadar jika sedang orgasme dan tidak sengaja mencakar dagu Chanyeol, tapi itu bukan masalah karena Chanyeol lebih merasakan kenikmatan di bawah sana ketimbang sebuah luka cakaran yang tidak berarti.
Chanyeol menggerakan miliknya dengan tempo sedang, laki-laki itu tengah menikmati wajah lemah Baekhyun yang memerah setelah orgasme pertamanya...
"Chan~"
"Iya sayang~" Chanyeol menyadari jika saat ini Baekhyun dalam fase pleteu, wanita itu kembali terbakar gairah, ini kesempatan untuknya dan kembali menghentakan milik ya dengan keras dan lebih cepat.
"Shh akh! Park Chanyeol!"
"Kau terlihat seksi sayang, aku sangat menyukainya, sayang arghh!"
Baekhyun hanya memejamkan matanya, wanita itu benar-benar pasrah mengikuti permainan Chanyeol yang seenaknya, tapi itu nikmat luar biasa, perasaanya naik turun tidak karuan.
"Chanyeol! aku mohon, lebih akhh~" Baekhyun memohon pada Chanyeol agar melakukanya lebih cepat.
"Panggil aku Daddy, Baby" Chanyeol berbisik dengan suara parau "...jika tidak, aku akan mencabutnya sekarang"
"Mhh~yeshh Daddy~nghh~" Baekhyun pasrah dan memanggil Chanyeol seperti itu, karena suaminya mengancam akan mencabut dan menghentikan kenikmatan yang dia rasakan.
"Ya, begitu sayang panggil aku Daddy Arghh~" Chanyeol merasakan rambut halus di sekujur tubuhnya berdiri saat milik Baekhyun kembali mengetat an menjepit kejantananya erat, istrinya kembali menjemput puncaknya.
"Aakhh~Daddy~" Baekhyun memejamkan matanya saat miliknya berkedut cepat, itu terasa nikmat luar biasa.
"Aku datang sayang, Akhh~mmhh~" Chanyeol menghentak keras, membenamkan kejantananya dalam-dalam sebelum menyemburkan semuanya di dalam sana.
"Bagaimana rasanya bercinta di dalam mobil?" Chanyeol bertanya dengan nafas terengah-engah dan menatap lekat wajah Baekhyun yang terlihat berantakan karenanya.
"Chanyeol!" Baekhyun terlihat malu.
"Daddy" Chanyeol memutar kejantatanya yang masih berada di dalam membuat Baekhyun menggigit bibir nya sambil memejamkan matanya.
"Ya Daddy" Baekhyun mengangguk "...lepaskan, kita harus ke tempat makan malam keluarga kita" Baekhyun memohon, wanita itu tahu jika suaminya sedang menggodanya karena Chanyeol terus saja memutar kejantananya di sana, Chanyeol berada pada fase plateu.
"Anghh~"
Baekhyun tidak tahan dan meloloskan lenguhanya.
"Sayang, kau menggodaku?" Chanyeol dengan wajah menggoda.
"Ti-tidak, Akhh~" Baekhyun kembali mendesah karena Chanyeol kembali menggerakan kejantananya di bawah sana, ini gila. Demi apapun Baekhyun merasa jika dirinya sedang diperkosa suaminya sendiri.
Bahkan Chanyeol mengabaikan kenyataan jika mobil mereka masih berada di pelataran gereja.
"Maaf Baby, aku janji, hanya satu kali lagi saja akhh~"
.
.
.
Chanyeol dan Baekhyun sedikit terlambat datang ke acara makan malam kedua keluarga mereka. Di tempat itu sudah berkumpul keluarga masing-masing, kedua orang tua Chanyeol dan adik perempuanya Chaeyoung, juga kedua orang tua Baekhyun dan adik laki-lakinya Taehyung. Mereka sedang berbincang santai saat pasangan pengantin baru itu datang.
"Kalian kemana saja?" Yuri ibu Chanyeol.
"Itu--"
"Sudahlah, yang penting mereka sudah di sini" Siwon Ayah Chanyeol.
"Baek, kenapa wajahmu seperti itu?, kau terlihat kelelahan" kali ini Junmyeon Ayah Baekhyun.
"Apa? aku?" Baekhyun tidak siap diberondong pertanyaan seperti itu "...ah aku--"
"Kami jalan-jalan di sekitar gereja, kami berkeliling beberapa kali" Chanyeol menyela, laki-laki itu takut jika Baekhyun mengatakan yang sebenarnya jika mereka bercinta di dalam mobil sebelum datang te tempat itu.
Semua orang yang berada di tempat itu hanya saling melihat. Entahlah, alasan Chanyeol sedikit aneh.
"Tapi Noona" Taehyung mulai menyadadari sesuatu "...gaunmu terkena sesuatu" Taehyung menunjuk ujung gaun yang Baekhyun gunakan. Taehyung melihat bercak putih di sana, adik laki-lakinya memang jeli.
"Ini--" Baekhyun bingung menjawab "...getah pohon, ya itu getah pohon"
"Oppa, lehermu kenapa? itu seperti darah" kali ini Chaeyoung.
"Ah ini, aku terkena ranting pohon" Chanyeol manjawab santai.
"Kenapa kalian tidak berhati-hati" Yuri menatap Chanyeol dan Baekhyun bergantian.
"Sudah, sudah jangan mengganggu kakak kalian"
Baekhyun hanya bisa menendang kaki panjang Chanyeol, demi apapun Baekhyun malu pada adiknya Taehyung. Adik laki-laki Baekhyun sangat peka, berbeda dengan Chaeyoung yang tidak terlalu curiga, karena Chanyeol mengatakan alasan yang masuk akal.
Setelahnya suasana kembali normal dan mereka mulai makan malam dan membicarakan sedikit tentang rencana Bulan Madu pasangan pengantin baru itu.
Tapi dengan tegas Chanyeol menolaknya dengan alasan sibuk danbakan melakukanya nanti, Baekhyun tidak bicara banyak masalah hal itu, wanita itu hanya mengikuti Chanyeol.
Taehyung sesekali melirik Baekhyun yang duduk di sampingnya, kakak perempuanya tampak risih saat Taehyung sesekali tertawa meledeknya.
"Ya! Makan dengan benar" Baekhyun kesal karena tatapan jahil dari adik laki-lakinya.
"Ada apa?" Irene mencegah Baekhyun yang hendak melayangkan pukulan pada Taehyung yang justru menahan tawanya.
"Anak nakal ini"
"Aku tidak melakukan apa-apa, kau sensitif sekali Noona" Taehyung membela diri.
"Kalian ini, bertengkarlah sepuasnya, karena kau akan merindukan kakakmu itu" Junmyeon justru tidak melerai keduanya.
.
.
.
Baekhyun keluar dari kamar mandi kamarnya dan melihat Chanyeol sedang merapihkan berkas pekerjaanya, laki-laki itu memang mengambil cuti selama satu minggu dari pekerjaanya, tapi berkas itu sangat penting dan esok hari pegawainya akan mengambil berkas itu.
"Kau sedang apa?" Baekhyun duduk di samping Chanyeol.
"Tadi itu, kita hampir saja ketahuan" Chanyeol melatakan berkas di tanganya dan menyimpanya di meja yang ada di samping.
"Taehyung tau" Baekhyun menatap Chanyeol yang beranjak dari duduknya dan menarik tangan Baekhyun, menuntun istrinya berjalan ke tempat tidur mereka.
"Apa?!" Chanyeol menghentikan langkahnya dan berbalik "...tapi, biarkan saja"
"Chan" Baekhyun menghentikan langkah suaminya.
"Ya? Ingin melanjutkan yang di mobil?" Chanyeol melirik dengan tatapan nakal.
"Apa?"
"Kau masih tuli? Aku pikir aku yang akan tuli karena kecanduan suara desahanmu"
"Park Chanyeol!" Baekhyun memukul lengan Chanyeol.
"Baiklah aku bercanda sayang, ada apa hmm?" keduanya sudah duduk di tepian tempat tidur.
"Apa benar kita tidak akan berbulan madu?"
"Apa kau keberatan?" Chanyeol merebahkan tubuhnya dan menarik Baekhyun hingga menindih tubuhnya.
"Tidak juga, hanya saja beri aku satu alasan agar aku yakin jika bulan madu itu tidak terlalu penting, bukankah uangmu banyak?" Baekhyun menggeser tubuhnya hingga keduanya tidur bersampingan, keduanya hanya menatap langit-langit kamar.
"Tentu saja uangku banyak" Chanyeol melihat Baekhyun yang memiringkan tubuhnya "...Baek, kau pikir jika pasangan pengantin baru bulan madu itu apa yang mereka lakukan?"
"Hmm menikmati suasana indah hanya berdua, dan menikmati keindahan tempat yang mereka datangi, itu yang terpenting" Baekhyun menjadikan lengan Chanyeol sebagai bantalan.
"Ada satu hal yang kau lewatkan sayang" Chanyeol memiringkan tubuhnya hingga keduanya berhadapan.
"Apa?" Baekhyun penasaran.
"Tentu saja bercinta setiap hari, bukankah itu tujuan mereka berbulan madu, bercinta sepuasnya tanpa ada yang mengganggu" lagi, Chanyeol mengerling nakal.
"Ya! Bisa serius tidak?" Baekhyun kembali memukul lengan suaminya.
"Aku serius, kau bisa tanya pada Sehun jika tidak percaya, Jongin pun akan berbaik hati menjelaskanya padamu" Chanyeol melihat wajah Bekhyun, istrinya terlihat menggemaskan jika sedang berpikir.
"Apa sebaiknya kita pergi Busan?" Baekhyun tiba-tiba.
"Tidak"
"Jeju?"
"Tidak"
"Ke--"
"Tidak sayang" Chanyeol tetap pada pendirianya, bukan berniat mengecewakan Baekhyun, tapi laki-laki itu punya alasan sendiri.
"Kenapa?"
"Tidak perduli kemanapun kita pergi, aku hanya akan menarikmu dan menidurimu kapanpun" Chanyeol mulai menggerayangi paha Baekhyun dan menaikan gaun tidur istrinya.
"Kau Mesum!" Baekhyun memukul tangan nakal Chanyeol.
"Ketahuilah aku tidak ingin tubuhmu dilihat siapapun, karena jika kita pergi ke suatu tempat, itu tidak menutup kemungkinan aku akan melakukanya di manapun" Chanyeol mengusap pundak dan lengan Baekhyhun hingga...
"Astag--aakhh~" Baekhyun terkejut saat tangan Chanyeol meremas dadanya tanpa ijin.
"Jangan menggodaku sayang"
"Chanhh~" Baekhyuh melenguh saat tangan nakal Chanyeol menyusup kebawah dan meremas miliknya yang masih tertutup celana dalam.
"Bulan madu itu" Baekhyun memejamkan matanya saat jari-jari besar Chanyeol sudah melesak kedalam miliknya dan memainkanya gemas "...kita akan melakukanya dengan cara kita sendiri"
Baekhyun lebih pasrah saat ini, wanita itu tidak munafik jika dirinya juga kecanduan disentuh laki-laki mesum itu, yang sialnya sudah menjadi suaminya hari ini. Mulai hari ini, Baekhyun berjanji pada dirinya sendiri, maka jika Chanyeol menggodanya Baekhyun tidak akan melawan, Baekhyun hanya akan membuka pahanya lebar-lebar.
"Mhh~Chan~"
"Aku datang sayang"
.
.
.
5tahun kemudian
"Sayang~" Chanyeol memeluk pinggang Baekhyun yang baru saja duduk di tepi tempat tidurnya.
"Tidak sekarang Sayang"
Baekhyun menyingkirkan tangan Chanyeol yang mulai mengusap dan menggerayangi paha mulus istrinya.
"Ayolah~"
Chanyeol bermain-main di leher Baekhyun, dan jangan lupakan tangan nakalnya yang kembali menggerayangi paha bagian dalam wanita itu.
"Chanyeol!"
"Papa!, mama!"
Baik Chanyeol maupun Baekhyun terkejut bukan main, anak laki-lakinya Park Yeo Reum yang tiba-tiba berdiri di depan mereka.
"Hei sayang, kemana adik-adimu?"
Chanyeol masih terkejut mendapati anak laki-laki berusia 4 tahun itu masuk ke kamarnya tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
"Itu"
Chanyeol mengikuti pandangan Yeoreum yang menunjuk kedua adiknya yang berjalan tertatih, baju keduanya kotor penuh bercak merah dan kecoklatan terkena saus dan kecap yang entah bagaimana caranay bisa mereka dapatkan.
"Astaga! Apa yang kalian lakukan?" Baekhyun bangkit dan menggandeng dua bocah yang terlihat mirip.
"Si kembar nakal" lagi, Yeoreum menunjuk kedua adiknya.
"Hei sayang, kau tidak boleh seperti itu, kau harus menjaga adik-adikmu"
Chanyeol meraih 2 anak kembarnya, yang menggengam kedua tangan Baekhyun, kemudian mengangkat keduanya. Sedangkan Baekhyun menarik si sulung yang terlihat merajuk.
Sesekali Baekhyun melirik boks bayi yang di dalamnya ada sesosok bayi mungil yang berusia 3 bulan, beruntung bayi mungil itu baru saja terlelap setelah kekenyangan menyusu.
Chanyeol dan Baekhyun membawa ketiga anaknya yang berantakan dan memandikan ketiganya.
Itu biasa terjadi, mengingat anak pertamanya Park Yeoreum masih berusia 4 tahun terpaksa menjadi kakak dari 3 adiknya, si kembar Park Gaeul dan Park Gyeoul yang berusia 2 tahun, juga bayi kecil yang baru berusia 3 bulan Park Bom.
Setelah dimandikan ketiganya merengek meminta makan, seperti sebuah kebiasaan ketiganya akan mengantuk dan tertidur setelah menghabiskan makan siangnya.
"Kau lihat?"
Tunjuk Baekhyun pada ke empat buah hatinya yang sengaja ditidurkan di kamar mereka.
"Ya aku lihat" Chanyeol memeluk Baekhyun dari belakang.
"Apa kau akan menambahkanya lagi?"
"Tentu, ayo!" Chanyeol melepaskan pelukanya dan menarik tangan istrinya. Laki-laki itu tidak mengerti maksud Baekhyun.
"Astaga! Bukan itu maksudku, kau tidak kasihan pada Yeoreum?, di usianya yang masih 4 tahun harus memiliki tanggung jawab menjadi seorang kakak dari 3 adik-adiknya" Chanyeol hanya mengangguk mendengar perkataan Baekhyun.
"Itu salahmu" tunjuk Chanyeol pada Baekhyun, laki-laki itu seenaknya menyalahkan istrinya.
"Aku?" tunjuk Baekhyun pada dirinya sendiri, wanita itu tidak terima.
"Bukankah kau tidak meminum pil-pil itu?"
"Ya! Bukan kah kau membuangnya setiap kali aku hendak meminumnya?" Baekhyun memukul lengan suaminya.
"Aku?"
"Ya Kau!"
Chanyeol hanya tertawa mengingat semuanya. Memang dirinyalah yang membuang semuanya, Chanyeol mengatakan jika tidak baik menunda hadirnya keturunan, dan di usia yang melebihi kepala 3, sudah seharusnya mereka mempunyai keturunan. Dan Chanyeol lupa jika di awal pernikahan, laki-laki itu berdoa dengan bersungguh-sungguh agar Baekhyun bisa menunda kehamilanya.
"Jadi?"
Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan sulit diartikan, entah apa yang ada di otak laki-laki itu, mengingat Chanyeol menjadi sangat mesum setelah menikah dengan Baekhyun.
"Apa?"
"Mereka sudah tidur, Ayo!" Chanyeol tiba-tiba mengangkat tubuh Baekhyun dan membawanya keluar kamar.
"Park Chanyeol! Lepaskan aku, kau membawaku kemana?" Baekhyun memukul pundak suaminya agar menurunkanya.
"Sayang, orang jaman dahulu mengatakan, semakn banyak anak maka harta kita akan semakin bertambah"
"Apa!?
"Stok spermaku masih banyak, jadi aku akan menghamilimu lagi"
Chanyeol mengerling nakal. Bukan tidak suka, Baekhyun masih sangat menyukai sentuhan laki-laki yang sudah memberinya 4 anak itu, hanya saja Baekhyun merasa jika ini konyol, mengingat anak terakhir mereka masih berusia 3 bulan.
"Park Chanyeol!!!"
.
.
.
One Chapter Left