Chereads / Blooming Days / Chapter 4 - Unconditionaly Days

Chapter 4 - Unconditionaly Days

Park Chanyeol berubah menjadi pria mesum semanjak hari itu. Baekhyun tidak lagi bekerja setelah melahirkan putri kembarnya Gyeoul dan Gaeul, Chanyeol melarang istrinya untuk bekerja dengan alasan yang terdengar manis dan dramatis. Alasan pria itu sangat masuk akal, dan mungkin salah satu bentuk keperdulianya pada sang istri dan bentuk tanggung jawab dan kasih sayang untuk istri dan anak-anaknya.

Chanyeol berubah banyak setelah menikah dan mempunyai 4 orang anak, dan Baekhyun mengakui itu, walaupun terkadang ada saja sikap Chanyeol yang masih membuatnya kesal bukan kepalang.

"Sayang~hhh, ahhh~"

Chanyeol memejamkan matanya saat menemui pelepasanya yang entah ke berapa kali. Dan salah satu perubahan Chanyeol yang sangat dirasakan oleh Baekhyun adalah, pria itu menjadi mesum berkali-kali lipat. Chanyeol akan menyetubuhinya di manapun saat dirinya menginginkanya.

"Maafkan aku sayang" Chanyeol mengecup kening Baekhyun "...apa aku menyakitimu?"

Chanyeol merasa jika Baekhyun hanya diam, kemudian wanita itu bangkit dari tempat tidur dan mengenakan pakaianya kembali. Chanyeol bertamnah heran saat Baekhyun keluar dari kamar mereka dan kembali dengan membawa sebuah wadah berukuran sedang.

'Pyar'

Tiba-tiba Baekhyun melemparinya dengan serbuk dengan butiran sedikit kasar yang dia ambil dari wadah yang ada di tanganya. Chanyeol terkejut bukan main, memangnya apa yang terjadi?

"Apa yang kau lakukan sayang?" Chanyeol menahan tanganya agar benda yang Baekhyun lemparkan tidak mengenai matanya juga Bom yang ada di sampingnya.

"Aku sedang melemparimu dengan garam, agar hantu mesum yang merasukimu pergi" Baekhyun menjawabnya begitu saja.

"Apa salahku?" Chanyeol saat Baekhyun meletakan wadah berisi garam itu di meja yang berada di kamar mereka.

"Salahmu?" Baekhyun berjalan mendekat "...kau terlalu mesum Park Chanyeol!"

"Tapi itu hanya padamu, aku bersumpah" Chanyeol bangkit dengan tubuh telanjangnya dan menghampiri Baekhyun yang hanya berdiri di tepian tempat tidur.

"Ya, aku tahu" Baekhyun berusaha tidak tergoda denga tubuh Chanyeol yang semakin mendekat "...tapi aku tidak habis pikir dengan mu"

"Memangnya ada apa denganku?" Chanyeol mengusap-usap pipi Baekhyun dengan gerakan lembut.

"Apa kau tidak merasa jika kau—"

"Itu karena kau sangat menggairahkan Sayang" Chanyeol berbisik dengan suara beratnya yang menggoda, demi apapun Baekhyun tergoda, wanita itu kembali meloloskan pakaian yang diakenakan dan memagut bibir suaminya. Tapi baekhyun tersadar saat melihat Bom bergerak tidak nyaman di atas kasur.

"Hentikan!" baekhyun menjauh dan meraih pakaianya yang sempat ia lepaskan untuk dikenakan kembali.

"Aigo~Bom-ie" baekhyun mengangkat Bom yang hampir terisak dan menanangkan gadis kecilnya itu.

"Apa dulu kau seperti ini?" Baekhyun melihat Chanyeol memakai pakaianya.

"Tidak! Kau bahkan tahu apa saja yang aku lakukan setiap harinya Baek"

"Aku tidak ingin kau mengulanginya Sayang" Baekhyun menggeleng sambil menatap Chanyeol yang hanya menggunakan pants nya saja.

"Apa yang salah?"

"Astaga! Kau menerkamku, bahkan saat Bom masih terjaga, kau—"

"Tapi kau menyukainya bukan" Chanyeol mendekat dan kembali berbisik.

"Itu—aku—" baekhyun terlihat salah tingkah.

"Tak apa Baek, aku tahu jika aku sangat memuaskan"

"Ish!" baekhyun memukul lengan Chanyeol.

~Unconditionaly Days~

Chanyeol sudah rapih dengan setelan kerjanya. Seperti biasa, di pagi hari Baekhyun menyiapkan sarapan untuk Chanyeol. Bom terbangun pagi-pagi buta, dan saat kedua orang tuanya bangun, bayi berusia 6 bulan itu sudah kembali tertidur.

"Apa Bom masih tidur?" Chanyeol mengecup pipi Baekhyun sekilas.

"Apa kau akan pulang terlambat malam ini?" Baekhyun meletakan piring yang berisi beberapa potong sandwich yang dia buat beberapa saat lalu. Chanyeol duduk dengan tenang seperti anak kecil yang siap diberi makan.

"Aku tidak tahu sayang" Chanyeol menggigit potongan sandwich pertamanya "...apa ada yang kau butuhkan?" Chanyeol menatap Baekhyun yang juga melihat ke arahnya.

"Apa kau tidak merindukan Yeoreum dan si kembar?" Baekhyun dengan tatapan yang sulit diartikan, entah tatapan jenis apa yang dia layangkan pada suaminya.

"Ah, aku hampir lupa" Chanyeol mengunyah sandwich itu dengan tenang.

"Apa!?" Baekhyun menautkan kedua alisnya "...bagaimana kau melupakan ketiga anakmu? Apa di otakmu hanya ada sex, sex dan sex" nada Baekhyun meninggi.

"Baek, aku—" Chanyeol terkejut saat Baekhyun terlihat sangat marah.

"Jika kau menikahiku hanya untuk itu—"

"Baekhyun! Apa yang kau katakan? Ada apa denganmu, kau tidak seperti ini" Chanyeol memotong kalimat Baekhyun yang semakin bersikap tidak masuk akal.

"Demi Tuhan Baekhyun, aku tidak berpikir sperti apa yang kau katakan, aku menyayangimu dan anak-anak, aku menyayangi kalian melebihi siapapun, aku mencintai kalian" Chanyeol tersulut emosi.

Chanyeol menghela nafas dalam, pria itu menyesal sudah meninggikan suaranya pada Baekhyun.

"Baekhyun! demi Tuhan, apa yang terjadi padamu?"

Chanyeol mencekal lengan Baekhyun yang melangkah meninggalkanya. Baekhyun terlihat aneh, kenapa dia sangat marah hanya karena hal seperti itu, bahkan itu sudah sering terjadi jika ketiga anak mereka dibawa oleh orang tua Chanyeol atau orang tua Baekhyun, ketiganya sangat tenang dan betah bersama kekek neneknya.

"Pergilah Chan, aku tidak ingin melihatmu" Baekhyun memalingkan wajahnya, wanita itu tampak menahan tangisnya, wajahnya memerah.

"Baekhyun apa yang terjadi? kenapa kau seperti ini?" Chanyeol bangkit dan memegang kedua bahu istrinya "...jika perkataanku salah, aku minta maaf, hanya jangan bersikap seperti itu" suara Chanyeol melemah.

Tidak menjawab, Baekhyun melepaskan tangan Chanyeol dari bahunya dan berlalu begitu saja.

"Baekhyun!"

"Pergilah, kau akan terlambat ke tempat kerja, aku akan menjemput mereka sendiri"

"Ba-baek—" Chanyeol terbata saat Baekhyun menyerahkan tas kerjanya. Baekhyun terlihat seperti sedang mengusirnya.

"Pergilah"

Chanyeol merasa jika sikap Baekhyun sangat aneh. Seingatnya, dirinya tidak melakukan apa-apa hingga membuat istrinya marah, Chanyeol tidak sama sekali melupakan ketiga anaknya yang berada di Rumah orang tuanya. Bahkan sebelum Baekhyun mengatakanya, Chanyeol sudah menelpon Ibunya untuk menanyakan kabar ketiga anaknya yang sejak beberapa hari ini menginap di Rumah orang Tua Chanyeol.

Chanyeol mengingat-ingat kembali apa yang dia lakukan sejak kemarin hari, Chanyeol mencari hal yang mungin menjadi kesalahan yang memicu emosi Baekhyun pagi ini. Tapi Chanyeol tidak merasa melakukan hal yang aneh dan memungkinkan membuat Baekhyun seperti itu.

"Apa yang terjadi? kau terlihat melamun"

"Eoh, Sehun-ah" Chanyeol menoleh dengan cepat saat Sehun menepuk bahunya.

"Apa ada yang kau pikirkan Hyung?" Sehun duduk di hadapan Chanyeol .

"Hm, Baekhyun"

"Baekhyun?" Sehun menaikan alis matanya.

"Ya, aku merasa hari ini dia sangat aneh" Chanyeol terlihat berpikir "...pagi ini dia marah hanya karena hal kecil, padahal hal itu sudah biasa terjadi, tapi pagi ini dia marah dan menangis" Chanyeol dengan wajah kebingungan.

"Tidak mungkin, bukan kah kalian sudah biasa ribut-ribut kecil hanya mempermasalahkan apapun yang tidak penting, dan kalian tidak pernah menganggapnya serius" Sehun tertawa kecil "...dan kalian akan kembali bercinta setelahnya" Sehun terkekeh saat mengatakanya.

"Entahlah, hanya saja Baekhyun terlihat sangat aneh pagi ini" kekehan sehun tidak merubah suasana hati Chanyeol.

"Baiklah, sebaiknya kalian bicara stelah kau pulang kerja, saat ini hanya fokuslah bekerja"

"Hm, terimakasih Sehun-ah"

Sehun bangkit dan beranjak meninggalkan ruangan Chanyeol yang bersebelahan dengan ruangan kerjanya. 4 tahun lalu Chanyeol dipromosikan menjadi salah satu direktur di perusahaan tempatnya bekerja, walaupun perusahaan itu milik ayahnya sendiri, tapi Chanyeol memulainya dari bawah dan berpindah-pindah departemen selama 3 tahun lebih hingga 4 tahun lalu, Siwon merasa cukup puas dengan kinerja anaknya hingga menempatkan Chanyeol di posisi yang seharusnya, sedikit berlebihan memang tapi Siwon hanya berpikir jika Chanyeol harus capable, dan bisa mengerti semua situasi yang ada di perusahaan.

Chanyeol masih berdiam diri di sofa yang berada di ruanganya, Chanyeol tidak bisa berkonsentrasi sama sekali dalam mengerjakan pekerjaanya, pria itu terus saja memandangi layar ponselnya yang tidak menyala sama sekali sejak dirinya berada di kantor. Bahkan pesan yang dia kirimkan pada Baekhyun setiap satu jam sekali tidak mendapatkan balasan apapun.

Chanyeol tidak mungkin menelpon Baekhyun saat ini karen pekerjaanya yang sangat banyak. Tapi Chanyeol tidak bisa fokus sama sekali dan memutuskan pulang lebih cepat dua jam dari seharusnya.

Chanyeol ingin meluruskan semuanya, pria empat anak itu akan berlutut pada Baekhyun jika memang dirinya salah. Demi apapun Chanyeol tidak merasa melakukan hal aneh apapun yang memungkinkan membuat Baekhyun marah hingga menangis dan mendiamkan dirinya pagi tadi.

Chanyeol sampai di rumah bergaya minimalisnya yang memang jaraknya tidak terlalu jauh kantornya, Chanyeol hanya mengabiskan waktu kurang dari 30 menit untuk sampai ke rumahnya.

Setelah menikah, Chanyeol dan Baekhyun pindah ke sebuah rumah yang diberikan oleh orang tua Chanyeol. Keduanya menolak pada awalnya, mereka hanya akan berencana menjual apatrement Baekhyun dan pindah ke apartemen Chanyeol yang lebih besar. Pernikahan keduanya memang mendadak hingga Chanyeol belum menyiapkan hunian lain selain apartement miliknya. Tapi akhirnya keduanya menerima rumah pemberian orang tua Chanyeol karena tidak ada lagi alasan bagi keduanya untuk menolak.

"Baek, sayang"

Chanyeol memanggil Baekhyun saat kakinya dia langkahkan ke dalam kamar tidur mereka.

Saat tidak mendapatkan jawaban, Chanyeol berkeliling ke seluruh rumah dan tidak juga mendapati istrinya itu di manapun. Bahkan saat Chanyeol mencoba memghubungi ponsel Baekhyun, wanita itu pun tidak menjawab panggilanya. Chanyeol masih berpikir positif jika Baekhyun mungkin sedang keluar dan membeli beberapa kebutuhan.

Chanyeol berniat membersihkan diri, tapi dia urung melakukanya saat melihat secarik kertas tertempel di pintu kamar mandi yang ada di kamarnya.

To: 4 Season Papa

"Aku pergi, jangan mencariku, mungkin aku berlebihan menghadapi sikapmu akhir-akhir ini. Aku tidak mengerti dengan diriku, aku benar-benar muak hanya dengan melihatmu saja, aku ingin menenangkan diri dan memahami apa yang aku inginkan sebenarnya. Maafkan aku, aku mungkin kekanakan, tapi aku benar-benar benci melihatmu beberapa hari ini, aku ingin kita tinggal terpisah selama beberapa waktu. Aku akan tinggal di rumah Eomma bersama 4 musim, jika kau merindukan mereka kau bisa datang, tapi aku mohon jangan mendekat padaku"

Maafkan aku,

4 season mama.

Chanyeol menautkan kedua alisnya, pria itu awalnya terkejut dan kakinya lemas saat membaca bagian awal surat yang Baekhyun tuliskan. Bagaimana tidak? Istrinya itu menuliskan jika dia akan pergi dan ingin tinggal terpisah selama beberapa waktu, tapi dia merasa aneh saat istrinya juga menuliskan di mana tempat dia akan tinggal.

"Haah, apa yang sebenarnya aku lakukan, hanya katakan apa salahku, aku jauh lebih baik saat kau memarahiku, ketimbang kau bersikap seperti ini Baekhyun"

Chanyeol memakai pakaianaya kembali, pria itu urung membersihkan diri dan meraih kunci mobilnya. Tujuan chanyeol jelas, pria itu memacu kendaraanya ke rumah orang tuanya

~Unconditionaly Days~

Chanyeol sampai di rumah orang tuanya hanya dalam waktu kurang dari satu jam, pria itu memarkirkan kendaraanya asal dan tergesa memasuki rumah orang tuanya.

Saat masuk, Chanyeol sudah disambut oleh tawa Bom yang berada di gendongan Chaeyoung. Gadis kecil berusia 6 bulan itu hanya terkikik saat Chaeyoung mengelitiki perut bulatnya.

"Oppa, kau datang?"

"Chaeyoung-ah, dimana istriku?" Chanyeol mengambil Bom dari gendongan Chaeyoung "...Bom-ie"

"Baekhyun Eonnie pergi menemani Eomma, mereka berbelanja untuk makan malam" Chaeyoung melihat kakak laki-lakinya yang terlihat berantakan.

"Makan malam? Ada acara apa? Dimana 3 kakak Bom?" Chanyeol melihat sekeliling yang terlihat sepi.

"Yeoreum ikut bersama Eomma dan Baekhyun Eonnie, dan si kembar bersama Jaehyun"

"Jaehyun di sini?"

"Iya Oppa" Chaeyoung hanya mengangguk "...apa yang terjadi? wajahmu terlihat tegang"

"Chaeyoung-ah, apa Baekhyun mengatakan sesuatu?"

"Baekhyun Eonnie hanya mengtakan jika akan tinggal di sini" Chanyeoung mengetukkan jarinya di dagu seraya mengingat apa saja yang Baekhyun katakan. Sejujurnya dia tidak tahu banyak yang Baekhyun katakan, karena Baekhyun dan ibunya hendak keluar saat dia dan Jaehyun datang.

"Hanya itu?"

"Ya" Chaeyoung mengangguk "...Oppa, apa kau bertengkar denganya? Wah, kau keterlaluan. Bahkan saat ini Baekhyun Eonni sedang hamil anak kalian, kau—"

"APA!?"

Chanyeol terkejut saat Chaeyoung mengatakanya, bukan hanya Chanyeol, bahkan Bom dan Chaeyoung pun berjingkat karena suara Chanyeol yang menyeramkan.

"Ada apa Oppa? Kenapa reaksimu seperti itu?" Chaeyoung memegangi dada sebelah kirinya "...kalian ini benar-benar, setidaknya biarkan Bom berjalan terlebih dahulu—"

"Chaeyoung-ah, katakan yang jelas, bagaimana bisa Baekhyun hamil—kami—" Chanyeol benar-benar tidak tahu apa-apa.

"Bagaimana aku tahu, bukankah kalian yang melakukanya, kenapa kau bertanya padaku" Chaeyoung memutar matanya malas.

"Kau datang?" Yuri, ibu Chanyeol yang tiba-tiba berdiri di sekitar mereka.

"Eomma, di mana Baekhyun?" Chanyeol bengkit saat melihat Yuri ibunya sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya.

"Chanyeol-ah, Eomma ingin bicara berdua denganmu" Chanyeol mengangguk dengan wajah bingung dan memberikan Bom pada Chaeyoung.

~Unconditionaly Days~

Chanyeol dan Ibunya masuk ke ruang kerja yang teretak di bawah tangga, ruangan itu cukup besar, rumah keluarga Park memang besar walau tidak sebesar istana ataupun mansion, rumah itu terlihat seperti rumah pada umumnya, bergaya modern dengan tampilan mimimalis tapi setiap ruangan dan kamar di rumah itu cukup besar tapi tidak berlebihan. Yuri dan Chanyeol berada di ruang itu untuk membicarakan perihal kehamilan Baekhyun. Yuri terlihat sangat serius hingga Chanyeol merasa kebingungan.

"Eomma tidak tahu harus turut bahagia atau prihatin padamu" Yuri, setelah keduanya duduk di set sofa yang berada di ruangan itu.

"Eomma, katakan saja, jangan membuatku takut"

"Baekhyun sedang hamil anak ke5 kalian, tidak kah kau tahu?"

"Baekhyun benar-benar hamil?" Chanyeol meyakinkan, walaupun Chaeyoung sudah mengatakanya tapi pria itu tidak terlalu yakin pada adiknya "...syukurlah, aku harap kali ini anak laki-laki, terimakasih Tuhan" Chanyeol terlihat bersyukur atas kehamilan Baekhyun.

"Usia kandunganya menginjak 4 minggu, dan kau harus bersabar selama beberapa bulan, bahkan bisa saja sampai anak kaliah lahir"

"Aku tidak mengerti Eomma" Chanyeol menggeleng.

"Aku harus mengatakanya, karena kehamilan Baekhyun kali ini akan benar-benar merepotkanmu sayang" Yuri berpindah duduk ke samping Chanyeol.

"Eomma tolong katakan ada apa?"

"Baekhyun ingin bercerai denganmu"

"APA!?" lagi-lagi Chanyeol dibuat terkejut dengan perkataan ibunya "...bagaimana mungkin?, kami tidak ada masalah apapun, kami tidak sedang bertengkar, aku tidak selingkuh Eomma, aku tidak ingin bercerai denganya, Eomma~" Chanyeol merengek.

"Ish! Dengarkan aku dulu" Yuri memukul kepala Chanyeol "...ini pengaruh kehamilanya, ini memang kejadian yang jarang terjadi, ini pengaruh hormon wanita hamil, itu yang dokter katakan pada eomma"

"Bagaimana mungkin pengaruh hormon membuatnya ingin bercerai denganku?" Chanyeol merasa ini sangat tidak masuk akal.

"Bukan itu masalah sebenarnya Chanyeol-ah" Yuri hampir kesal menjelaskannya "...emosinya akan berubah dengan cepat, dan masalah sebenarnya adalah Baekhyun membencimu karena kehamilanya, bukankah kau sudah pernah menghadapi hal-hal aneh saat istrimu hamil si kembar?" Yuri sekedar mengingatkan.

Chanyeol memang sempat dibuat hampir sekarat saat Baekhyun hamil anak kedua mereka yaitu si kembar. Suatu hari Baekhyun menginginkan Chanyeol pergi ke busan untuk mendapatkan ikan segar, tapi bukan untuk membelinya, tapi Baekhyun ingin jika Chanyeol memancingnya sendiri. Bukankah jika hanya beberapa ekor ikan saja dia bisa membelinya di pasar atau supermarket, pemikiran Chanyeol sangat sederhana, tapi tidak untuk Baekhyun, saat itu wanita cantik itu sedang hamil dan mengidam. Tidak ada jalan lain, Chanyeol hanya menurut saja. Chanyeol benar-benar pergi ke busan dan menyewa kapal dengan beberapa nelayan untuk mendapatkan beberapa ekor ikan hasil tangkapanya sendiri.

Chanyeol baru kembali 2 hari setelahnya karena chanyeol memancing saat malam hari dan terpaksa ikut terombang ambing di lautan selama semalaman. Hampir mati rasanya, karena Chanyeol mabuk laut. Chanyeol kembali setelah mendapatkan apa yang Baekhyun inginkan, kulit pria itu terbakar dan memerah hingga Baekhyun meneriakinya sebagai hantu. Beruntung Baekhyun masih mau memakan ikan yang dia bawa, karena jika keinginanya berubah sedikit saja, Chanyeol bisa mati berdiri.

"Tapi apa harus seperti itu? bukankah tidak masuk akal—" Chanyeol bergidik saat mengingat hal-hal aneh yang Baekhyun inginkan. Tapi baginya itu lebih baik ketimbang Baekhyun membencinya dan tidak ingin dia dekati.

"Ya! Yang tidak masuk akal itu kalian, kalian baru menikah 5 tahun, tapi istrimu sedang hamil anak ke 5 kalian, apa kalian tidak memakai alat kontrasepsi?"

"Itu-aku—" Chanyeol kebingungan menjawabnya.

"Baekhyun mengadu padaku jika kau selalu membuang pil pencegah kehamilan yang bahkan kau beli sendiri, buang-buang uang saja, tck!"

Yuri menggeleng, wanita itu tidak habis pikir dengan kelakuan Chanyeol.

"Aku menggunakan pengaman Eomma"

"Yak! Jangan membodohoku, jika kau menggunakanya, tidak mungkin istrimu akan hamil secepat ini saat anak terakhir kalian masih berusia 6 bulan" Yuri meninggikan suaranya dan menatap Chanyeol tajam.

"Itu—aku—"

"Apa kau menngunting ujung nya?" Yuri menyeringai, itu terpikirkan begitu saja.

Karena memang kemungkinan karet pengaman itu bocor sangat kecil jika benda itu tidak berlubang pada ujungnya, kemungkinan karet pengaman akan kehilangan fungsinya hanya 1% jika alat itu masih dalam keadaan utuh dan normal.

"Aku memang menggunting ujungnya, darimana Eomma tahu? aku merasa tidak nyaman saat cairanku tidak—"

"YA TUHAN, KENAPA ANAKKU SANGAT BODOH! PARK CHANYEOL!"

Yuri berteriak dan memukuli lengan Chanyeol. Wanita itu tidak menyangka jika perkataanya yang asal bicara benar-benar terjadi. wanita itu ingin tertawa, tapi dia sangat kesal hingga bingung apa yang harus dia lakukan.

"Kenapa Eomma, apa yang terjadi?"

Chaeyoung dan Jaehyun masuk saat mendengar ibunya berteriak dari dalam ruanngan itu. keduanya khawatir terjadi apa-apa di dalamnya.

"Chaeyoung, Jaehyun, jika kalian menikah nanti, kalian harus tinggal di rumah ini, Eomma tidak menerima penolakan"

Yuri bangkit dan beranjak meninggalkan ruangan itu begitu saja dan meninggalkan 3 orang yang ada di ruangan itu dengan wajah bingung.

Ini semua karena chanyeol, ini salah chanyeol.

~Unconditionaly Days~

Ini adalah bulan ke-3 kehamilan Baekhyun, dan selama itu juga Baekhyun tinggal di rumah orang tua Chanyeol. Entahlah, kehamilanya kali ini benar-benar merepotkan, pada awalnya Baekhyun pun tidak percaya jika ada hal seperti itu, alasanya kesal dan membenci setiap tingkah sang suami selalu membuatnya muak bahkan membencinya adalah pengaruh dari kehamilanya, Baekhyun merasa itu mungkin terjadi padanya, mungkin juga tidak.

Ketiga anak mereka ikut tinggal bersama Baekhyun di rumah orang tua Chanyeol, sedangkan anak pertama mereka Yeoreum bersama Chanyeol agar pria itu tidak merana dan kesepian. Si kembar lebih suka tidur bersama bibi kesayanganya Park Chaeyoung.

"Aku merindukanmu Bom-ie Papa, apa yang harus aku lakukan?" Baekhyun menatap foto Chanyeol yang ada di ponselnya sambil sesekali melihat Bom yang terlelap.

Bom sudah tidak lagi rewel, berbeda dengan 3 bulan lalu saat baekhyun terpaksa menghentikan ASI nya untuk Bom yang masih berusia 6 bulan saat itu. dokter melarang Baekhyun meneruskan menyusui, karena itu akan membahayakan janin yang ada di kandunganya. Dilema yang baekhyun rasakan, beruntung usia gadis kecilnya sudah bisa diberikan makanan tambahan, dan Baekhyun mengganti susu Bom dengan susu formula.

"Ini semua karenamu Park Chanyeol! Ini salahmu, semua salahmu!"

Baekhyun menangis, wanita itu menangis karena merindukan suaminya. Bagaimana tidak, kehamilanya kali ini membuatnya harus tinggal terpisah dengan suaminya, dulu, pelukan Chanyeol lah yang terbaik, tapi saat ini, hal itu adalah hal yang paling tidak mungkin, karena Baekhyun akan menjauh saat melihat Chanyeol, wanita itu tidak mengerti, karen hanya dengan melihatnya saja, Baekhyun merasa kesal.

"Baekhyun-ah, apa yang terjadi?" Yuri masuk ke kamar Chanyeol yang di tempati oleh Baekhyun dan Bom saat mendengar menantu kesayanganya terisak.

"Eomma, aku merindukan Chanyeol"

"Astaga" Yuri duduk di tepi tempat tidur "...eomma bisa menghubunginya untuk datang"

"Tidak Eomma, jangan" Baekhyun menggeleng kuat dan melarang Yuri saat wanita itu memegang ponselnya "...apa yang harus aku lakukan eomma~"

Yuri hanya menghela nafas, ini benar-benar tidak bisa di kondisikan. Di sisi lain, ia sangat prihatin saat melihat anak dan menantunya tersiksa, keduanya saling merindukan. Selama belasan tahun, Chanyeol dan Baekhyun tidak pernah benar-benar berpisah lama, sejak keduanya bersahabat, hingga menikah keduanya hampir setiap hari bersama. Tapi jika keduanya dipertemukan, itu akan membuat Baekhyun naik pitam, wanita itu kesal jika melihat suaminya saat ini. Yuri masih bersyukur saat ini Baekhyun tidak memilih pulang ke Bucheon dan memilih pulang ke rumahnya.

Setelah Baekhyun tenang dan tertidur, Yuri pergi dan kembali ke kamarnya.

"Apa yang terjadi?" Siwon, ayah Chanyeol.

"Ini gara-gara anakmu yang bodoh itu, astaga!" Yuri terdengar kesal.

Siwon hanya tertawa saat mengingat Baekhyun menceritakan kebodohan anak pertamanya itu, Chanyeol bertingkah menyebalkan dan membuang semua pil itu dan menggunting ujung pengaman yang dia pakai.

"Chanyeol memang benar-baner sesuatu" Siwon kembali tertawa.

Sejujurnya Yuri merasa ingin tertawa saat mendengarnya, tapi wanita itu merasa kesal dengan kebodohan Chanyeol.

"Aku tidak menyangka jika Chanyeol sangat bodoh"

Keduanya hanya tertawa saat mengingat hal itu.

"Menggunting ujung pengaman, darimana dia mempelajari hal itu, astaga!" Siwon menyeka air matanya yang keluar karena tidak berhenti tertawa.

~Unconditionaly Days~

Bulan ke enam kehamilan baekhyun, kadar kebencian wanita itu pada suaminya mulai berkurang bahkan mungkin sudah hilang. Baekhyun mau menemui Chanyeol, saat dia merindukan Chanyeol, Baekhyun akan mengirim pesan pada suaminya itu dan meminta pria itu membawakan makanan yang rata-rata sulit didapatkan.

Bahkan suatu hari, Baekhyun menginginkan buah-buahan untuk ia makan, cukup sederhana keinginan wanita itu, tapi Baekhyun membuat semuanya tidak mudah, karena wanita itu menginginkan buah-buah itu Chanyeol petik langsung, dan tidak tanggung-tanggung, Baekhyun menginginkan Chanyeol pergi ke Jeju untuk mendapatkanya. Itu hal gila menurut Chanyeol, tapi pria itu hanya akan menuruti kemauan Baekhyun demi bertemu wanita yang dia cintai dan sangat dia rindukan hanya untuk memeluknya, dan kemudian diusir seperti seekor kucing liar yang mencuri makanan.

"Aku tidak menyangka jika kehamilanya kali ini se extrim itu" Jongin terlihat prihatin pada Chanyeol yang semakin terlihat berantakan.

"Diam kau!" Chanyeol kesal dengan Sehun yang hanya tertawa saat dirinya dan Jongin bicara.

"Maafkan aku, tapi kau layak ditertawakan Hyung" Sehun tidak bisa berheti tertawa "...sejak awal, kalian itu pasangan yang konyol"

"Apa yang akan kau lakukan jika anak ke5 mu lahir Hyung?" Jongin terdengar serius.

Jongin masih bisa bisa bersikap tenang, walaupun Demi Tuhan, Chanyeol sangat pantas ditertawakan.

"Entahlah Jongin-ah, aku hanya berpikir jika aku harus mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak ku. Baekhyun, aku merindukanya"

Ketiga pria itu diam di tempatnya saat ponsel Chanyeol tiba-tiba berdering dan menampilkan nama Baekhyun di layarnya. Chanyeol menelan ludah kasar, pikiran pria itu melayang jauh, Chanyeol berpikir, kali ini apa lagi yang akan Baekhyun inginkan.

"Ya Sayang"

Chanyeol menjawab panggilan telepon itu.

"Chanyeol-ah, ini Eomma" Chanyeol melemah saat mendengar jika itu ibunya.

"Eomma? Apa yang terjadi?" Chanyeol penasaran saat Ibunya menelpon menggunakan ponsel Baekhyun alih-alih ponselnya sendiri.

"Yeoreum terjatuh dari tangga, kami berada di Rumah Sakit, dia—"

"Aku akan datang Eomma, tunggu aku" Chanyeol bangkit dari duduknya dan mengatakan akan datang, bahkan saat Yuri belum menyelesaikan kalimatnya.

"Apa yang terjadi Hyung?" Jongin dan Sehun terlihat khawatir.

"Yeoreum terjatuh, aku harus segera ke Rumah Sakit sekarang"

Chanyeol pergi tergesa setelahnya, bahkan pria itu memakai jas sambil berlari kecil. Chanyeol panik saat mendengar anak pertamanya terjatuh, bahkan Chanyeol mengatakan akan datang segera saat Ibunya belum menyelesaikan kalimatnya. Chanyeol melajukan kendaraanya dengan kecepatan diatas rata-rata, pria itu hanya ingin cepat sampai pada tujuanya, yaitu Rumah sakit.

Chanyeol berlari kecil menuju ruang gawat darurat dan mencari dimana Yeoreum berada, atau siapaun anggota keluarganya yang ada di tempat itu.

"Papa!"

"Yeoreum?" Chanyeol terkejut saat melihat jagoan nya baik-baik saja "...Yeoreum-ie, kau tidak apa-apa nak? Papa khawaatir" Chanyeol berjongkok untuk menyamakan tinggi.

"Memangnya Yeoreum kenapa, Papa?" laki-laki kecil itu mengerjap polos.

"Hng?" Chanyeol menggaruk alis matanya "...Halmeonie menelfon Papa, dan memberi tahu jika Yeoreum jatuh, di mana yang terluka sayang, hm?" Chanyeol memeriksa keadaan anak pertamanya.

"Aku belum selesai mengatakan nya, Yeoreum terjatuh dari tangga, kami berada di rumah sakit, dia tidak apa-apa, tapi Istrimu yang Pingsan" Yuri yang datang tiba-tiba.

"Apa!?" Chanyeol kembali dibuat terkejut.

Yuri hanya menggeleng melihat Chanyeol yang kebingungan, Baekhyun benar-benar menguji kesabaranya kali ini. Chanyeol berjalan dengan langkah gontai, pria itu mendekati brankar dengan Baekhyun yang berbaring di atasnya. Bukan marah, Chanyeol tidak marah sama sekali, hanya saja Chanyeol bingung dengan apa yang harus dia katakan. Chanyeol sangat mencintai Baekhyun, pria itu bahkan sama sekali tidak bisa marah pada istrinya. Chanyeol bingung, pria itu kesal, tapi tidak bisa meluapkan kekesalanya.

"Eomma~"

Chanyeol tiba-tiba menangis di samping Baekhyun yang masih mejamkan matanya, tangisnya sontak menarik perhatian semua orang yang berada di tempat itu. Yuri yang mendengarnya terkejut bukan main, suara Chanyeol menggelegar di seluruh ruangan dan membuat wanita itu malu bukan main.

Yuri menggendong Yeoreum yang tidak mengerti situasinya dan hanya menurut saat Neneknya membawanya keluar dari ruang gawat darurat tanpa menghiraukan Chanyeol yang menangis di samping Baekhyun.

~Unconditionaly Day~

Baekhyun masih menatap Chanyeol yang masih menangis di sampingnya, keduanya duduk di sebuah bangku di tepi sungai Han. Baekhyun menarik paksa Chanyeol yang menangis di ruang gawat darurat sebelum pria itu di usir paksa karena mengganggu pelayanan. Baekhyun terkejut dan terbangun saat mendengar seseorang menangis tepat di sampingnya yang ternyata adalah suaminya sendiri.

"Berhentilah menangis, kau bukan anak kecil" Baekhyun mengusap-usap perutnya yang sudah membesar "...kau membuat malu saja"

Chanyeol masih terdiam, pria itu masih bingung apa yang harus dia lakukan. Dirinya memang membuat malu beberapa saat lalu, tapi hanya itu yang bisa Chanyeol lakukan untuk menluapkan kekesalanya.

"Apa aku sangat memalukan?"

"Ya, kau memalukan" Baekhyun menahan tawanya, demi apapun, wajah Chanyeol sangat konyol "...tck! tidak lihat? Tubuhnmu besar seperti raksasa, suaramu menyeramkan, bahkan kau seorang ayah dengan empat anak, dan kau meangis di depan umum, itu memalukan, sangat memalukan"

"Memangnya apa yang membuatmu menangis, hm?" Baekhyun menyeka airmata di pipi Chanyeol.

Chanyeol hanya diam, pria itu memandangi wajah cantik istrinya yang hanya berjarak beberapa inci saja. Chanyeol sangat merindukannya, merindukan Baekhyun sangat, keduanya memang masih sering bertemu, tapi Chanyeol menginginkan lebih, Chanyeol merindukan perhatian Baekhyun, pelukan hangat wanita itu, pelukan yang mampu menghilangkan semua penatnya karena tekanan di tempat kerja, senyum itu, suara lembutnya, dan semuanya yang ada pada diri Baekhyun.

"Baekhyun" Chanyeol lirih, matanya terus saja menatap wajah cantik istrinya.

"Hm?" Baekhyun masih menyeka air mata suaminya.

"Aku merindukanmu" Chanyeol memegang tangan Baekhyun yang berada di pipinya.

"Astaga, kemarilah" Baekhyun melepaskan tangan Chanyeol dan merengkuh pria itu ke dalam pelukanya, Chanyeol menyandarkan kepalanya di dada Baekhyun dan mencari kenyamanan di sana "...apa kau sangat merindukanku, hm?" Baekhyun menepuk-nepuk punggung pria itu, pria yang juga sangat dia rindukan.

Baekhyun tidak sungguh-sungguh membencinya, Baekhyun hanya kesal saat tahu dirinya hamil, sementara usia anak terakhir mereka baru menginjak 6 bulan.

Baekhyun kesal saat tahu setiap kali Chanyeol memakai pengaman dan menggunting ujungnya tanpa sepengetahuan dirinya, Baekhyun hanya tau saat Chanyeol menemui pelepasanya dan menyemburkan semua cairanya ke dalam rahimnya. Baekhyun bahkan tidak bisa meminum pil pencegah kehamilan karena Chanyeol terus saja membuangnya. Baekhyun ingin memberikan pelajaran pada Chanyeol.

Baekhyun tidak pernah mengatakan ingin bercerai, hanya saja Yuri dan Chaeyoung yang mengarang semua cerita itu. bahkan Siwon ayah Chanyeol tidak tahu menahu tentang hal itu. Siwon hanya mendengar semua cerita itu dari Yuri.

Baekhyun tinggal di rumah kedua orang tua Chanyeol bukan untuk menghindari Chanyeol, tapi wanita itu merasa jika dirinya mudah sekali kelelahan, Baekhyun tidak ingin ke empat anaknya tidak terurus karena Chanyeol melarang Baekhyun menyewa pengasuh untuk membantunya. Pria itu berdalih jika dia ingin anak-anak mereka dekat denga kedua orang tuanya. Tapi pada kenyataanya, Baekhyun punya batasnya, dan hari itu Baekhyun sampai pada batasnya dan bersekongkol dengan Yuri untuk memberi Chanyeol sedikit pelajaran.

"Maafkan aku Chan, aku tidak bermaksud membencimu, aku tidak ingin bercerai denganmu, sama sekali tidak, sungguh" Baekhyun menjelaskan semuanya.

"Hmm, aku tahu" Chanyeol dengan nada rendah "...karena yang aku tahu, Baekhyun ku orang yang paling sabar, orang yang paling mencintaiku melebihi apapun" Chanyeol tahu jika Baekhyun-nya tidak seperti itu, karena jika memang Baekhyun tidak terpengaruh apapun, Baekhyun akan tetap menghadapinya dengan sabar.

"Maafkan aku Chan" lagi, Baekhyun meminta maaf pada suaminya.

"Apa kau akan kembali ke rumah kita?"

Kali ini Baekhyun menggeleng pelan, Baekhyun melepaskan pelukanya pada Chanyeol dan menyeka airmata pria itu lagi. Baekhyun hanya tersenyum melihat suaminya yang sangat berantakan, itu adalah hal yang langka, mengingat jika Chanyeol adalah orang yang selalu ingin tampil rapih dan berwibawa di depan umum.

"Aku ingin tinggal di rumah Eommoni sampai—"

"Sampai kapan? Hm?" Chanyeol meraih tangan Baekhyun.

"Sebaiknya kita tinggal di rumah orang tuamu saja, ya?" Baekhyun seperti memohon.

"Kenapa? Apa ada yang—"

"Tidak, tidak ada yang salah" Baekhyun menggeleng mengtakanya, bahkan saat Chanyeol belum menyelesaikan kalimatnya.

"Lalu? Apa—"

"Kita tidak akan bisa menanganinya Chan" lagi-lagi Baekhyun menggeleng, dan hal itu mengundang tanda tanya dari Chanyeol. Bukankah Baekhyun tidak benar-benar membencinya dan semua yang terjadi selama ini ada campur tangan Ibunya Yuri? Dan selama ini, mereka baik-baik saj dengan keempat anak mereka, tapi kenapa Baekhyun tidak ingin kembali.

"Apa maksudmu sayang?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Chanyeol, Baekhyun hanya mengacungkan dua jarinya.

"Dua?" Chanyeol ikut mengacungkan jarinya.

"Mereka kembar"

"APA!?" Chanyeol berteriak dengan suara beratnya. Itu membuat Baekhyun berjingkat karena terkejut.

"Ya! Kau mau membuatku tuli?"

Baekhyun memukul lengan chanyeol, sebelum mengusap telinganya yeng terasa pengang.

"B-Baek, i-ini—kembar? Lagi?"

Chanyeol menunjuk perut Baekhyun yang terlihat besar. Chanyeol menempelkan telinga lebarnya ke puncak perut Baekhyun dan memeluk pinggang istrinya sesaat.

"Ya, mereka kembar" Baekhyun menangkup kedua pipi Chanyeol saat pria itu kembali mengangkat kepalanya.

"Ap-apa—"

"Bekerja keraslah sayang, karena sebentar lagi kita akan punya 6 orang anak, dan tanggunganmu semakin banyak" Baekhyun mengatakanya dengan tenang.

"Baek—Baekh—"

"Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika stok spermamu masih banyak?" Baekhyun membalikan perkataan Chanyeol dulu.

"Tapi aku—"

"Tuhan mendengarkan do'amu sayang" Baekhyun mengecup bibir suaminya yang masih terlihat shock dan kebingungan.

"Baekhyun, tapi—"

"Kau tidak terima? Kau tidak suka?" Baekhyun bangkit dari duduknya.

"Bukan begitu sayang" Chanyeol mencekal lengan Baekhyun yang hendak melangkah menjauh.

"Jika kau tidak terima ya sudah, aku akan benar-benar meminta—"

"Tidak! Tidak jangan! Jangan katakan jika kau ingin bercerai" Chanyeol terlalu cepat menyimpulkan kalimat yang Baekhyun sampaikan, padahal Baekhyun belum selesai mengatakan maksudnya.

"Aku tidak mengatakanya" Baekhyun menggeleng lemah, sungguh, Baekhyun tidak berniat mengatakanya.

"Baekhyun"

"Hm?"

"Aku mencintaimu"

Chanyeol mengecup bibir Baekhyun dan memagutnya tanpa memperdulikan jika mereka berada di tempat umum.

"Aku tidak masalah punya anak berapapun, 6, 7, 8, atau 12 sekalipun, aku akan senang hati membuatnya, asalkan kau yang melahirkan anak-anakku" bisik Chanyeol setelah melepas pagutanya.

"YAA PARK CHANYEOL!!!"

.

.

.

End