"Tapi tampan loh! Masa, sih? Kau tidak mau sama dia? Buat aku saja kalau gitu."
Aku menghela napas. "Ah, kau itu asal cowok tampan semuanya mau! Tampan terus yang ada diotakmu, makan tuh tampan!" Kudorong dahinya dengan jari telunjuk.
Kuakui kalau Brian itu memang tampan, selain itu tubuhnya juga atletis, membuatku tak heran jika banyak wanita menyukainya. Tapi sayang, ketampanannya tetap tak membuatku tertarik, dihatiku hanya ada Gray! Tak akan ada yang mampu menggeser posisinya didalam hatiku.
"Aih! Tidak usah munafik, deh, jujur saja! Pasti kau ada rasa juga, kan, sama dia? Cuma kau malu-malu saja, padahal kau orangnya malu-maluin!" Sherly mencubit hidungku dengan keras sampai aku menepis tangannya.
"Eh! Kau lebih malu-maluin! Munafik kepalamu peyang! Buat kau saja itu Brian, kau coba tempelin saja sampai dapat biar dia tidak mengganggu hidupku terus!"
Sherly tersenyum lebar. "Ok! Kalau dia sampai menjadi milikku, jangan nyesal, ya!"
Aku menaikkan alis, tertawa kecil. "Hadeh. Aku iyain saja deh biar cepat kelar. Capek ngomong sama cewek yang gila sama ketampanan Brian
Tidak lama berselang, terlihat Brian masuk ke dalam kelas. Dia berjalan sambil tersenyum memandangku, membuatku sangat kesal! Sherly berdiri dari bangkunya lalu menghampiri Brian, "Hai Brian! Kok kamu makin cakep, sih?" Ucapnya sambil melingkarkan tangan ke leher Brian.
Brian diam tak menjawab, dia memegang kedua tangan Sherly lalu menurunkannya hingga terlepas dari lehernya. "Pffftt.." Aku menahan tawa, menutup mulutku dengan tangan.
Brian melanjutkan langkahnya, tapi Sherly dengan cepat memegang tangannya sehingga Brian tertahan. "Kenapa kau begini sama aku, Bri? Kalau sama Raquel, kau seperti orang gila! Apa karena aky kalah cantik sama Raquel?" Tanya Sherly.
Brian menatap Sherly dengan tajam, wajahnya terlihat penuh amarah. "Jangan bandingin dirimu sama Raquel dong! Dia itu bidadar! Jelasl kau kalah jauh sama dia!" Tegas Brian dengan nada tinggi, membuat Sherly melepaskan pegangan tangannya.
Aku tak senang mendengarnya, aku merasa kesal ketika melihat Brian berbicara seakan membentak Sherly. Aku menghampiri mereka lalu kudorong tubuh Brian. "Eh! Kalau bicara tidak usah kasar gitu sama temanku!" Geramku sambil mengeratkan gigi.
Dia hanya tersenyum lalu memegang kedua pundakku. "Gimana aku tidak kesal? Sudah tahu kecantikanmu itu tidak ada yang bisa menandingi, dia malah tidak sadar diri masih berani bandingin dirinua sama bidadari sepertimu."
"Aku lagi serius! Lepasin tanganmu!" Kudorong tubuhnya dengan kuat hingga tangannya terlepas dari pundakku.
"Kau pikir aku lg bercanda?" Ucapnya lalu memegang wajahku dengan sebelah tangan. Aku benar-benar benci dengan Brian! Hampir setiap kali berbicara dengannya, dia selalu saja menyentuhku! Saat aku hendak menepis tangannya, seorang pria muncul menurunkan tangan Brian dari wajahku. Dia adalah William Johnson, pria tampan berwajah manis, yang tak kalah dari Brian dalam hal ketampanan.
"Ughh! Pangeranku, William!" Seru Sherly dengan wajah sumringah. Aku menggeleng-geleng kepalaku melihat Sherly, aku bingung melihat dia yang masih bisa seperti itu dalam situasi yang memanas ini.
"Eh! Kau tidak usah ikut campur sama urusanku!" Brian menunjuk William sambil mengeratkan gigi.
"Sorry. Aku tidak berniat ikut campur. Tapi melihat sikapmu yang kasar dan seenaknya sama wanita, aku jadi terpaksa turun tangan." Senyum William.
"Ohhh! Mau jadi pahlawan kesiangan, ya, ceritanya?"