Chereads / Dayak Love Story / Chapter 3 - Part 3: Bisikan halus misterius

Chapter 3 - Part 3: Bisikan halus misterius

"Dayak Love Story"

Story by: author Natalia Ernison

Semakin hari Dayang bertumbuh menjadi seorang anak gadis yang cantik, pesona wajahnya mampu membuat para lelaki sangat menyukainya dan hal ini pun terkadang menjadi sesuatu yang bisa membahayakannya.

"Di sebuah sekolah swasta menengah atas"

"Hallo Dayang!!!''

Aishh Rima kamu jangan suka membuatku terkejut begitu!! ujar Dayang yang terlihat kesal akibat ulah sahabatnya tersebut.

"Hehhee,, sorry deh Dayang aku hanya ingin bercanda saja…" Rima merupakan sahabat dekat dari Dayang.

"Dayang hari minggu kita jalan-jalan ke café di X yu!!" ujar Rima mengajak sang sahabat.

Hmm, sorry Rima sepertinya aku ada pekerjaan lain dan harus membantu mamaku. Tukas Dayang menolak ajakan sang sahabat.

"Yahhhh… kamu tak seru Dayang.." rengek Rima pada Dayang.

Hmmpp, sorry yah aku hari minggu nanti ada keperluan. Ujar Dayang sembari merangkul sang sahabatnya.

Selama masa-masa sekolahnya sejak sekolah dasar hingga menengah ke atas, Dayang selalu membantu sang ibu dan ayahnya dengan senang hati, walau seharusnya Dayang diusianya tersebut semestinya bermain bersama teman sebayanya.

"Di kediaman keluarga Barakat"

Ma, tata kapan pulang ke rumah?? ujar Dayang pada ibunya.

"Tatamu sedang sibuk mempersiapkan diri untuk masuk akademi militer, dan dia harus giat belajar. Karena, uang mama dan abahmu ini tidak seperti orang-orang tua teman-temanmu." Tukas sang ibu sembari mengaduk bahan kue kukus tradisional.

Iya ma, aku rindu tata Tama… ujar Dayang dengan wajah sendu, karena sejak kecil Tama selalu menjaga adik perempuan semata wayangnya tersebut dengan penih kasih. Setelah Tama memasuki pendidikan menengah atas, ia harus pergi dari daerah asal mereka dan terus berlatih untuk mempersiapkan diri masuk akademi militer seperti impian sang ayah.

Permisi…

Tante rahati, ada Dayang tidak?? ujar seorang teman sebaya Dayang di depan rumah kediaman keluarga tersebut.

"Hayu masuk dulu, Dayang sedang memasak nasi di dapur." Sahut sang ibu dengan nada lembut.

Iya tante maaf, aku hanya ingin memberikan undangan untuk Dayang. Ujar teman sekolah Dayang sembari menyodorkan sebuah undangan acara.

"Oke, tante akan sampaikan pada Dayang segera."

"Dayang, ini ada undangan acara pemuda dari teman sekolahmu!" ujar sang ibu yang berjalan menuju dapur tempat Dayang sedang memasak.

Ohh undangan acara ini… ujar Dayang sembari mengambil undangan tersebut dari tangan ibunya lalu memperhatikan secara seksama perihal undangan tersebut.

Beberapa hari kemudian, tiba saatnya Dayang untuk menghadiri acara tersebut.

"Di sebuah gedung sederhana daerah kecamatan X"

Dayang datang menghadiri acara pemuda tersebut bersama para teman-teman sebayanya.

Mereka terlihat begitu fokus menyaksikan pertunjukkan dari beberapa suku dayak selain dayak maanyan.

Dalam kesempatan itupun, Dayang turut serta tampil mempersembahkan sebuah lagu bersama teman-temannya, kali ini Dayang memainkan gitar dengan begitu indah. Mata para lelaki yang saat itu menyaksikan penampilan mereka pun turut bersorak dan juga terpesona dengan dengan pesona kecantikan Dayang, si gadis dayak Maanyan.

Semenjak penampilan tersebut, Dayang bersama teman-temannya pun begitu dikenali oleh orang banyak. Hingga suatu saat ada seorang lelaki terus menerus mengirimkan Dayang sms dan bahkan menelpon.

"Dayang, kakak ingin bertemu denganmu boleh??" ujar si lelaki via telepon tersebut.

Hmm, tapi jangan ke rumah yah kak, aku takut orang tuaku tak suka! tukas Dayang.

Lalu mereka merencanakan pertemuan mereka di sebuah café tak jauh dari sekolah Dayang, namun hubungan keduanya tak ubahnya sebagai pasangan kakak beradik.

"Dayang, maaf kakak tidak ada maksud yang lain, kakak hanya ingin mencari teman sebanyaknya." Ujar Ley, si kakak kacamata yang saat itu mengajak Dayang bertemu.

Iya kak Ley, aku pun sedang rehat dari ekskulku. Tapi sekarang sudah mulai sore dan aku harus cepat pulang.

"Baiklah Dayang, terimakasih banyak atas kesedianmu.." ujar Ley tersenyum ramah, dan dalam benaknya sebenarnya sudah mulai menyukai Dayang. Namun, saat itu Dayang hanya menganggap Ley sebagai kakak lelakinya.

Semakin lama, Ley semakin sering memperhatikan Dayang, meskipun via sms atau telepon selular biasa.

"Sekolah swasta xx"

"Dayang, mau sampai kapan kamu menyendiri? kita sudah akan segera lulus!!" ujar Rima sahabatnya bersama beberapa teman sebayanya.

Aku hanya ingin fokus dengan pelajaranku saja Rima, dan lagi pula abahku pasti akan melarangku untuk memiliki teman special.

"Hmmp, tapikan kamu bisa diam-diam Dayang!!" ujar Rima menggodanya.

"Heh heh heh… kamu pikir Dayang sama seperti kamu yang suka gonta ganti pacar!!" tukas seorang lelaki yang baru saja tiba menghampiri Dayang dan teman-teman lainnya.

Aishhh, Ano ano, kamu itu ganggu saja! ini masalah perempuan!! tukas Rima.

"Masalah perempuan apaan!! jelas-jelas kamu ingin mengajak Dayang melanggar aturan orang tuanya." Tukas Ano dengan nada ketus, Ano yang merupakan sahabat dekat Dayang sejak awal masuk sekolah emnengah atas.

Ihh mulut kamu pedas banget, habis makan cabe banyaik apa?? ujar Rima dengan nada kesal.

"Iya, aku baru saja selesai makan bakso pedas…" ujar Ano dengan nada mengejek.

Sudah sudah Rima, Ano kalian seperti anak kecil saja. Ujar Dayang sembari melerai keributan kedua sahabat baiknya tersebut.

Ohh ia Dayang, aku boleh minta nomor telepon kak Ley?? ujar Rima sembari mengeluarkan ponsel miliknya.

For what?? sahut Dayang dengan mengernyitkan keningnya.

"Ahh aku hanya ingin bertanya perihal music, kakak Ley kan jago music."

Oke, ini. Dayang memberikan nomor kakak kacamatanya tersebut.

Selang beberapa hari, terdengar kabar bahwa Rima telah berpacaran bersama Ley, si kakak kacamatanya Dayang. Namun, Rima tak pernah berkata jujur pada Dayang, dan hanya mengatakan hak itu adalah hoax semata.

Sejak saat itu Dayang sudah mulai menyibukkan diri dengan semakin tekun belajar karena ia akan melanjutkan pendidikannya di ibukota Jakarta, sebelum ibukota pindah.

Dayang sangat tekun belajar dan selalu mendapatkan nilai yang cukup bagus. Sejak kecil Dayang diajarkan mandiri oleh kedua orang tuanya, dan tak jarang Dayang ikut membantu ibunya pergi ke ladang maupun menemani sang ibu merawat ternak peliharaan mereka.

Bah, tak terasa sekarang anak-anak kita sudah dewasa. Tama sudah melanjutkan pendidikan akademi militernya, lalu Dayang akan segera pergi ke ibukota.." ujar sang istri dengan nada lirih pada suaminya.

"Iya ma, abah juga berpikir seperti itu, waktu berlalu dengan sangat cepat.." sahut sang suami sambil menghela napas panjang dan mendekap sang istri tercinta.

Setelah kelulusan sekolah, Dayang pun akan segera pergi meninggalkan kampung halamannya. Rasa pilu menyelimuti kepergiannya, namun semua demi cita-cita harapan kedua orangtuanya yang sangat besar baginya.

"Dayang, ini bawa bekal untuk kamu di Jakarta nak." ujar sang ibu sembari menyodorkan sekantong berwarna hitam.

Apa ini ma? sahut Dayang pada ibunya.

"ini ada sarang burung X letakkan di dalam dompetmu, dan juga ini agar kamu disana terjaga dengan baik.

Dayang mulai memperhatikan secara seksama isi dari kantong hitam pemberian sang ibu.

Kantong hitam tersebut berisikan serpihan-serpihan kayu dan juga akar-akar kayu yang diambil secara khusus sang ayah ibunya, sebagai bekal di rantau.

Bagi orang suku dayak Maanyan, hal tersebut merupakan hal biasa dilakukan.

"Kamu bawa ini nanti kamu sebar di halaman tempat tinggalmu." Ujar sang ibu sembari memasukan sekantong kecil berwarna hitam lagi namun berisikan tanah.

Dayang yang merupakan gadis asli suku dayak Maanyan, ia tahu apa yang menjadi maksud dar kedua orang tuanya, namun karena selama sekolah Dayang memiliki pertemanan dna pergaulan yang cukup luas. Hal tersebut membuatnya tidak berpatokkan dengan adat maupun tradisi-tradisi mistik dari kedua orang tuanya.

Saat malam sebelum kepergiannya, Dayang merasa begitu gelisah tak menentu dan merasa cukup heran dengan dirinya.

Antara tidur dan masih berada didalam kesadarannya, Dayang mendengar suara bisikan yang cukup jelas tepat di telinganya. Dengan segala upaya, Dayang mencoba untuk terbangun, namun seketika suara bisikan cukup keras tersebut menghilang.

Sekali lagi Dayang mencoba tetap tidur, namun lagi-lagi suara bisikan misterius memanggil namanya tersebut pun semakin terdengar jelas. Hingga pagi datang, Dayang masih terjaga dalam kesadarannya yang masih belum bisa tidur dengan cukup nyenyak.

"Kamu kenapa Dayang, apa tidurmu tak nyenyak??" ujar sang ayah sembari menyantap makanan.

Tidak apa-apa bah, aku hanya lelah saja…

Tukas Dayang yang tak ingin jujur dengan hal mistik yang ia alami semalam suntuk beberapa jam lalu.

Note!!!

Author menulis beberapa bagian di atas tentunya tidak asal menulis, namun author pun sudah tentu mengalami pengalaman-pengalaman spiritual yang tak bisa dibagi secara gamblang. Saat membaca coba hayai secara seksama, dan anda akan tahu itu cerita sungguh pernah terjadi atau tidaknya akan sangat terasa pada saat anda mulai menghayati setiap kata kalimat pemaparan dari author.