Chereads / Dayak Love Story / Chapter 6 - Part 6: Terpendam

Chapter 6 - Part 6: Terpendam

"Dayak Love Story"

Story by: author Natalia Ernison

"Rumah Sakit xxx"

"Permisi pak dokter Irwan Ranuar..." ujar seorang perawat dengan tergopoh-gopoh.

"Ada apa? kenapa terburu-buru sekali?" tukas Irwan yang sedang duduk di sebuah ruangan dokter, yang merupakan ruangan tugasnya.

Maaf dok, ada pasien baru di ugd, dan beberapa dokter coas membutuhkan bapak untuk..—

"Oke, tolong siapkan semua peralatan medis dan lainnya…--

Seperti biasanya, Irwan begiu disibukkan dengan pasien-pasien yang terkadang membuatnya begitu kewalahan.

"Argh… suara Irwan sedang mengerang kelelahan sambil menyenderkan diri dikursi kerjanya.

"Kapan aku bisa menikmati kehidupanku jika terus seperti ini.." gumam Irwan yang tiba-tiba terus teringat akan sosok si gadis dayak tersayangnya.

"Dayang… siapa lelaki yang membuat kehilangan fokus seperti itu.." Irwan seakan semakin penasaran akan sosok gadis pujaannya yang hingga saat ini hanya menjadi angan-angannya.

__________________*_________________

"Hallo Dayang…" ujar Calista sembari merangkul Dayang.

"Kamu sibuk terus! kapan waktu untuk bermain bersama kami Dayang?" ujar Calista.

Sorry Calista, saya harus kejar target tahun ini, apalagi sekarang sudah tak terasa kita memasuki semester terberat. Tukas Dayang sembari terus mengetik.

"Oke Dayang, kamu memang the best yah.." tukas Calista sembari tersenyum lembut.

Iya mau bagaimana lagi Caes, mama dan abah sudah mengirim saya ke kota ini untuk kuliah. Jadi, saya harus berusaha keras, karena keadaan ekonomi keluarga kita berbeda jauh.

"Dayang, kamu tak boleh bicara seperti itu! okeh aku gak akan mengganggumu lagi, dan aku hanya berharap kamu mendapatkan lelaki pujaan, hahaaa bye.." ujar Calista lalu beranjak pergi.

"Hmm, bagaimana mana mungkin saya sempat memikirkan hal lain sedangkan mama dan abah susah payah bekerja di hutan dan ladang agar saya bisa berkuliah.." gumam dayang dalam benaknya dengan penuh semangat.

"Dayang, kamu ada waktu minggu ini? aku ingin mengajakmu menikmati dunia luar dulu.." tukas seorang teman satu jurusan dengannya.

Hmmp, nanti saya lihat dulu agenda rutin saya yang lainnya. Tukas Dayang sembari membuka buku agenda hariannya.

"Dayang, aku salut denganmu. Kamu sangat tekun belajar," ujar teman sebayanya yang saat itu sedang duduk berhadapan dengannya.

Mau tidak mau saya harus tekun Marina, karena saya harus bisa membawa pulang ijazah dengan nilai membanggakan kedua orang tua di kampung. Tukas Dayang dengan wajah sendunya.

Marina, merupakan seorang sahabat yang selalu bersama dengannya dan merupakan seorang gadis yang berasal dari desa, hanya berbeda pulau darinya.

"Iya Dayang, orang tuau pun di yogja hanya bertani dan juga kalau sudah menjelang malam, bapak menjual susu jahe." Ujar Marina dengan wajah sendunya.

Kita harus tetap semangat Marina, karena masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung kita. Kita masih bisa kuliah walau harus menumpang di rumah keluarga agar baya lebih murah. Ujar Dayang sembari merangkul Marina, sahabatnya.

"Iya Dayang, thank you kamu memang terbaik."

Sejak berkenalan dengan Marina, Dayang lebih sering mengerjakan tugas-tugas kuliah di café dan terkadang pulang malam hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas.

"Café xxx"

Dayang masih terlihat sibuk seperti biasanya, tumpukkan beberapa buku, peralatan kuliah dan laptop yang terus mendampinginya.

Dayang merupakan mahasiswa jurusan psikologi pendidikan. Disela padatnya jadwal kuliah maupun praktek di lapangan, Dayang merupakan seseorang yang cukup sibuk dalam berbagai bidang seni.

Sejak sekolah menengah pertama, Dayang sangat gemar bermain alat music gitar, menari terian tradisional suku dayak maannyan, bernyanyi dan menulis cerita pendek yang sering ia post di bloger dan website. Hobi tersebut, membuat dirinya sangat sibuk dan tak sempat untuk memiliki hubungan asmara dengan lawan jenisnya.

Sibuk dengan kuliah maupun agenda lainnya, membuat Dayang juga cukup dikenal oleh para mahasiwa luar, dan memiliki teman-teman yang banyak karena kecerdasannya pula dalam bergaul.

Mengerjakan tugas, sembari menikmati beberapa menu makanan dan minuman di sebuah café. Tanpa diduga, Dayang melihat seorang pria yang tak asing baginya. Pria tampan yang memiliki sifat cuek, dingin, dialah Sebastian F (F: masih dirahasiakan untuk sementara () biasa dipanggil Abas.

"Itu bukannya kak Abas, si kakak senior pendiam itu…" gumam Dayang dalam benaknya, dan fokusnya kini mulai teralihkan oleh sosok pria tersebut.

Dayang terlihat sedikit salah tingkah saat Abas melihat ke arahnya dengan tatapan tajamnya, tatapan yang menghujam ke dalam pikiran dan dadanya.

"Hai, semangat mengerjakan tugasnya," ujar si senior sembari sedikit menorehkan senyuman.

Ahh, ia kak… sahut Dayang dengan penuh rasa gugup dan perasaan yang campur aduk tak karuan.

Sejak pandangan pertama, Dayang telah mulai menyukai si senior tampannya. Namun,, setelah sekian tahun selama berkuliah di kampus yang sama, si senior tak kunjung memberi sinyal-sinyal cintanya. Hal tersebut terkadang membuat dirinya cukup gundah gulana, perasaan yang ia terus pendam selama ini.

"Kediaman Ranuar family"

Irwan, kapan kamu mau mengenalkan pacarmu pada keluarga Ranuar?? ujar tante Sia yang merupakan sitri dari Pamungkas Ranuar.

"Ahaha, tante Sia.." ujar Irwan dengan wajah tersipu.

Kenapa Irwan, apa kamu malu? santai saja, tante ingin tahu saja siapa sebenarnya perempuan yang selama ini kamu idam-idamkan. Tukas tante Sia dengan wajah tersenyum.

"Itu… masih belum bisa aku pastikan tante.." ujar Irwan dengan wajah sendunya.

Memangnya siapa Irwan? tanya tante Sia dengan keingintahuaan lebih lagi.

"Maybe, belum sekarang tante.." tukas Irwan dengan senyum paksa lalu mengaduk-adukan coklat hangat dalam sebuah cangkir.

Beberapa saat kemudian, Dayang pun tiba…

Selama malam semua… ujar Dayang menyapa orang-orang di rumah.

"Selamat malam Dayang, kenapa tidak mengirim pesan untukku kalau pulang larut, kan aku bisa menjemputmu!" ujar Irwan sembari melangkah menuju ruang keluarga, tempat Dayang saat ini duduk menyandarkan diri.

Sorry kak Irwan, saya cukup sibuk mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Sahut Dayang sembari meneguk segelas air mineral.

"Ini sudah cukup malam,ini minum coklat hangat dulu." Irwan menyodorkan secangkir coklat hangat, yang baru saja ia seduh.

Terimakasih kak Irwan, ujar Dayang sembari mulai meneguk coklat seduhan Irwan tersebut.

"Memangnya tidak bisa mengerjakan di rumah, bukannya wifi di rumah juga sinyalnya kuat??" ujar Irwan yang kini duduk di samping Dayang sembari menyuguhkan roti.

Iya kak, tapi café itu dekat dengan kampus, dan saya pikir itu lebih cepat juga. Tukas Dayang, sembari menikmati secangkir coklat panas dan rotinya.

"Iya, tapi kamu juga harus menjaga kesehatanmu," ujar Irwan yang terlohat begitu peduli dan juga memperlakukan Dayang dengan sangat lembut. Hal tersebut pun disaksikan oleh tante Sia, yang pada saat itu sedang merapikan lemari.

Tante Sia, mulai menyadari adanya sinyal-sinyal rasa dari Irwan terhadap Dayang, namun tante Sia hanya berusaha menahan diri agar tidak terlibat dan mengganggu momen pendekatan Irwan bersama Dayang.

Tante Sia, kak Irwa, saya ingin beristirahat dulu. Ujar Dayang yang kini beranjak munuju kamarnya.

"Iya, istrahalah Dayang," ujar Irwan dengan senyuman lembutnya.

Dayang pun beranjak pergi menuju kemar pribadinya untuk mengistirahatkan diri setelah jadwal yang begitu padat selama seharian penuh hingga malam.

Irwan, kamu menyukai Dayang?? ujar tante Sia pada Irwan yang saat itu terlihat tersenyum bahagia setelah Dayang melangkah menuju kamarnya.

"Aishh tante Sia, gosip apalagi ini.." ujar Irwan menyangkali apa yang tante Sia katakan padanya.

Irwan, kalau kamu memang serius pada dengan Dayang, lebih baik kamu ambil langkah terbaik tapi jangan sampai membuat Dayang akhirnya tak bisa lagi bersikap padamu.

"Itulah yang aku takutkan tante, aku khawatir setelah aku memberanikan jujur tentang perasaanku, Dayang akan merasa canggung." Tukas Irwan dengan wajah tertunduk.

Irwan, telah jatuh cinta pada pandangan pertama saat pertama berjumpa di bandara. Namun, perasaan tersebut selalu berusaha ia sembunyikan dari Dayang, karena tak ingin membuat hubungan mereka menjadi canggung satu sama lain.

Sampai kapan Irwan akan menyembunyikan perasaannya? apakah sampai Dayang menemukan cintanya yang lain…