Chereads / Dayak Love Story / Chapter 4 - Part 4: Merantau

Chapter 4 - Part 4: Merantau

"Dayak Love Story"

Story by: author Natalia Ernison

"Saat kamu sudah berada di rantau, ingatlah untuk selalu mengirimkan kami pesan dan juga menelpon kami ya anakku," ujar sang ayah dengan nada lirih, saat akan melepaskan putri terkasih.

Iya Dayang, ingat! jaga nama baik keluarga kita dan juga kamu, jangan hidup sembarangan, lihat pertemanan dan pergaulanmu. Tukas sang ibu sembari mendekap sang putri semata wayang mereka.

Ketika ayah dan juga ibunya memberikan petuah, Dayang hanya terdiam sendu dengan linangan air mata. Suasana haru biru menyelimuti suasana keluarga Barakat tersebut, isak tangis sang ibu semakin pecah saat mereka saling berpelukan.

"Jaga dirimu baik-baik nak, ingat jaga martabat sebagai perempuan dayak Maanyan."

Iya abah, mama.

Terimakasih sudah merawatku hingga bisa seperti ini, mama abah jaga kesehatan kalian. Ujar Dayang dengan sesenggukan karena tangisan harunya.

Sebelum kepergian Dayang ke Jakarta, keluarga Barakat dan para keluarga inti lainnya turut serta menghantarkan kepergian Dayang. Seabagai tanda kasih persaudaraan dan kebersamaan, mereka menghantar Dayang saat menunggu mobil jemputannya.

Karena, untuk tiba di Bandara haruslah menempuh jarak kurang lebih sepuluh jam perjalanan untuk tiba menuju Bandara Tjilik Riwut kota Palangkaraya.

Saat kepergian Dayang, sanak saudaranya begitu ramai menghantarkan kepergiannya dengan lambaian tangan dan juga air mata haru bahagia.

Bagi orang suku dayak Maanyan, dapat melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke jenjang lebih tinggi tentu merupakan hal yang sangat membanggakan. Orang ta rela bersusah payah bekerja banting tulang siang malam di hutan maupun ladang, semua demi masa depan anak-anaknya.

Tentu hal ini tidak hanya bagi orang-orang dayak Maanyan, namun suku-suku lainnya yang berada di seluruh Indonesia tentu memiliki pemikiran dan harapan seperti itu pada anak-anak maupun generasi penerus mereka.

Dayang yang selama hidupnya belum pernah terpisah jaug dari kedua orang tuanya, merasa sangat bersedih. Namun, semua demi cita-cita harapan besar kedua orang tuanya bagi dirinya dan saudara laki-lakinya yang kini sedang melanjutkan pendidikan militernya.

___________________*__________________

"Bandara X di Jakarta"

"Akhirnya aku sampai juga di ibukota," gumam Dayang sembari memandang sekitarnya dan mencoba mencari kursi tempat ia mengistirahatkan diri sejenak.

"Ini Dayang Winei!!" ujar seorang pria bertubuh tinggi putih, mata sipit dengan wajah yang juga tampan dan mengenakan jas putih.

Iya benar, dengan saya sendiri. Sahut Dayang sembari beranjak dari kursi tempat ia duduk saat itu.

"Perkenalkan, aku Irwan." Ujar pria tersebut sembari mengulurkan tangannya pada Dayang dengan senyuman yang begitu hangat.

Saya Dayang. Ujar Dayang menyambut tangan pria tersebut dengan raut wajah yang penuh dengan pertanyaan.

"Hahaha, tidak perlu formal. Aku anak dari saudara dari om Pamungkas," ujar pria tersebut.

Ohh, berarti kakak ini keluarga om Pamungkas?? ujar Dayang seolah baru saja teringat sesuatu.

"Iya betul, aku diminta untuk menjemputmu, karena om dan tante Sia dengan sibuk." Ujar si pria yang bernama Irwan tersebut sembari membantu Dayang mendorong troli menuju drof off mobil miliknya.

Terimakasih kak Irwan.

Ujar Dayang sambil tersenyum ramah.

Irwan merupakan keponakan dari pak Pamungkas, suami dari bibinya yang merupakan saudara dari sang ayah terkasih.

"Dayang, kamu anak dari saudara laki-lakinya tante Sia yah??" tanya Irwan sembari menyetir.

Iya kak, hanya saja tante Sia memiliki nasib yang jauh lebih beruntung karena bisa tinggal di kota besar begini.

"Huss, kamu tidak boleh bicara seperti itu Dayang!

Tuhan sudah rancang setiap umatNyta sedemikian rupa, dan semua ada maksud baik bagi kamu dan keluargamu." Tukas Irwan.

Iya kak Irwan, terimakasih kak.

"Iya Dayang, sekarang kamu harus bisa membuka wawasan berpikirmu lebih luas lagi." Tukas Irwan.

Setelah beberapa saat kemudian, tibalah mereka di kediaman saudari dari ayahnya Dayang.

"Wah, rumah tante Sia memang semewah ini kah…" gumam Dayang sembari memandangi rumah kediaman sang bibi.

"Nak Irwan sudah pulang, dan ini neng yang baru datang dari Kalimantan??" tanya salah seorang asisten rumah tangga.

"Iya bi, tolong siapkan makan siang ya," ujar Irwan sembari melepaskan dasinya.

"Dayang, kamu silakan istrahat dan nanti mungkin sore menjelang malam tante dan om baru pulang. Aku pun harus cepat kembali ke rumah sakit," ujar Irwan sembari merapikan kembali bajunya.

Baik kak Irwan.

Dayang pun mulai mengistirahatkan dirinya di kasur empuk tersebut, yang bagi dirinya lebih empuk dari kasurnya di rumah.

Malam tiba…

"Selamat malam semuanya, perkenalkan nama saya Dayang, saya anak dari saudara tante Sia." Ujar Dayang memperkenalkan dirinya dihadapan keluarga Ranuar.

Dalam perkenalan itu, keluarga Ranuar yaitu kepala keluarga dan merupakan suami dari bibi Dayang. Keluarga ini memiliki dua orang anak yang sudah sama-sama telah menyelesaika kuliah.

"Oke Dayang, perkenalkan ini Barakatno Ranuar, anak pertama dan ini Amianu Ranuar, anak kedua. Om sendiri adalah Pamungkas Ranuar, dan ini Irwan Ranuar, anak dari saudara om." Ujar sang paman memperkenalkan diri beserta seluruh anggota keluarganya.

Iya Dayang, karena hanya kamu kuliah, jadi mungkin kmai semua akan selalu pulang lebih belakangan walaupun kakak Amianu sedang kuliah S2. Tukas sang bibi dengan lembut.

Baik om, tante dan kakak semuanya. Saya sangat berterimakasih atas perkenanan menerima kedatangan saya. Ujar Dayang dengan penuh rasa hormat.

Dalam suasana perkenalan tersebut, Barakatno dan Amianu berserta Irwan begitu terpana dengan pesona kecantikan si gadis dayak Maanyan tersebut. Mata mereka tak sedikit pun berpaling, namun mereka sadar itu adalah adik perempuan yang harus mereka jaga, kecuali bagi Irwan yang sudah kerabat jauh.

Hari lepas hari keluarga ini hidup dengan harmonis dan penuh kebersamaan. Tante Sia pun begitu mengasihi Dayang layaknya anak perempuan sendiri, ditambah mereka yang belum memiliki seorang anak perempuan.

"Dayang, biar kakak jemput kamu dari kampus nanti," ujar Irwan sembari menghampiri Dayang.

Ohh, tapi saya ada keperluan lain kak! ujar Dayang menolak secara halus.

"Oke, tapi biar lebih aman kakak jemput ya!!" pinta Irwan penuh harap.

Tapi, bukannya kakak harus stay di rumah sakit?? tukas Dayang kepada Irwan yang merupakan seorang dokter muda.

"tidak masalah Dayang, lagipula aku bisa pulang lebih awal hari ini," ujar Irwan penuh harap.

Hmmp, kalau memang tidak merepotkan kakak. Tukas Dayang sembari beranjak.

Sementara itu, terdengar suara tertawa kecil dari balik pintu utama.

"ahahha, hedeuhh my big brother.. mantappp jangan kasih kendor ya!!!" goda Bara yang baru muncul dari balik pintu. Barakatno yang biasa dipanggil dengan sebutan Bara.

"Kamu jangan begitulah Bara, seharusnya kamu dukung aku!" tukas Irwan sembari merangkul saudaranya.

Oke oke, tapi tidak heran kamu mabuk kepayang dengan Dayang, karena adik perempuanku itu memang sangat mempesona Irwan. Ujar Bara dengan terkekeh geli.

__________________*________________

"Oke bye bye Dayang, sampai jumpa dilain waktu yah…"

Riuh suasana sore kampus X, tempat Dayang berkuliah tersebut.

Saat sedang melangkah, terlihat Irwan yang masih mengenakan jas dokternya sedang berdiri di samping parkiran kampus sambil bersandar di samping mobil alphard miliknya.

Kak Irwan, sorry saya ada sedikit kegiatan. Ujar Dayang dengan tergopoh.

"Iya Dayang, ayo kita langsung pergi," ujar Irwan.

Sejak dalam perjalanan, Dayang terlihat begitu asyik bermain handphone miliknya.

"Dayang, kamu sedang berkirim pesan dengan siapa? sampai-sampai membuatmu begitu senang??" ujar Irwan dengan raut wajah yang tak senang.

Tidak kak, aku hanya sedang bahagia!! tukas Dayang dengan senyuman lembutnya.

"Oh yah! ada apa adikku??" tanya Irwan ingin tahu.

Iya kak, aku sedang menanyakan tentang si kakak senior kampusku, dan aku fans beratnya… ujar Dayang dengan wajah bahagia.

"ohh begitu…" balas Irwan dengan nada datar.