Mu Sihan menundukkan kepala dan melihat perempuan di pelukannya terus memberontak.
Lelaki itu tersenyum, dan tubuhnya tampak bereaksi.
Sangat aneh, Mu Sihan mengira bahwa selama ini dirinya dingin dalam hal seks, bukannya tidak ada perempuan yang naik ke ranjangnya, tapi sangat jarang yang bisa membangkitkan gairahnya.
Sedangkan perempuan ini....
Dalam mata Mu Sihan yang gelap dan dalam, tersirat sedikit ketertarikan.
Ia kemudian menatap daun telinga Nan Zhi yang memerah, lalu ia membelai wanita di hadapannya dengan lembut.
Suhu jari tangannya terasa lebih rendah jika dibandingkan dengan suhu orang pada umumnya. Suhu yang dingin dan daun telinga Nan Zhi yang panas saling bersentuhan, hingga membuat wanita tersebut menjadi sedikit gemetar.
Nan Zhi tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh lelaki sombong ini, sebaik dan sebanyak apapun ia berbicara, lelaki itu tetap tidak percaya dan berpikir bahwa Nan Zhi sengaja untuk merayu.
Dengan cara halus tidak bisa, dengan cara kasar juga tidak bisa.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh Nan Zhi, agar bisa membuat lelaki itu percaya bahwa ia benar-benar tidak memiliki niat seperti itu!
"Apakah Sihan sudah kembali?"
"Sudah."
Nan Zhi kemudian mendengar percakapan antara Nyonya Tua dan Kepala Pelayan, dan itu membuatnya memberontak semakin hebat, "Cepat lepaskan aku!"
Cara berpikir orang tua pasti konservatif, jadi jika melihat mereka berdua berpelukan di dapur, entah apa yang akan Nyonya Tua dan Kepala Pelayan pikirkan!
Meskipun setelah ini Nan Zhi tidak akan datang lagi, tapi ia juga tidak ingin mempermalukan diri sendiri.
Mu Sihan memegang wajah kecil Nan Zhi yang memerah dengan satu tangan, lalu menatanya dengan tatapan mata yang gelap dan dalam seraya berkata, "Aku tertarik padamu, jadilah milikku."
Bukan sebuah pertanyaan yang diajukan ke Nan Zhi, tapi juga bukan sebuah permintaan pendapat.
Tapi terasa seperti sebuah perintah yang tak bisa dibantah.
Lelaki itu bersikap seperti seorang raja.
Sangat sombong dan arogan, membuat orang lain marah.
Nan Zhi belum pernah melihat seorang perampok, merasa bahwa menjadi perampok adalah suatu hal yang membanggakan.
Setelah Nan Zhi mengambil nafas dalam dan baru saja berfikir untuk menolak, tiba-tiba lelaki itu menciumnya.
Dengan satu tangan, Mu Sihan menahan kedua lengan Nan Zhi, dan satu tangannya lagi memegang dagu Nan Zhi, memaksa Nan Zhi mengangkat kepala dan menerima ciumannya.
Lelaki itu menekan bibir Nan Zhi dengan kuat, dengan sebuah kekuatan yang terasa begitu liar.
Karena terkejut dan bingung, akhirnya bibir Nan Zhi terbuka sedikit, ujung lidah Mu Sihan yang panas, menyusuri gigi Nan Zhi kemudian langsung mengait lidah wanita itu, menghisap lidahnya dengan kuat seakan ingin menelannya.
Nan Zhi membuka matanya lebar, seperti tidak percaya bahwa lelaki itu akan menciumnya lagi.
Nan Zhi berusaha keras untuk memberontak, tapi semakin memberontak, ciuman lelaki itu menjadi semakin dalam.
Nan Zhi hampir dibuat tak bisa bernafas olehnya. Kemudian lelaki itu melepas ciumannya, dan baru saja Nan Zhi menghirup udara segar, lelaki itu sudah menciumnya lagi.
Dan memaksa Nan Zhi untuk membuka mulutnya, lalu lidah panas lelaki itu mengulum lidah Nan Zhi dengan penuh gairah, menjilat setiap inci dari bibirnya dan menikmati kemanisannya.
"Sihan pergi ke mana?"
"Tuan muda sepertinya pergi ke dapur."
Mendengar suara langkah Nyonya Tua dan Kepala Pelayan yang berjalan menuju dapur, ada kepanikan dalam ekspresi marah Nan Zhi.
Tapi lelaki yang sedang menciumnya dengan ganas, ternyata belum cukup puas menciumnya, dan seakan tak ada niat untuk melepaskannya.
Nan Zhi merasa marah dan cemas, matanya menyorotkan kegelisahan dan ketakutan apabila sampai dilihat oleh Nyonya Tua dan Kepala Pelayan.
Mendengar suara langkah yang semakin dekat, Nan Zhi merasa sangat takut.
"Tuan Mu, lepaskan aku." Ujar Nan Zhi dengan suara rendah.
Lelaki itu melihat bibir Nan Zhi yang tampak bengkak dan basah, "Kamu habis makan apa? Sangat manis."
Nan Zhi lalu merogoh saku sweaternya dengan tergesa, hingga akhirnya ia menemukan sesuatu.