Chereads / Mata Ketiga / Chapter 24 - Hari libur 4

Chapter 24 - Hari libur 4

Kak Yang Qin tidak menjawab pertanyaanku tapi tangannya memelukku dengan erat.

"Kakak sibuk akhir-akhir ini?"

Kak Yang Qin terdiam kemudian berbisik, "Aku sibuk memperhatikanmu setiap hari."

Aku terkejut mendengar jawabannya. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat wajah kak Yang Qin. Ia tersenyum memandangku.

"Kamu tidak melepaskan penutup matamu tentu saja kamu tidak dapat melihatku."

"Jadi maksud kakak, kakak selalu ada di dekatku?"

"Aku melihatmu dari kejauhan."

Jantungku berdegup dengan kencang, pantas saja aku tidak bisa merasakan keberadaannya.

Kak Yang Qin tertawa, kemudian mengangkat tangan kiriku. Dia memutar cincin perak yang ada di jariku, ke kiri 3 kali kemudian ke kanan 3 kali. Tiba-tiba muncul sebuah pedang tipis dan panjang memancarkan cahaya berwarna perak.

Aku sangat terkejut melihatnya.

"Apa ini?"

"Ini adalah pedang roh."

Kak Yang Qin berbaring melihatku, mengangkat alisnya dan berkata, "Aku sudah mengajarkanmu cara mengeluarkan pedang roh."

"Kapan kakak mengajariku?" Tanyaku keheranan.

Kak Yang Qin juga ikut keheranan mendengar perkataanku, "Saat kamu umur 10 tahun aku sudah mengajarimu. Aku kan menyuruh kamu menusukkan pedang roh ini ke tubuh Sha Er. Kamu tidak ingat?"

Aku tertawa hingga ingin menangis, bukannya aku tidak mengingatnya tapi aku bahkan tidak pernah mendengar kak Yang Qin menyebutkan tentang pedang roh. Aku hanya ingat kak Yang Qin mengatakan bahwa cincin perak ini dapat menghalangi hantu yang ingin merasuki tubuhku dan bisa digunakan untuk mengeluarkan hantu yang merasuki seseorang. Aku sudah pernah berusaha melakukannya tapi tidak berhasil, karena ternyata aku salah menggunakannya.

Setelah bertanya dengan mendalam, aku baru mengetahui bahwa malam itu, saat aku berumur 10 tahun, kak Yang Qin pernah mengajariku cara mengeluarkan pedang roh. Tapi sepertinya aku ketiduran sehingga aku tidak mendengar apa yang dia katakan. Sampai keesokan harinya aku berusaha menggunakan cincin perak itu untuk mengeluarkan hantu dari tubuh Sha Er namun tidak berhasil. Saat itu aku mengira kak Yang Qin membohongiku, ternyata aku yang salah menggunakannya.

Jika teringat kejadian itu, aku merasa cukup menggelikan.

"Xu Zixi masih sering menampakkan diri di depanmu?" Tanya kak Yang Qin tiba-tiba.

Aku menganggukkan kepala dengan perlahan dan menjawab, "Setiap malam ketika aku sudah tertidur, ia akan selalu menampakkan dirinya dalam mimpiku. Kemarin malam dia juga muncul lagi dalam mimpiku. Dan juga ada lagi…"

"Hantu bayi!" Kata kak Yang Qin dengan cepat.

Aku bahkan sudah tidak terkejut lagi mendengar kak Yang Qin mengetahui hal itu.

Aku bertanya mengenai asal usul hantu bayi itu, kemudian kak Yang Qin menjawab: "Dia adalah bayi gaib. Dia adalah hasil dari perkawinan antara manusia dan hantu. Dia dikandung selama 3 bulan sebelum kemudian dilahirkan dan dibuang ke dalam sumur oleh ibu kandungnya sendiri. Itu sebabnya dia membawa kebencian yang mendalam."

Setelah menjelaskan asal usul bayi hantu itu, perlahan wajahnya berubah menjadi suram dan dingin.

Aku merasa ada yang tidak beres, jadi aku bertanya lebih lanjut kepada kak Yang Qin tapi dia hanya menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan singkat.

"Kamu jangan ikut campur dengan masalah bayi hantu itu, aku khawatir tantemu tidak dapat mengendalikannya."

"Lalu bagaimana dengan Kak Yang Qin?" aku melihat ke arahnya dengan tatapan penuh harapan. Walaupun aku sudah tahu Yang Qin tidak akan ikut campur dengan urusan dunia kegelapan, tapi aku masih menaruh harapan bahwa dia akan membantu.

"Itu tidak ada hubungannya denganku. Aku tidak akan melakukan apapun." Jawabnya dengan dingin.

Aku bertanya lagi, "Jika orang yang diikuti oleh hantu bayi itu adalah aku, apakah kakak masih tidak peduli?"

"Jangan menanyakan pertanyaan yang mengandai-andai."

"Walaupun itu hanya mengandai-andai, kakak hanya tinggal menjawab dengan berandai-andai juga."

Kak Yang Qin memandangku untuk beberapa saat kemudian dia mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berbisik, "Kamu sedang menguji aku."

"Aku hanya ingin tahu seberapa pentingnya diriku bagi kakak, jika…"

Aku tidak melanjutkan kalimatku, seolah tersendat di ujung lidahku sehingga aku mengurungkan niatku untuk mengatakannya.

Setelah memalingkan padangannya, kak Yang Qin turun dari kasur berjalan menuju meja belajarku. Sambil menundukkan kepalanya ia melihat pekerjaan rumahku yang belum selesai.

"Kelihatannya kamu belum selesai mengerjakan tugasmu. Aku tidak akan mengganggumu kalau begitu." kata kak Yang Qin dengan suara pelan. Seketika itu juga tubuhnya memancarkan cahaya terang lalu menghilang dalam sekejap.

Aku bahkan belum sempat memanggil namanya dan mengucapkan kata perpisahan, dia sudah menghilang. Sekarang hanya ada aku seorang diri di kamar.

Sikapnya yang dingin ketika membicarakan tentang bayi hantu itu membuatku sedikit terganggu.

Aku tidak merasa menanyakan hal yang berlebihan. Aku hanya menanyakan sesuatu yang aku bayangkan dalam pikiranku, begitu pun kak Yang Qin tidak mau menjawabnya. Kelihatannya aku memang tidak penting baginya.

Memikirkannya membuat suasana hatiku jadi memburuk.

Perlahan aku turun dari kasur dan kembali ke meja belajar meneruskan pekerjaan rumahku yang belum selesai.

...

Setelah makan malam aku berbaring di dalam kamarku. Aku bisa mendengar tante Ji Li sedang berdoa di luar. Dengan santai aku menutup mataku dan merasa penutup mataku cukup mengganggu sehingga aku melepaskannya.

Di pintu tertempel simbol penangkal hantu dan di dalam rumah terdapat patung Budha. Aku merasa yakin tidak ada hantu yang dapat masuk.

Tapi saat aku teringat mimpi buruk yang aku alami setiap malam, aku malah tidak berani tidur.

Aku menutup mataku dengan kedua tanganku. Malam semakin larut dan aku mulai mengantuk, aku sudah tidak dapat menahan kantukku dan mulai tertidur. Tiba-tiba aku mendengar suara bayi menangis dan suara kucing yang kesakitan, suara-suara itu membuatku merinding.

"Dok Dok Dok Dok!"

Terdengar suara pintu rumahku digedor dengan keras.

"Ji Li, Ji Li! Buka pintunya!"

Terdengar suara ayah Lin Xiao berteriak.

Aku lekas berdiri dari kasur dan keluar kamar. Awalnya aku berencana menyalakan lampu rumah dan bergegas keluar ke halaman. Tapi aku mendengar suara tante Ji Li telah membukakan pintu pagar untuk ayah Lin Xiao.

Dari jendela kamarku, aku melihat ayah Lin Xiao berada di depan pintu dan sedang menggendong Lin Xiao.

Aku dapat melihat hantu bayi masih ada di atas tubuh Lin Xiao, tubuhnya semakin membengkak hingga aku hampir tidak dapat mengenalinya lagi.

Hantu bayi itu dan Lin Xiao menggerakan bibirnya secara bersamaan dan membuat suara tangisan yang melengking, membuat orang yang mendengarnya merasa merinding dan ngeri.

Aku dapat mendengar suara ayah Lin Xiao sedang menangis dan memohon kepada tante Ji Li, "Ji Li, aku sudah melakukan cara yang kamu beritahu kepadaku, aku juga mengikuti semua instruksi. Tapi tidak terlihat ada perubahan pada Lin Xiao. Saat tengah malam, dia mulai menangis lagi dan tubuhnya menjadi semakin bengkak. Tolong lihatlah keadaan Lin Xiao, apakah ada cara lain untuk mengantarkan hantu itu pulang?"

Lampu kamarku menembus halaman melalui jendela, sehingga aku dapat melihat wajah tante Ji Li yang terlihat sangat kacau.

"Aku juga tidak memiliki cara lain. Aku sudah melakukan yang aku bisa. Lebih baik mencari bantuan kepada orang yang lebih hebat."

"Kalau begitu ayo segera meminta tolong padanya." Jawab ayah Lin Xiao dengan terburu-buru.

Lin Xiao adalah anak tunggal, apapun yang terjadi tentu saja ayah Lin Xiao akan melakukan apapun untuk menyelamatkan anaknya.

Dengan wajah khawatir dan putus asa, tante Ji Li mempersilahkan ayah Lin Xiao masuk.

Aku menyipitkan mataku dan melihat simbol yang tertempel di pintu sudah tidak ada. Tidak heran hantu bayi itu bisa masuk ke dalam rumah.

Jika aku mengingat-ingat kembali, saat aku pulang ke rumah aku juga tidak melihat simbol itu di pintu. Mengingatnya membuat tubuhku gemetar ketakutan. Aku kembali naik ke kasurku dan bersembunyi di balik selimut.

Terdengar suara tante Ji Li yang sedang menggumamkan sesuatu, tapi aku dapat mendengar dengan jelas. Selain itu, aku masih mendengar suara tangisan Lin Xiao yang keras dan melengking membuat seluruh tubuhku gemetar ketakutan.

Aroma uang kertas yang sedang dibakar memenuhi ruangan dan dalam sekejap suara tangisan Lin Xiao tidak terdengar lagi.

Tiba-tiba aku dapat merasakan seseorang menyentuh kepalaku.

"Keluarlah. Mari kita berbicara soal hidup dan mati seseorang." Terdengar suara anak kecil yang menggema di dalam telingaku

Aku merasa bahwa itu adalah suara hantu bayi, seketika itu juga aku merasakan ketakutan yang luar biasa.

"Kalau kamu tidak keluar aku yang akan masuk." Terdengar suaranya yang penuh dengan nada ancaman.

Aku membuka selimutku dan aku dapat melihat seorang bayi laki-laki yang tampan dan menggemaskan berdiri tepat di depanku tanpa mengenakan pakaian. Kedua kakinya yang pendek berpijak di atas lantai, perutnya buncit dan wajahnya bulat.