Chereads / Mata Ketiga / Chapter 39 - Wanita Muda

Chapter 39 - Wanita Muda

Setelah kejadian itu, Pak Wu mengambil cuti dan aku tidak bertemu dengannya untuk konseling selama 3 hari.

Saat Pak Wu sudah kembali dari cutinya aku datang ke kantornya untuk melakukan konseling. Ketika kami duduk berhadapan di kantornya, wajahnya sangat serius hingga membuatku tidak nyaman duduk di depannya.

Aku tidak tahu bagaimana dia mengurus hal yang berkaitan dengan warisan neneknya. Menurutku Pak Wu pasti telah menemukan buku bank itu, mencoba kata sandi yang aku berikan, dan menyadari bahwa neneknya benar-benar meninggalkan uang untuk dirinya.

Beberapa hari ini aku tidak pernah melepaskan penutup mataku, sehingga aku tidak dapat melihat nenek tua itu.

Suasana di kantor Pak Wu sangat sunyi dan canggung, Pak Wu melihat ke arahku tanpa berbicara sedikitpun. Aku menelan ludahku dan tidak tahan untuk tidak memecah keheningan di ruangan ini, "Pak Wu, itu… anda sudah…"

Dia mengangkat tangannya memotong ucapanku, kemudian menarik nafas panjang dan berbicara kepadaku dengan nada serius, "Bagaimana kamu bisa melakukanya?"

"Apa?"

"Buku bank dan kata sandinya, bagaimana kamu bisa tahu semua itu?"

Aku hanya dapat tersenyum pahit dan berkata, "Bukankah aku sudah pernah memberitahu bapak bahwa nenek bapak yang memberitahuku?"

"Siapa nama nenekku?"

"..."

Pertanyaan itu membuatku terdiam, aku tidak pernah bertanya nama nenek tua itu.

Pak Wu melihatku tanpa bersuara dan terlihat dia mengangkat alisnya menungguku menjawab pertanyaannya.

Aku diam tidak bisa berkata-kata kemudian mengulurkan tanganku dan melepaskan penutup mataku.

Jika aku memiliki 2 mata yang normal aku ingin setiap hari melihat dunia dengan kedua mataku.

Saat melihat mata kiriku yang berwarna merah darah membuat Pak Wu terdiam, tapi terlihat bahwa dia terkejut

Aku tertawa canggung, kemudian aku menyadari bahwa nenek tua itu sedang berdiri di sebelah Pak Wu dan tersenyum ke arahku.

Sepertinya nenek tua itu selalu berada di samping Pak Wu, itulah mengapa sesaat setelah melepas penutup mataku aku langsung dapat melihatnya.

Nenek tua itu menghampiriku dan menyentuh tanganku, aku dapat melihat sorot matanya yang berterima kasih kepadaku.

"Terima kasih gadis kecil."

"Sama-sama."

Pak Wu dengan segera berkata, "Sama-sama? Memangnya aku ada bicara apa barusan?"

"Aku bukan sedang bicara dengan bapak, tapi dengan nenek bapak."

"..."

Wajahnya berubah menjadi pucat kemudian melihat ke sekeliling kantornya dengan wajah ketakutan.

"Tidak usah mencarinya, bapak tidak akan bisa melihatnya."

Pak Wu langsung berdiri dari tempat duduknya dengan tegang kemudian berjalan mundur untuk bersandar ke tembok, saat itu Pak Wu menembus tubuh nenek tua itu.

Aku tiba-tiba teringat pertanyaan Pak Wu yang tidak bisa aku jawab, lalu aku bertanya ke nenek tua itu, "Nek, siapa nama nenek?"

"Yu Cuihua." jawab nenek itu singkat.

Aku mengatakan "Yu Cuihua" kepada Pak Wu, hal itu membuat Pak Wu kaget hingga terjatuh duduk di lantai.

Melihatnya seperti itu aku tidak tahu harus berbuat apa. Entah mengapa mendengar nama neneknya membuat dia hingga sekaget ini? Aku bahkan ingin bertemu dengan ibuku tapi sayangnya aku tidak memiliki kesempatan itu.

"Gadis kecil, ada yang ingin aku sampaikan kepada cucuku. Apa kamu bisa membantuku menyampaikannya?" mohon nenek tua itu sambil melihat ke arahku.

Aku menganggukkan kepala lalu nenek tua itu mulai berkata: "Tolong beri tahu cucuku, bilang agar dia jangan selalu begadang. Jangan terlalu dekat dengan teman-temannya yang sekarang. Jangan minum bir terlalu banyak. Sering-seringlah berhubungan dengan orang tuanya yang ada di luar negeri. Gadis yang sedang dia pacari saat ini adalah gadis yang baik, jika bisa menikah dengan gadis itu saja, jangan mencari yang lain, umurnya sudah tidak muda lagi. Walaupun aku tidak dapat melihatnya menikah dan memiliki anak, tapi aku turut bahagia untuknya." 

Setelah nenek tua itu selesai berbicara, matanya berkaca-kaca.

Aku menyampaikan semua yang dikatakan oleh nenek tua itu kepada Pak Wu, terlihat wajah pak Wu yang semakin keheranan dan matanya semakin lama semakin merah.

"Nenekku bicara apa lagi?" tanya Pak Wu.

"Nenek bilang dia mencintai bapak dan ingin bapak menjalani hidup dengan baik."

Setelah menyampaikan perkataan nenek tua itu, dia melihatku dengan tersenyum dan menganggukkan kepala dan berterima kasih kepadaku. Lalu matanya melihat ke arah Pak Wu yang masih terduduk di lantai.

"Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan cucuku, tapi aku sudah harus pergi." gumam nenek tua itu.

Suaranya terdengar sangat sedih. Kemudian aku melihat secercah cahaya putih yang muncul di depan nenek tua itu..

Aku melihat nenek tua itu tersenyum dan berjalan memasuki cahaya putih itu, kemudian nenek tua itu menghilang bersamaan dengan cahaya putih itu.

Aku kira dia nenek tua itu semasa hidupnya adalah orang yang baik, jadi setelah meninggal dia pasti masuk surga. Jika dipikir-pikir, ini pertama kalinya aku melihat hantu yang baik. Sejak dulu aku hanya bertemu dengan hantu jahat. Aku cukup beruntung dapat melihat hantu yang baik.

"Ji Sixi, tolong katakan pada nenekku kalau aku mencintainya." kata Pak Wu memohon kepadaku.

Tapi sudah terlambat, nenek tua itu sudah pergi.

Tapi aku tidak ingin mengecewakan Pak Hu sehingga aku berkata, "Nenek bapak mendengarnya dan tersenyum bahagia. Nenek bapak harus segera pergi."

"Pergi kemana?"

Aku mengangkat telunjukku dan menunjuk ke atas.

"Atap?"

".. tentu saja bukan, surga!"

Orang yang sudah meninggal jika tidak masuk surga tentu saja masuk neraka, apa itu kurang jelas?

Pak Wu mengangkat kepalanya melihat ke langit-langit, matanya merah dan berkaca-kaca. Setelah beberapa saat dia akhirnya membuka mulutnya dan bertanya, "Sudah pergi?"

"Hm, sudah pergi."

Dia menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat sedih. Lalu dia bangkit berdiri dan kembali duduk di kursi, kedua tangannya menutup wajahnya.

Aku menunggu Pak Wu hingga merasa lebih tenang dan tidak lupa untuk membahas kesepakatan yang aku ajukan.

"Pak Wu, tentang hal yang kita bahas sebelumnya…"

"Tenang saja, aku akan mengurus hal itu." kata Pak Wu tanpa mengangkat kepalanya. Lalu dia menjauhkan tangannya dari wajahnya dan berkata dengan suara pelan, "Kau kembalilah ke asrama, aku ingin sendiri."

"Pak Wu, aku turut berduka cita."

Dia tidak berkata apa-apa hanya hanya melambaikan tangannya.

Aku berjalan keluar dari kantornya kemudian menutup pintunya dan dengan perasaan lega berjalan meninggalkan UKS.

Aku merasa sudah melakukan hal yang baik, jadi saat berjalan menuju asrama aku dapat merasakan langkah kakiku terasa ringan. Tiba-tiba ada yang menyentuh pundakku dari belakang membuatku bulu tubuhku berdiri.

Aku berhenti kemudian berbalik badan, Kak Yang Qin sedang melihatku sambil tersenyum.

 Kedua tangannya menyentuh punggungku. Kak Yang Qin mengenakan jubah hitam seperti biasanya, wajahnya yang putih terkena sinar matahari terlihat sangat lembut.

"Kak Yang Qin?" kataku dengan kaget. Walaupun aku sudah terbiasa dengan kebiasaannya yang suka datang dan pergi tanpa jejak, tapi kali ini dia pergi untuk waktu yang cukup lama.

"Kakak kemana saja beberapa hari ini?"

Kak Yang Qin tersenyum, dia tidak terlihat akan segera menjawab pertanyaanku. Kak Yang Qin malah mengulurkan tangannya dan memegang pundakku, lalu menarikku ke dalam pelukannya. Lalu dengan santai berkata, "Masih ingat apa yang terjadi saat aku meninggalkanmu beberapa menit dan kamu berakhir terjatuh dari atap sekolah?"

Aku menganggukkan kepala, lalu Kak Yang Qin melanjutkan perkataannya, "Hari itu aku mendapat berita dari Lu Xi bahwa hantu bayi kabur."

"Apa?" kataku terkejut.

Tangannya menepuk-nepuk pundakku dengan pelan kemudian berkata dengan tenang: "Jangan panik, Ruoyi sudah berhasil menangkapnya kembali."

"Ruoyi?"

Terdengar seperti nama wanita.

"Kamu belum pernah bertemu dengan Ruoyi, ingin bertemu dengannya?" sesaat setelah berbicara Kak Yang Qin menjentikkan jarinya, seketika terlihat sinar di depan mataku.

Tanpa sadar aku menutup mataku kemudian saat aku membukanya nampak seorang wanita muda berdiri di depanku, umurnya seperti berkisar 20 tahun ke atas. Wajahnya cantik tapi dingin, tidak berekspresi. Wajahnya bahkan terlihat lebih dingin dari pada Lu Xi.

Aku jadi berpikir kenapa seluruh hantu yang ada di sekitar Kak Yang Qin memiliki wajah yang dingin?

"Liu Ruoyi memberi salam kepada ratu."

Liu Ruoyi membungkuk sedikit ke arahku dan tersenyum dingin.