Chereads / Mata Ketiga / Chapter 41 - Jejak darah dalam batu giok

Chapter 41 - Jejak darah dalam batu giok

Aku kaget dan berkata, "Maksud kakak, dia sudah lama terbebas dari jimat itu?"

Liu Ruoyi menganggukkan kepalanya, kemudian berkata tanpa ekspresi, "Lebih tepatnya dia mengikutimu hingga ke sini."

"..."

Mendengar perkataan Liu Ruoyi membuat seluruh bulu kudukku berdiri.

Xu Zixi mengikutiku hingga kemari? Tapi aku tidak pernah melihatnya...

Mungkin karena Liu Ruoyi melakukan tugasnya dengan sangat baik hingga Xu Zixi tidak memiliki kesempatan untuk mendekatiku.

Aku terus memikirkan hal itu, jika Xu Zixi ada di sini berarti aku bisa menepati janjiku 3 tahun lalu. Kelihatannya hingga saat ini hubungan tante Ji Li dan Shang Yi cukup dekat, aku dapat melihat bahwa Shang Yi tertarik dengan tante Ji Li. Tapi sayang, tante Ji Li tidak memiliki rencana untuk menikah dan Shang Yi juga tidak berani membahas hal itu.

Tapi walaupun hubungan mereka berdua masih belum resmi, Shang Yi sering datang ke rumahku memberikan tante Ji Li buah-buahan, membantu membenarkan pipa air yang rusak, kabel listrik yang putus dan lainnya. Benar-benar membuatku tidak bisa berkata-kata.

Lalu aku kembali berbaring dan berusaha menenangkan diriku dan tanpa sadar aku tertidur.

Keesokan harinya, saat jam istirahat aku menelepon Shang Yi. Dia sedang berada di dalam kuil sedang melakukan ritual, aku dapat mendengar suara ribut dari telepon. Aku merasa Shang Yi sedang melakukan aksinya untuk mendapatkan uang lagi.

Aku tidak menutup telepon dan menunggu hingga Shang Yi mengantarkan orang itu pergi baru berkata, "Paman Shang, aku membutuhkan bantuan paman."

Setelah bertemu dengan pelanggannya nada suaranya berubah menjadi tidak sabaran, "Katakan yang ingin kamu katakan."

"Aku ingin minta tolong paman untuk membantu seorang pengganti roh untuk reinkarnasi, hm… tapi kebencian dalam diri roh itu cukup besar. Paman Shang kan sangat hebat, aku rasa paman pasti bisa melakukannya."

"Itu bukan masalah, tapi untuk melakukan ini memerlukan biaya 3000 yuan. Kamu punya uang?"

"..."

Dasar! Setiap dia membuka mulutnya yang diucapkan adalah uang, dia benar-benar mata duitan.

Aku tentu tidak punya uang sebanyak itu dan tante Ji Li juga tidak mungkin membantuku.

Otakku berputar dengan cepat, hingga akhirnya aku menggunakan tante Ji Li.

Aku dengan nada serius berkata kepada Shang Yi, "Paman bantu aku kali ini saja, aku pasti akan membantu paman untuk mendekati tante Ji Li, aku akan berkata yang baik-baik tentang paman. Bagaimana?"

Shang Yi terdiam untuk beberapa saat, aku rasa dia sedang mempertimbangkan tawaranku.

Setelah beberapa saat akhirnya Shang Yi berkata, "Dasar gadis bodoh, bagaimana mungkin kamu menggunakan tantemu sebagai bayaran untuk hal seperti ini?"

Aku tertawa kecil dan berkata, "Omongan paman Shang terlalu berlebihan, aku tahu bahwa paman Shang adalah orang yang baik dan paman juga tulus kepada tante Ji Li. Karena itu aku mau membantu paman."

Shang Yi tertawa terbahak-bahak dan dengan gembira segera menyetujui penawaranku.

Lalu setelah aku berkata agar dia malam ini jam 10 malam datang ke pintu belakang sekolahku, aku menutup telepon.

Selama menelepon Shang Yi aku berada di kamar mandi asrama dan Liu Ruoyi berada di sebelahku tanpa bersuara melihatku. Aku tersenyum ke arahnya lalu berkata, "Shang Yi sudah sepakat untuk membantu, kami akan bertemu malam ini jam 10 malam."

"Selamat." kata Liu Ruoyi dengan nada dingin dan datar.

Aku menyentuh kepala belakangku dan ingin kembali ke kamar asrama, saat itu aku melihat seorang gadis dengan rambut terurai masuk ke dalam kamar mandi. Dia adalah Hu Shan teman asramaku, tubuhnya tinggi kurus, wajahnya cantik. Dia salah satu siswa yang aktif di kelasku, tapi walaupun tinggal di kamar asrama yang sama tapi kami tidak pernah berbicara.

Hari ini seolah matahari terbit dari barat, Hu Shang melihatku kemudian menyapaku: "Hai Sixi."

Aku tanpa sadar berkata, "Kamu terbangun?"

"Tidak, aku tidak terbiasa tidur siang jadi aku biasanya hanya membaca buku di atas kasur."

Aku menganggukkan kepala dan menunjuk ke arah pintu sambil berkata, "Kalau begitu aku kembali dulu ya."

Hu Shan melambaikan tangannya kepadaku dan berkata, "Oke."

Aku melihat Hu Shan tersenyum ke arahku lalu aku membalik badan keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamar asrama.

Kami tinggal di kamar nomor 404 yang berada di lantai 4, aku tidak menyukai nomor kamar asramaku karena jika disebutkan terdengar seperti "Kematian". Di kamar terdapat 6 orang siswa, dari keenam siswa itu aku hanya mengenal Cheng Fengfeng. Dia juga mengikuti ujian masuk SMA ini dan kami kebetulan tinggal di kamar asrama yang sama, benar-benar seperti takdir. Selain ada aku, Cheng Fengfeng dan Hu Shan masih ada Liu Yingying, Mo Ya, dan An Jing.

An Jing adalah siswa yang paling aktif di kamar asramaku, sangat berlawanan dengan arti dari namanya yang berarti "Tenang". Liu Yingying selalu seorang diri, terdengar kabar bahwa saat SMP Liu Yingying sering diganggu oleh teman-temannya hingga harus berpindah-pindah sekolah.

Justru Mo Yang yang merupakan gadis yang pendiam, kadang aku dapat melihat wajahnya merah karena malu. Dia benar-benar seorang gadis yang lembut dan hangat.

Seluruh teman kamar asramaku memiliki sifat yang berbeda-beda.

Saat aku akan berbaring di atas kasur aku mendengar Cheng Fengfeng sedang berbicara kepadaku dari atas kasurku, "Sixi, aku merasa bertambah gendut, gelang giok ini semakin lama semakin kecil. Aku merasa tidak nyaman menggunakannya."

Cheng Fengfeng membungkuk di sebelah kasurnya kemudian mengulurkan tangannya yang menggunakan gelang giok itu dan menunjukkannya kepadaku.

Dan memang benar gelang giok itu terlihat sangat sempit, hingga terlihat tidak ada ruang antara gelang dan tangannya.

Aku tidak dapat memahaminya, saat pertama kali aku melihatnya aku yakin gelang giok itu tidak sekecil ini.

"Kamu belum melepaskan gelang itu?"

Cheng Fengfeng menghela nafas dan berkata: "Aku tidak bisa melepaskannya. Aku sudah mencoba berbagai macam cara tapi tidak berhasil."

"Pecahkan saja!"

"Harganya begitu mahal, aku tidak rela memecahkannya."

Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan gelang giok itu, seperti ada aura jahat yang muncul dari gelang itu. Jika aku perhatikan dengan seksama aku bisa melihat bahwa di dalam gelang giok itu terlihat jejak darah samar di dalamnya. Aku tidak tahu apakah aku dapat melihat itu karena aku tidak menggunakan penutup mataku ataukah itu hanya hiasan.

Aku bertanya kepada Cheng Fengfeng dari pasar antik mana dia mendapatkan gelang itu, tapi Cheng Fengfeng tidak mengetahuinya dengan jelas tapi sepertinya giok itu dibeli dari sebuah toko kecil yang ada di dalam pasar antik itu. Ahli batu giok sudah mengklarifikasi bahwa batu giok ini asli dan berasal dari dinasti Qing sehingga ibunya membelinya.

Batu giok antik, asli dan berasal dari sebuah toko kecil. Kelihatannya penjual itu mencurinya dari makam, pantas saja benda ini memiliki aura jahat.

Aku menyarankan Cheng Fengfeng untuk memecahkan batu giok itu, tapi dia tidak mau malah memeluk tangan yang mengenakan batu giok itu dan berkata: "Aku tidak akan memecahkan batu giok ini. Batu giok ini sangat indah lagi pula tidak semua orang bisa memilikinya."

Saat mengatakan itu aku dapat melihat matanya memancarkan ekspresi serakah.

Aku melambaikan tanganku kemudian berbalik badan dan tidur.

Cheng Fengfeng melepaskan gelang giok itu atau tidak bukan urusanku.

Setelah selesai belajar sendiri hari waktu menunjukkan pukul 8 malam. Kemudian aku mandi dan berbaring di atas kasurku. Jam 9 malam lampu asrama mati.

Kamar asrama menjadi menjadi gelap gulita tapi tak perlu waktu lama untuk mataku beradaptasi dengan gelapnya ruangan. Melalui sinar bulan aku dapat melihat Liu Ruoyi sedang berdiri dengan tegap di sebelah kasurku.

Setelah beberapa lama aku dapat mendengar suara nafas siswa lain di kamar asramaku.

Aku rasa mereka semua sudah tidur.

Aku mengambil senter yang ada di atas kepalaku, kemudian menyalakannya dan melihat ke arah jam. Jam menunjukkan hampir pukul 10.

"Kak Ruo Yi, ayo kita pergi."

Kataku dengan suara pelan. Ketika aku turun dari kasur, dia mengambil beberapa baju yang tergantung di samping kasurku kemudian memberikannya kepadaku dan berkata: "Malam hari sangat dingin, kenakan ini.

Aku baru saja akan melakukannya tapi Liu Ruoyi mengatakannya seolah memberikan aku perintah. Tapi aku sudah terbiasa dengan semua itu, aku mengambil baju yang dia berikan kepadaku dan keluar dari kamar asrama.